Antara Jurang, Asing, Tikus Kurus, Jangan Teman, Kenangan dalam Imajinasi

Rabu, 31 Agustus 2016 | 07:13:16 WIB
Ilustrasi. (Helen Acklam/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Antara Jurang
 
ku jiwa kelam
kau tawanKu 
Kau tak rasa itu.
 
Jantung ini pompa kau
Napasku hiruk kau
Ku gila
Pada simpatimu
Tapi detak hampa
dunia hilang.
 
Jika jumpa 
urai warna selusin 
bulan penuh di mata
alir detikmu
 
ku jauh
tak tentu dibawa angin
Rangka ini
Kau zat ini
Gemerlap pakian sang dewi
Jurang kita lebur diri.
 
Tertinggal di sini
Lalumu
tumbuh di keping hatiku.
 
Pedadapan: 20/01/2016
 
 
 
Asing
 
siang ini
Di dalam kau
Mampumu jumpa malam
Garis wajah
saksi tualangmu
 
pucuk daun
Senyawa embun subuh
Layu sujud
bisik suara  itu
antara daun kering
antara para rengkuh
 
Mestikah?
pagi putih 
jadi pagi
Pagi jadi 
Di lain hari
Cahaya mentari
Mampu susupi
Jendela itu
 
beribu bunyi 
Tak dengarnya
mulut itu
Di anjungan hancur
Ribut itu makin berisik
daya hilang
waktu hisap 
terlarut waktu.
 
Coba kau
Dengar!!!! Mereka !!!!!
Dengar!!!!!! mereka!!!!!
Dengar............... mereka!!!!!!!!!!
 
Denpasar: 10/02/2016
 
 
 
Tikus Kurus
 
Celotehmu serupa kabut 
Sebab jiwa remuk
jiwa rapuh 
 
Ke mana pergi mereka 
ke mana cari lagi 
jawab asa 
jatuh dalam kubang
mimpi terbang.
 
mentari bila esok
singkir pergi.
berkelok belok lidah
 
Anda tajam  tembus jeruji
Payung penuh umpan
seakan peluh jawab keluh
Gersang ini anda
Henti tiada 
tanpa jala
 
Anda burung pikat
Anda asap pekat
Anda racun pukat
waktu   pun pekat
Hari beribu kabut
 
Camuplase tumbuh
Racun perapuh.
 
Pedadapan: 16/04/2016
 
 
 
Jangan Teman
 
Hay kawanku muda
Jangan kau ke sana
memperkosa serta tauran
ganti wajahmu
penuh dosa
 
Cicipi rasa
kau punya intelektual 
Kau mampu beri jawab.
 
Buka matamu
tak alam mimpi
 
rumahmu.  
nanti dirimu
jawab terbit sinar baru
ayun kaki tanganmu
coret tinta emasmu
 
Denpasar: 20/06/2016
 
 
 
Kenangan dalam Imajinasi
 
Jika kau jadi ilusi
Rintih renta sapa mentari
 
Rintik kasihmu terulur
Dalam akar daun menjulur.
 
Jika kau gugur
Darah ku kan hancur
Kau napas tanpa batas
Resapi segala jiwa.
 
ku tertunduk diantara rintihmu
ku pandang baris dewa  kematian
Terpanggil rintihmu
lonceng tanda dekat
Jiwapun terampas
Tidak tahu sumber pemusnah.
 
Hutan tumbalkan
untuk nilai ekonomi
pendapatan kantong menanjak
Awan gelayuti mimpi
Tengok jika tulang telah rapuh
Kita pergi tinggal mereka
bertaut dengan nafsumu
Apakah mereka nanti tanpa hutan inti hidupnya?
 
Kita buka jendela
Untai seribu sulur
Ikat mimpi serta nafsu
Untuk mereka bertaut
Tak temu lara.
 
Pedadapan: 20/07/2016
 
 
 
I Made Sumertayasa. Lahir di Gianyar 20 Juni 1991. Menetap di Kabupaten Gianyar, kecamatan Tampak Siring, desa Pejeng, banjar Pedadapan, propinsi Bali, Indonesia. Email: yasamerta88@gmail.com dan FB: Made Sumerta Yasa.
 

Terkini