PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Ragamnya Negeriku
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup meghidupimu
Itulah senandung nyanyian yang menembus kalbu negeriku
Seakan membius pendengarnya
Indonesia satu kata penuh makna
Beragam budayamu bersatu dalam jiwa raga
Bhineka tunggal ika sebuah semboyan yang sarat makna
Tak hanya persatuan kita melainkan perasatuan suku budaya dan bahasa
Sungguh elok negeriku beratus ratus suku memenuhi permadani negeri
Ribuan pulau pulau yang indah berjajar di negeri ini
Hijaunya hutan tiada henti memanjakan mata yang melihatnya
Samudera biru yang luas terbentang dengan gulungan ombak berirama
Alunan musik gamelan,kecapi,sasando,masih berbisik dengan syahdu ditelinga kita
Hatiku berdetak kagum dengan rasa penuh syukur
Kekagumanku sulitku pendam dari siang hingga malam pesonanya tak pernah padam
Semoga negeri dengan sejuta simponi tetap lestari abadi
Dan keindahanya tak akan pernah sirna.
Wajah Indonesia
Langkah kakiku terus berjalan tiada henti mencari sesuap nasi
Namun bagaimana kubisa menitih jalanan dan jembatan penuh terjal
Batu batu nan lancipun berkilap ingin menyentuh telapak kakiku
Sekelilingku penuh semak dan duri yang tajam
Beberapa kali banjir mendatangiku dikala tidur nyenyak
Inginku keluh kesah tapi pada siapa
Aku hanyalah angin lalu bagi mereka
Inginku hadir ditengah duri penyakit kehidupan
Inginku bersuara dengan lantang bersorak aspirasi
Namun duri terlalu banyak tersebar merata di negeri yang elok ini
Para pengawal berjajar di depan gerbang yang kokoh
Tamen pentungan dan pistolpun melengkapi tubuh mereka
Tak lupa atribut pangkat melekat di seragam meraka
Dan mengusir suaraku yang bergejolak penuh derai air mata
Melihat jajaran penguasa elite memperebutkan kursi megah nan mewah
Tak melihat rakyat jelata merintih penuh perih
Wahai para pejabat di mana janjimu..?
Dimana sumpahmu..?
Bumbu bumbu racunun telah menggerogoti mereka
Rasanya ingin mengunyah habis uang negara
Sungguhku tak sudi melihatmu hanya ucapan belaka
Sudah 71 tahun Indonesia merdeka dan merah putih masih berkibar
Namun tak punya malu para petinggi negeri melumat habis kekayaan kita
Hari demi hari semakin menjadi jadi
Para politikus semakin rakus dan tamak
Tikus tikus berasi berkeliaran menyelipkan uang rakayat
Hai koruptor memakan uang kotor yang berhati kotor
Dimana hati kalian..?
Sungguh ironiku melihat petinggi petinggi negeri yang tak pantas
Sajak Rindu
Tetes air mata menitih dikala mentari kembali ke peraduan
Cahaya mentari meredup seakan hilang ditelan bumi
Luasnya langitpun mulai menguning kemerahan hingga gelap
Seakan ingin berhenti sejenak dari kehidupan
Bilaku melihat dirimu jiwa ini terasa kelu
Seakan engkau telah kembali dipelukanku
Dikau yang telah memberikan bumbu hati padaku
Kini telah berkurang rasa nikmat dikala kau melepas genggamanku
Bunga bunga yang bemekaran kini telah kuncup beristirahat
Fikiru dalam keheningan kapankah engkau datang..?
Apakah engkau telah mendapatkan lelaki yang mendampingimu..?
Namun seakan kau kembali padaku
Cahaya rembulan dengan gemerlapnya bintang menghiasi hati ini dikala rindu
Kuingat dikala kita menyayikan syair yang syahdu
Bersamamu kuukir rona bahagia namun hanya secuil waktu
Ingin kuhabiskan malam ini dengan melangkah entah kemana
Dan kucoba tepiskan semua rindu namun semakin membelenggu
Seakan memecahkan keheningan dimalam ini
Suara lembut berbisik dibelakangku seperti ingin mengajak terbang bersamamu
Kepekatan pun meyelimuti diriku dikala mataku bertatap denganmu
Untaian nada nada indah menembus kalbu sekan lama menunggu
Akhirnya kau datang dan kembali padaku
Dunia ini terasa milik kita berdua
Ketika tangan dan pelukan datang
Mengalir air mata rasa bahagia diantara kita
Yusril Fahmi Rosyadi, dilahirkan 17 tahun yang lalu di kabupaten Banyuwangi tepatnya 04 April 1999. Saat ini baru masuk masuk bangku kuliah setelah lulus tinggkat menengah atas ditahun 2016 ini. Ia mendaftar di Universitas Islam Malang dan mengambil jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Alumni dari SMA Unggulan BPPT Darus Sholah Jember.