Menantang Roda Kehidupan, Untukmu Untukku dan Untuk Kita, Petunjuk dari Alam

Rabu, 31 Agustus 2016 | 03:42:32 WIB
Ilustrasi. (Donna Bellas/picssr.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Menantang Roda Kehidupan
 
Seperti berlalu, padahal belum
Seperti musnah, padahal ada
Seperti kosong, padahal berisi
Seperti tidak, padahal iya
 
Hanya hampa tak berarah
Aku berjalan di atas tanah basah
Melewati bunga yang sedang merekah
sayup terdengar melodi indah
 
Dilema yang menghadang
Tak menyurutkan niat untuk berperang
Melawan roda kehidupan yang terbentang
Aku siap berdiri untuk menantang!
 
 
 
Untukmu, Untukku, dan Untuk Kita
 
Untukmu, yang entah di belahan bumi mana
Kuharap kita bisa bertemu di suatu waktu
Merasakan getaran yang sama saat mata kita beradu
 
Untukmu, yang entah di belahan bumi mana
Kan kutitipkan salamku lewat hembusan angin merdu
Karena merpati tak lagi mau
Di saat rinduku sudah melebihi batas rindu
 
Untukku, yang masih menunggu di sini
Tenanglah dalam diam yang tak bertepi
Meyakinkan diri bahwa ia akan datang sebentar lagi
 
Untuk kita, yang berada di mana saja
Lihatlah sekeliling kita secara bersama
Mungkin kita akan menemukan kita
Dimana terdapat sinyal yang diketahui hanya oleh kita
Lalu kita akan berjalan menuju pelabuhan cinta yang hanya untuk kita
 
 
 
Petunjuk dari Alam
 
Berpikir seribu bintang kan datang
Dari taman seribu galaksi yang terbentang
Karena dia telah menciptakan gugusan yang terang
Dan terasa indah bila dipandang
 
Petunjuk dari alam, kaukah itu?
Saat siang telah berubah menjadi hitam
Yang bisa memberi penerangan saat gelap
Yang ada di laut maupun di darat
Yang membuat hati aman dan nyaman
Yang berkilauan bagai pelita besar dalam tabung kaca
Yang menjadi salah satu tanda kebesaran-Nya
Yang menjadi lukisan murni sebagai hiasan malam
Yang memiliki suatu sinar yang tajam
Ya, sinarmu sangat tajam
Maukah kau membaginya sedikit untukku?
 
Jika kelak kau telah berguguran dari alasmu
Apakah yang akan terjadi pada alasku?
Akankah saat itu kami baru mencari-cari-Nya?
Akankah saat itu kami baru meminta perlindungan-Nya?
Lalu di mana kami saat ini?
Maka, tunjukilah kami jalan itu, wahai petunjuk dari alam
 
 
 
Nurul Sakinah AR, berasal dari Medan, Sumatera Utara. Hobi menulis, membaca, travelling, masak. Sekarang sedang berkuliah di salah satu universitas negeri di Medan, dan mengambil bidang yang sangat bertolak belakang dengan sastra.
 

Terkini