PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Puisi untuk Mama
Kau selalu jadi yang pertama
Yang pertama mengenali awal kehadiranku
Yang pertama memelukku saat aku hadir di dunia
Dan orang pertama yang mampu menenangkanku
Kau masih jadi yang pertama
Yang pertama aku cari ketika aku sendiri
Yang pertama aku panggil ketika aku sakit dan terluka
Kaulah orang pertama yang ku lihat di setiap ku bangun pagi
Mama, kini aku beranjak dewasa
Aku meninggalkan rumah dan merantau ke luar kota
Melanjutkan pendidikan demi gelar sarjana
Demi cita-citaku yang ingin membuatmu bangga
Mama, aku mencintaimu
Separuh hati ini penuh dengan namamu
Kaulah yang menguatkan bathinku
Bantu aku dengan doamu
Kau akan selalu jadi yang pertama
Yang pertama aku ingat ketika senang, sedih, maupun rindu
Kau tetap yang pertama, kau segalanya
Mama, puisi sederhana ini aku buat untukmu
Bengkulu, 20 Agustus 2016
(untuk Mama Zaitun di Padangsidimpuan)
Hujan
Awan putih menjadi hitam keabuan
Langit biru pun menghilang
Angin berhembus kencang, dedaunan mulai berguguran
Satu per satu air langit kemudian datang
Terima kasih hujan,
Kau sejukkan lagi alam yang gerah
Turunlah yang deras, hujan!
Berikan nafas baru bagi akar yang nyaris patah
Banyak yang menghindarimu
Tak sedikit pula yang menantimu
Banyak kenangan yang datang bersamamu
Itu lah mengapa menyukaimu
Aku suka kau, hujan
Aku suka mencium bau tanah yang kau serbu
Aku suka kau, hujan
Saat kau turun, ada kasih sayangNya datang padaku
Terima kasih Tuhan,
Kau turunkan hujan
Bersamanya ada ketenangan
Sungguh, rahmatMu membawa kedamaian
Bengkulu, 22 Agustus 2016
Aku, Kau dan si Kecil Canggih
Saat manusia kesepian
Si kecil canggih paling setia
Saat manusia butuh bantuan
Si kecil canggih penolong pertama
Untuk apa kehidupan, simbiosis, dan sosial diciptakan?
Jika si kecil canggih adalah tempat bergantung manusia
Untuk apa manusia menjalani kehidupan nyata penuh tantangan?
Jika si kecil canggih bisa membawa manusia ke dunia bahagia
Teruntuk si kecil canggih,
Terima kasih telah hadir membantu dunia dengan kemudahan
Tapi jangan beri manusia kebahagiaan yang perih
Bagai heroin yang menjanjikan senang namun mematikan
Untuk manusia kesepian,
Tak tahukah kau dunia bahagiamu itu penuh kepalsuan?
Tak tahukah kau aku merindukanmu dalam dunia nyata?
Tak tahukah kau dunia kita lebih indah dari tempatmu yang maya?
Aku merindukan keramaian
Aku menginginkan tawa di sebelah telinga
Bukan tawa bentuk emoji dalam ketikan
Aku butuh mereka yang nyata
Bengkulu, 22 Agustus 2016
