Junjunglah Melayu, Mendiskriminasikan, Pemuda Bersumpah

Rabu, 31 Agustus 2016 | 02:01:08 WIB
Ilustrasi. (Ken Delmar/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Junjunglah Melayu
 
Eiii..yahomae…yomaaa….Menjunjung langit…
Eiii…yomaae…yomaa…menjunjung marwah…
 
Berbisik bisik kuat terasa di jiwa
Tak merangkak semangat terjunjung
Mengoceh tradisi kami menjulang
Budak pekak tak mampu mengusik
  
Menjumbai rasa menguak budaya
Tak mati tak mengigau terbuat
Berhembus nyawa tak meninggalkan sesak
Dondangkan syair tak kalahkan penyair
 
Tak hilang kami merajut asa
Menggapai setinggi langit terucap
Kata budak kami tak hiraukan
Merangkul makna di setiap kiasan
 
 
Oooiii..malangnya nasib budak telungkup
Membisu meraba menekan arti kata
Mengunci otak terus menguak imajinasi
Tekulai bangkit bara tiada busuk
 
Eii yomahe…yomaaa….junjunglah tradisi..
Eiii..yomahe…yomaa….junjunglah budaya..
 
Kami melayu kokoh tak tumbang
Budak tergeletak jangan di kira mati ingatan
Walau tubuh kami nak oii bercucur darah
Semangat melayu kami tak kalah bersua
 
Pukul gendang petik tali tekan irama
Merdu kami takkan goyang malas
Marah membara melambung tinggi
Pijak tertusuk menusuk mengangkat marwah
 
Tinggi setinggi kilau cahaya nan kemilau
Budak melayu juangkan hakikat bangsa
Oooiii…hilang letih membakar membara semangat
Putih jangan di kata hitam bertanduk sumpih
 
Kuat merasa bagak terniang-niangkan
Tertulis dalam debu tersusun makna 
Terkenang alunan merdu kami memekak
Menghentam jiwa bekobar insan budak-budak menjunjung
 
Mendengking panas kami masih bermain
Patuk lele menjentik guli merasa saudara
Bercekak gembira tiada nak di musuhkan
Bercekak marah tiada nak di menangkang kami bersaudara
 
Ooo…yaomaa…aliomaa…aa…
Menyondok menepuk batang dan tembok
Mencari kawan menyeru azan senja
Mak tepekik menyanyah sudah
Kawan mengejek esok mulai menyeru
 
Oooiii…menekuk kaki tangan menyilang
Melangkah seakan menahan beban
Meletup bibir..haak.. berpadu lengkukkan badan
Junjunglah tradisi junjunglah budaya junjunglah melayu
 
senin, 14 maret 2016
 
 
 
Mendiskriminasikan
 
Publik berkicau
Politik merajalela
Jiwa terancam
Bangsat bukan kepalang
Haiii…
 
Senyap sudah yang melarat
Apa nak di buat
Duduk termenung menjadi karat
Moral dikata tapi tak beradat
 
Disni aku berdiri dengan amarah
Berkata bukan janji seperti amanah
Membangun negeri di sebut korupsi yang kalah
Berjuang demi rakyat geram memegang tanah
 
Sudah cukup penderitaan terjadi
Sadarlah bung hidup lama pun juga akan mati
Jangan jadi pelacur nona di masa modernisasi
Budak-budak menjadi virus awal yang tak pasti
 
Berbuat semaunya
Tak berfikir hanya mengarut kepala
Mendengar religious menangis seketika
Salah siapa jika tak beriman hidup di dunia
 
Porngrafi dan seks semakin kuat
Otak berfikir menghina martabat
Tertawa sudah seperti bangsat
Mendiskiminasikan bangsa sendiri seperti keparat
 
Janji dikata
Marah di hina
Haii…
Sadarlah!!!
 
Daratan Amarah, 20 juni 2016
 
 
 
Pemuda Bersumpah
 
Terkoyak langkah siksa tak berampun kata 
pahit asah berasah tajam melukis luka
aaaah..ahhh..ahhh… siapa itu seperti doa
datang terniang didengar  tinggal jeritan jiwa
timbul urat tumpah darah nak di pancung binasa
 
Oooiii…ooooiii…. Lihat kami tak mempan senjata
berkalang tanah sungai menjadi saksi derita
terpampang gelombang apa yang di bangga
sumpah pemuda pedongkrak  jiwa bangsa
seolah melayu tak di kenang tanpa jasa
 
Berpadu berkumpul tak berkarat
tapi kenapa kami di pandang melarat
apa nak di bangga jika masih keparat
kami melayu tak pernah diingat
jahannam anjing mengonggong menjilat
 
Semak belukar duri wajah di kenang
luka tergores menusuk terlihat garang
oooiii…ooooiii... masih merangkak di selengkang
berdiri kaki terkulai arus melenggang
apa nak diusir kalau sudah  tertanam tiang
Mati terasa kaku berlinang darah
payah menyuap nasi tangan menadah
di kucil tak terkasihani bak sampah
mencari ikan menangguk limbah
mewah di makan hidup susah
 
Terkalung leher seperti hewan peliharaan
bangsat terkata raga terseretkan
menangis, tertawa tak malu di atas penderitaan
musuh bangsa mati di binasakan
jiwa seakan mati tak mampu terusikkan
 
Buat apa melihat kami kaya
buat apa kami bersendagurau asmara
syetan terpana gembira bahagia
mengemis lidah terbata-bata
wahai mahkluk adam tak ternama asa
 
Imajinasi!!!!
inilah kami wahai negeri
indahnya pesona tetapi kami telah mati
pemuda bersumpah mereka mati
jangan mengusik iblis yang mengungsi di tanah air ini
 
Perawang,28 Oktober 2015
 
 
 
Didiek Al Tray atau bernama asli Didiek Try Kurniadi lahir di Perawang 20 april 1994. Mahasiswa Universitas Lancang Kuning FIB Sastra Melayu semester 5. Baru menulis puisi sekitar 2 tahun lalu dan pernah berperan dalam berbagai organisasi maupun sanggar.
 

Terkini