Zikir, Andai Aku Adalah Kau, Isak, Kepada yang Berpulang, Mimpi Laki-laki yang Menolak Tidur

Rabu, 31 Agustus 2016 | 08:15:01 WIB
Ilustrasi. (János Huszti/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Zikir
 
Setelah imam menolehkan salam
Kami menghitung ruas-ruas jari tangan
Sebagian menggilirkan biji-biji tasbih
Memuja muji Tuhan
 
(Tembilahan, 31 Maret 2016)
 
 
 
Andai Aku Adalah Kau 
 
Di, sejak kuputuskan untuk pulang, aku belajar
Ikhlas menerima keraguan yang berbuah di dadamu
Andai aku adalah kau
Niat mencintai telah kuurungkan sejak awal
 
Wahai sebuah nama yang kusimpan dalam-dalam
Andai aku adalah kau
Hati bukan ladang menyemai sembarang harapan
Ialah lahan subur menghidupkan segala benih yang ditabur
Di hatiku ini kau telah tumbuh serupa pohon beringin
 
Hujan selalu bermusim tepat waktu
Engkau meranggas untuk tumbuh lebih teduh
Rindu yang berasal dari gemeirisik dedaunmu
Menyakitkan, menyiksaku dari pagi hingga pagi 
Andai aku adalah kau
Wanita yang kucintai tak  kubiarkan pergi
Andai aku adalah kau
Namun aku perempuan yang mencintai kau
 
(Tembilahan, 17 Mei 2016)
 
 
 
Isak
 
kata-kata yang 
menetes dari 
matanya dan
basah :
 
apa
kau 
pernah
rindu
kepadaku.
 
yang hanya dimengerti
Tuhan dan
kesunyian
 
(Tembilahan, 27 Mei 2016)
 
 
 
Kepada yang Berpulang
 
Bagaimana kubangun makam
Bagimu yang sesungguhnya telah tiada
Sembilan tahun lalu
Sejak mimpi-mimpi kita
Tiba di jalan yang bercabang
Bagai lidah ular
Tiap kuingat kau telah berpulang
Makin kencang tawamu dalam
Kepala yang dipenuhi masa
kanak-kanak kita
 
Ia yang selalu memberikan bahagia
Adalah pemberi airmata paling banyak 
Telah kami ikhlaskan belulang
Jalan bagi ruhmu pulang
Namun kenangan menurunkan hujan
Dari mata yang kian mendung
 
Selamat pagi, Sayang
Selamat hangat dalam dekap
Mama dan Tuhan
 
(Tembilahan, 12 Juni 2016)
 
 
 
Mimpi Laki-laki yang Menolak Tidur
 
Ada mimpi tak sampai
di kota ini
Laki-laki yang dari wajahnya
keluar cahaya
Sanggup menahan matahari pulang
menyembunyikannya dalam kamar
Di langit-langit matanya
 
Laki-laki itu menolak tidur
Sebaris nama juwita 
dari pulau seberang
adalah mimpi buruk yang membuat
harinya tak pernah menanggalkan angka
 
Mimpi itu menjelma lingkar yang
terbakar 
Menjadi latar bagi tubuh-tubuh
berbulu pirang, tubuh-tubuh lain
yang telah gersang, dan
satu tubuh yang gemetar
dalam penantian
 
(Tembilahan, 5 Juni 2015)
 
 
 
Purwa Dewanti adalah nama pena dari Sri Erma Purwanti, perempuan kelahiran kota Tembilahan, 8 April 1989. Menyelesaikan sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Melanjutkan program pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Semarang. Puisi-puisi karyanya dan puisi-puisi terjemahannya pernah dimuat di Riau Pos.  Terhimpun pula dalam antologi Pada Mula Hidup Yang Lama.
 

Terkini