PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Secercah Kerinduan
Udara dingin malam menerpa secara berlahan
Tetesan air hujan menghujam tanah dengan deras
Petir menyambar dengan gelap malam dicambuk oleh kilat
Ku bertanya pada malam yang kelam
Sedang apakah kau disana?
Sampai kapan ku menunggumu?
Lewat angin ku menyampaikan salam kerinduan
Kupejamkan mataku merasa dalam pelukanmu
Meski aku tahu itu hanyalah bayangan dirimu
Hangatnya belaian lembut dirimu
Namun itu hanya sekedar ingatanku belaka
Setiap hembusan nafasku bertanya
Kapan kau akan datang?
Kasih, tahukah kini aku telah ketakutan?
Ketakutan akan kerinduan yang tak berujung
Ketakutan akan cinta yang tak pernah terbalas
Jejak yang Tabu
Langit yang kemerahan berlahan menjadi gelap
Dibalik senja bayangmu semakin hilang
Kau berlayar menelusuri setiap debur ombak demi cita
Kini tinggalah beta seorang diri
Seiring dengan tenggelamnya mentari
Dengan sendu Kuayunkan kaki
Semakin jauh kaki melangkah
Semakin tertambat memori yang tersimpan
Kini jejak langkah mu telah hilang
Tergerus arus ombak yang menerjang
Meski jarak telah memisahkan harapan kita
Yakinlah Tali waktu kehidupan akan kembali menghubungkan kita
Mentari berlahan terbenam
Telah menutup pintu senja
Hati terasa semakin pilu akan kepergianmu kawan
Segeralah kembali
Maafkan akan ketidakmampuan sahabatmu ini
Semakin lama waktu kuarungi
Jejak kenangan yang kau tinggalkan kini tak terlihat lagi
Namun, percayalah keindahan itu akan tersimpan dalam memori
Resah
Kabut senja ini
Tak lagi membuatku resah
Hujan disore ini
Tak lagi membuat kulitku menggigil
Cinta yang kukenal
Telah mengubah musim di hatiku
Kasih sayang yang kudapat
Tak lebih dari setetes air tawar di laut biru
Sekilas wajah yang selalu terbayang
Yang hadir di setiap mimpiku
Tangan lembut yang menyentuhku
Harum yang selalu menghampiri
Menjadi teka-teki dalam hidupku
Serasa letih aku berjalan
Serasa aku berjalan di tengah labirin cinta
Ujungnya tak kunjung kutemukan jawaban
Di sepanjangnya hanyalah ada bayangan-bayangan menakutkan
Bangsaku Bertahan dan Melawan
Secuil bait berisikan goresan tinta tentang rindu
Rindu akan bahagia yang abadi,
Keabadian yang selalu dinanti
Penantian panjang yang tak pernah berhenti
Terimakasihku untukmu Sang Pejuang Negeri
Telah sekian lama Rindu itu datang lagi,
Kerinduan akan kehadirannmu
Kehadiran akan Gejolak perjuangan yang selalu ada dalam dirimu
Pernahku mendengar saat gemuruh badai menerpa
Dalam sekejap langit yang cerah berubah menjadi kelam
Udara yang panas terasa menggigil,
Terdengar letusan senjata bagaikan petir yang menyambar
Oh.... Malang
Kawanmu terkulai lemas tepat disampingmu
Desiran angin menerpa,
Mengantarkan setiap hembusan terakhir nafasnya
Menjelajahi setiap bagian jasad yang tak benyawa itu
Tetesan air matapun, tak sanggup membangkitkannya
Namun Kau tetap bangkit dan melawan mereka,
Mereka yang menjelajah Negeri tercinta
Bersama yang lain kau bersatu menumpas ketidakadilan
Kau berkata, kami punya ilusi,
Ilusi akan pasukan yang besar,
menggunakan baret merah,
Memakai baju lapis baja,
dan Bersenjatakan laras panjang
Sekali lagi itu hanyalah ilusi,
Kenyataannya,
Kalian begitu kecil, dengan baju yang terkoyak oleh darah,
Dengan bambu runcing senantiasa berada di tangan kalian,
Meski begitu kalian telah mampu hancurkan lawan
Wahai sang pejuang negeri,
Dengarlah jeritan kami
Kami yang kini telah kau anggap merdeka
Namun sesungguhnya, kami hancur dalam gelas
Hancur karena kebahagiaan semata
Kau berjuang dan gugur di medan perang,
Tapi kini, lawan kami tak nyata
Lawan yang telah merubah semua dunia kita
Lawan yang secara berlahan telah menghilangkan kedamainan dalam jiwa
Wahai pejuang bangsa, bagaimana cara kami untuk melawan
Melawan mereka yang tak terlihat
Namun, mampu menyita semua milik negeri
Mengubah alunan dawai dan seruling kedamaian
Menjadi alunan nada yang asing ditelinga kami
Terbesit tanya yang tak terjawab, Siapakah mereka?
Mereka yang mampu merubah kharakter bangsa
Menjadi bangsa yang tidak kau inginkan
Membuat daun muda terombang – ambing teriup angin
Kemanakah kami akan kembali? ketika pohon yang menompang kami
Tak lagi sadar akan rayap yang terus menggrogoti untuk menumbangkan kami
Oh.....para pejuang negeri
Mereka begitu kuat, mereka telah mampu merobohkan, membodohi, merusak,
menghancurkan ,mengeksploitasi dan menyita semua milik bangsa
Apa yang harus kami lakukan?
Melawan? Iya, kami akan terus melawan. tapi bagaimana?
Jika daun muda ikut mengering tertiup angin, daun tua telah gugur menimpa tanah
Dan Pohon yang menopang kami tak lagi berdiri kokoh,
Masih mampukah kami menyuburkan kembali tanah yang berlahan telah tandus
Wahai Pejuang negeri ?
Jawablah pertanyaan kami? Hadirlah bersama kami
Sadarkan kami dari tidur panjang kami
Tanamkanlah semangat juang pada kami
Bangunkanlah pohon yang berlahan telah layu dan keropos termakan parasit yang tak pernah kami kenali
Oh... Pejuang negeri,
Mampukah kami, berjuang hingga akhir
Mempertahankan pohon penompang untuk tetap berdiri
Mewujudkan cita-cita yang telah kau ukir
Menjadi bangsa yang tau diri
Mempersatukan bangsa yang berlahan telah terkikis
Di negeri tercinta untuk menemukan jati diri yang abadi
