PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Penopang Asa
Seutas cahaya kecil, ingin berbicara
Sepotong lilin yang rapuh, ingin menjerit
Dia, hanya bisa diam
Tetap berdiri tegak menopang cahaya
Tak pernah berusaha tuk melawan,
Dia, akan selalu pertahankan cahaya untuk tetap menyala
Sekecil apapun raganya, dia tak pernah menolak menopang cahaya
Mungkin...
Cahaya ingin tertiup, agar lilin berhenti menopangnya
Cahaya ingin terjatuh, agar ia mati untuk sepotong lilin
Dan cahaya, selalu ingin berganti menjadi lilin
Mengerti akan segala rasa sakit yang dirasa,
Yang selalu kuat melelehkan tubuhnya, demi seutas cahaya
Seutas cahaya dan sepotong lilin,
Ibarat ikatan sepasang sahabat yang abadi
Sahabat yang melindungi, sahabat penopang hidup
Seorang sahabat, yang merelakan raga demi kebahagiaan
Mampu meregang nyawa, demi suatu ikatan
Ikatan sederhana, tanpa adanya alasan
Ikatan tanpa beban, untuk sejuta kemuliaan
Karena bahagia adalah kesederhanaan,
Maka persahabatan ialah kesederhanaan yang abadi
My Hero
Tawa seakan pecah, saat dia sembunyikan penatnya
Mimpi seakan sirna, ketika tatap mata lelahnya
Semua kesedihan dalam kalbu hilang dalam peluknya
Ayah...
Sosok yang tak pernah mengeluh di masa sulitnya
Masa sulit untuk menggapai sesuap nasi dan sekuncup uang receh
Dia yang selalu tersenyum walau pulang dengan tangan hampa
Dia yang selalu memohon maaf, saat keringat mengucur tanpa receh
Hujan yang dingin, maupun keringnya panas,
Tak pernah goyahkan tekad demi keluarga
Tak pernah urungkan niat, tuk usaha lebih keras
Serta tak pernah mundurkan langkah, demi mimpi peri kecilnya
Aku tak pernah tahu, kapan ayah mengeluh
Aku tak pernah melihat ayahku menangis,
Aku ttak pernah mengerti, mengapa ayah tak ungkap perasaannya
Dan aku tak dapat memahami, tentang segala yang ada dalam benaknya
Yang aku tahu,
Ayah adalah segalanya,
Alasan pembangkit semangat meraih mimpi
Tanpanya, aku bukanlah siapa siapa,
Terima kasih ayah, atas semua upaya untuk peri kecilmu
Atas segala tetesan peluh demi kebahagiaan yang sederhana
Insan Milik-Nya
Alam menyeru umat untuk bersyukur
Waktu menyeru umat untuk lakukan manfaat hidup
Hidup menyeru umat untuk senantiasa ikhtiar dalam doanya
Dalam lindungan-Nya, umat diajarkan untuk berserah diri
Dalam kuasa-Nya, umat diserukan untuk sadar bahwa ia akan kembali
Dalam ridho-Nya, senantiasa dilancarkan segala urusanyya
Dalam tuntunan-Nya, umat diajarkan arti sabar dan pantang asa
Semua adalah karena-Nya, Dia Yang Maha Sempurna
Angin selalu ada waktu untuk lewata tanpa arti
Lewat hembusan angin, mengajarkan kita senantiasa bersyukur kepada-Nya
Sifat semilir dengan kesejukan yang ringan, selalu saja tenangkan hati
Hirup nafas panjang, seakan hapus segala persoalan hidup
Karena angin, adalah bentuk penyejuk hati dari sang Kuasa
Bersyukur adalah cerminan hati bagi seluruh umat manusia
Bersyukur ingatkan kita akan seberapa kecilnya dunia
Mengingatkan derajat kita bagai bulir debu di mata-Nya
Kita hanyalah hamba yang menumpang hidup
Hanya mampir ke dunia untuk bertamu
Bertamu dengan sopan santun, untuk bekal di kehidupan abadi
Bertamu dengan lantunan hati tulus ikhlas tanpa dendam
Kita hanyalah hamba yang diberi waktu untuk berusaha dan berlomba
Menggapai caahaya untuk pulang ke pangkuan-Nya
Tujuh Puluh Satu
Indonesia...
Satu kata, berjuta makna
Satu kata, ribuan usaha
Tetesan darah iringi langkah capai cita bangsa
Jutaan manusia, angin, dan usaha gapai indonesia
Seruan tangis lengkapi perjuangan ciptakan bangsa
Gejolak semangat menggebu-gebu raih indonesia
Keberagaman agama, aksara, dengan ribuan suku bangsa
Kesucian hati, keelokan sang pertiwi
Guguh teguh perjuangan pahlawan bangsa
Tatih perih perasaan hati wujudkan mimpi
Hanyalah demi bangsa yang satu, kemerdekaan indonesia
Indonesiaku...
71 tahun berkiprah menjadi satu kesatuan bangsa
71 tahun mencoba berdiri membangun bangsa sejahtera
setelah penantian panjang penjajahan,
71 tahun terbebas dari nippon dan belanda
Para pejuang bangsa...
Tak luput dari segala hawa bebas yang dirasa
Tetesan darah mereka relakan demi keutuhan bangsa
Ribuan nyawa mereka korbankan demi generasi bangsa
Mungkin, generasi muda sudah tergerus segala arus peredaran zaman
Mungkin, generasi ini tak peduli lagi makna kebebasan merdekaa
Bahkan mereka tak berfikir arus zaman yang menggores budaya asing
Budaya yang membuat kita lupa akan keberagaman budaya milik sendiri
Pertahankan Indonesia...
Majukan Indonesia...
Buat Indonesia bangga dengan jutaan karya
Buat Indonesia menangis bahagia karena prestasi juara
Dirgahayu Indonesia, Tujuh Puluh Satu Merdeka !!!
Nur Alifah, anak pertama dari 2 bersaudara, usianya masih 18 tahun. Tinggal di rumah kecil dalam dusun di daerah Ungaran Barat. Tepatnya Dusun Jambon Ungaran Kecamatan Ungaran Barat, Kelurahan Ungaran, Kabupaten Semarang. Baginya, dengan menulis, semua yang ia lalui dalam kehidupan, mulai dari tawa, duka, tangis, dan kekosongan hati, dapat tertuang begitu saja dalam untai kata. Ia bangga dengan apa yang dimiliki sekarang. Bersyukur atas apa yang Allah percayakan kepadanya saat ini. Ia merasa beruntung memiliki keluarga kecil yang selalu mendukung apapun kemauan dan tindakan yang ia jalankan. Semua dedikasi tulisannya, semata-mata untuk keluarga kecil yang mengajarkannya tentang arti kedewasaan diri dalam menciptakan kesederhanaan hidup yang bahagia. Motto hidupnya cukup sederhana. Ia hanya selalu memotivasi diri untuk tetap bangkit dalam hadapi apapun keadaan dalam lingkup kehidupan. Dengan segala ikhtiar dan ucap doa yang selalu dipanjatkan, selalu yakin dalam menapak menuju tujuan utama dalam hidup. Kehidupan adalah anugerah terindah dari Allah SWT. Bisa dihubungi melalui email: alifan433@gmail.com