Angin, Penyesalan, Hidup dan Mati

Jumat, 02 September 2016 | 10:09:32 WIB
Ilustrasi. (Sally Wyatt/travel-painting.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Angin
 
Hari hari kulewati dengan memandangimu
Menyelami setiap tingkahmu
Mendengar alunan suaramu
Mengagumi binar cahaya matamu
   Seiring berjalannya waktu
   Aku tau kau telah menjadi candu
   Menumbuhkan hasrat terdalam hatiku
   Hingga tak dapat kugapai lagi
Ingin rasanya ku panjat harapan itu
Kugapai harapan itu
Dan kupersembahkan kepadamu
Namun aku lebih memilih jalanku
     Kutebang harapan itu
     Kupangkas habis rasa itu
     Kubakar habis rasa itu
     Hingga tak bersisa lagi
Kupilih jalan itu karena aku terlalu pengecut
Karena aku tak sanggup tuk kehilanganmu
Hanya karena satu rasa yang tak berarti untukmu
     Karena aku tak ubahlah angin, yang selalu ada didekatmu
     Bisa menyentuhmu namun tak pernah bisa kau lihat,
     Tak bisa kau rengkuh, 
     Dan rasaku yang tumbuh,
     Bagai badai yang dapat melenyapkanmu.
Aku akan menjadi angin yang akan selalu menjagamu, selalu disisimu, walau tak pernah akan kau lihat.
 
 
 
Penyesalan
 
Kurindu wajah cantikmu
Kurindu tatapan mesramu
Kurindu senyum manismu
Kurindu tingkah manjamu
     Kurindu semua tentangmu
     Karena semua kini hanya tinggal kenangan
     Kenangan manis masa laluku
     Kenangan indah yang selalu dihatiku
Karena kini kau telah pergi
Pergi dan tak kembali
     Masih terkenang di memoriku
     Kala kita berpisah 
     Ingin rasanya kuhapus air mata kesedihanmu
     Yang mengalir begitu deras dan tak terbendung
     Ingin kuputar waktu tuk dapat bersamamu lagi
Kini ku hanya bisa terpuruk dengan kenyataan
Bidadari yang dulu pernah kumiliki kini telah pergi
Dengan luka berdarah disayapnya
     Diriku bagaikan iblis yang tak punya hati
     Yang bisa menyakiti hati malaikat suciku
Kini aku terus memohon
Terus berdoa
Pertemukan aku dengan bidadariku
Agar dapat kutebus luka yang dulu kuukir
     Oh bidadariku, bila kau dengar hatiku saat ini
     Ia menjerit dan meneriakkan beribu maaf
     Yang tak sebanding dengan rasa sakit yang telah kutorehkan
Aku hanya bisa berkata, Maafkan aku bidadariku,maafkanlah iblis yang telah melukaimu, meninggalkan luka menganga dihatimu,yang kini memohon tuk dapat mengobati lukamu untuk menggantikan luka yng telah kau derita karenaku..
 
 
 
Hidup dan Mati
 
Hidup ini hanya sekali
Maka janganlah kau hanya menikmati hidupmu
Janganlah mengingkari matimu
Karena kematian akan selalu membayangimu
     Hiduplah untuk matimu
     Maka kau dapat dua keberuntungan
     Duniamu dan akhiratmu
Maknai hidup ini
Niscaya kau akan dapati diamana kematian
     Namun jangan pula kau berkutat dengan kematian
     Karena kau akan kehilangan duniamu
Semua didunia harus seimbang antara hidup dan mati
Jangan pernah kau kurangi atau kau tambahi 
Karena dapat menenggelamkan dirimu didalam kabut penyesalan yang sangat pekat.
 
 
 
Agung Sudrajad, nama Panggilan Agung. Lahir tanggal 07 Oktober 1997 di Magelang. Alamat di Brengkel 2 Salaman. Agama Islam. Anak ke 5 dari 5 bersaudara. Baru saja lulus dari jenjang SMA, dan sedang dalam proses mencari kerja.
 

Terkini