PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Antara Jurang
ku jiwa kelam
kau tawanKu
Kau tak rasa itu.
Jantung ini pompa kau
Napasku hiruk kau
Ku gila
Pada simpatimu
Tapi detak hampa
dunia hilang.
Jika jumpa
urai warna selusin
bulan penuh di mata
alir detikmu
ku jauh
tak tentu dibawa angin
Rangka ini
Kau zat ini
Gemerlap pakian sang dewi
Jurang kita lebur diri.
Tertinggal di sini
Lalumu
tumbuh di keping hatiku.
Pedadapan: 20/01/2016
Asing
siang ini
Di dalam kau
Mampumu jumpa malam
Garis wajah
saksi tualangmu
pucuk daun
Senyawa embun subuh
Layu sujud
bisik suara itu
antara daun kering
antara para rengkuh
Mestikah?
pagi putih
jadi pagi
Pagi jadi
Di lain hari
Cahaya mentari
Mampu susupi
Jendela itu
beribu bunyi
Tak dengarnya
mulut itu
Di anjungan hancur
Ribut itu makin berisik
daya hilang
waktu hisap
terlarut waktu.
Coba kau
Dengar!!!! Mereka !!!!!
Dengar!!!!!! mereka!!!!!
Dengar............... mereka!!!!!!!!!!
Denpasar: 10/02/2016
Tikus Kurus
Celotehmu serupa kabut
Sebab jiwa remuk
jiwa rapuh
Ke mana pergi mereka
ke mana cari lagi
jawab asa
jatuh dalam kubang
mimpi terbang.
mentari bila esok
singkir pergi.
berkelok belok lidah
Anda tajam tembus jeruji
Payung penuh umpan
seakan peluh jawab keluh
Gersang ini anda
Henti tiada
tanpa jala
Anda burung pikat
Anda asap pekat
Anda racun pukat
waktu pun pekat
Hari beribu kabut
Camuplase tumbuh
Racun perapuh.
Pedadapan: 16/04/2016
Jangan Teman
Hay kawanku muda
Jangan kau ke sana
memperkosa serta tauran
ganti wajahmu
penuh dosa
Cicipi rasa
kau punya intelektual
Kau mampu beri jawab.
Buka matamu
tak alam mimpi
rumahmu.
nanti dirimu
jawab terbit sinar baru
ayun kaki tanganmu
coret tinta emasmu
Denpasar: 20/06/2016
Kenangan dalam Imajinasi
Jika kau jadi ilusi
Rintih renta sapa mentari
Rintik kasihmu terulur
Dalam akar daun menjulur.
Jika kau gugur
Darah ku kan hancur
Kau napas tanpa batas
Resapi segala jiwa.
ku tertunduk diantara rintihmu
ku pandang baris dewa kematian
Terpanggil rintihmu
lonceng tanda dekat
Jiwapun terampas
Tidak tahu sumber pemusnah.
Hutan tumbalkan
untuk nilai ekonomi
pendapatan kantong menanjak
Awan gelayuti mimpi
Tengok jika tulang telah rapuh
Kita pergi tinggal mereka
bertaut dengan nafsumu
Apakah mereka nanti tanpa hutan inti hidupnya?
Kita buka jendela
Untai seribu sulur
Ikat mimpi serta nafsu
Untuk mereka bertaut
Tak temu lara.
Pedadapan: 20/07/2016
