Kekasih Ilusi, Tautan Negeri Ini, Kau! Kau yang Bicara

Selasa, 30 Agustus 2016 | 06:04:31 WIB
Ilustrasi. (Bobbym/favim.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Kekasih Ilusi
 
Kekasih.......
Untuk yang satu ini lidahku terasa kaku
Imajinasiku terasa buntu lantaran kasih sayangmu
Yang Tak akan pernah bisa terkias oleh metafor paling indah
Sekalipun.
Kekasih.......
Biarlah sajak untukmu tetap kupingit dalam raut kalbu, dan
kalaupun berkenan baca saja rangkaian prosa pada raut wajahku
Karena aku tak pernah memakai cadar dihadapanmu.
Kekasih.......
Aku mengenal kasihku dengan sendiriku tanpa ada
Yang mengajarinya, tanpa ada yang mengukir refrensinya
Dan karena mu aku juga mengenal rindu, yang kuyakini
Hingga riwayatku di telan bumi…….
Kekasih.......
Aku tak tau kita sama mencintai kesahajaan
Kita sama membenci kemunafikan
Maka, untuk apa aku menutup aurat  tabiatku
Jika hanya untuk membahagiakan mu....
 
 
 
Tautan Negeri Ini
 
“di negeri kami......
Masih ada seda seduh liur yang terkubur
Anak-anak pun lahir dari ketuban kemiskinan
Ketika rahim terus digali dialirkan
Menjadi air mata…..
Remuk redam mereka melagukan
Gurindam kelak “kasih” kapankah kita harus
Berhenti dikampung cinta yang pedih ini ?
Sementara hati kita terus di tambang dan di bakar
Sampai tanah kita menyisakan nanah”
Akan kah kita mati oleh dendam ?
Ketika ujung tancung di laut terus membusung
Dan pada ladang masa depan semakin
Terbuang dalam sujud keriput, lalu mereka berdo’a
dengan bahasa luka, sambilu merebahkan tangan ke udara…..
kami tak akan kalah! sampai semua mata terbuka melihat jazirah
di atas peta(ka) negeri kita.....
puisiku yang berkarat masih saja
melihat sejarah tersayat, almanakku dipermainkaan
nasib. Abjad-abjad usang merenung di sudut sudut kampung
lalu lambung pun ikut membusung menciptakan cerita murung
“ah......! gubuk-gubuk kayu cindra mata sepanjang masa
Sebait puisi bisu adalah mimpi sang penyair dulu
Masih adakah malam pertama?
Sebelum kusemai kembali rahim rindu yang lalu.....
 
 
 
Kau! Kau yang Bicara
 
Apa artinya sajak……
Kalau setiap saat manusia dapat ditembak
Hanyalah lantaran badai yang tersandang
Dan hatimu meradang
Apa artinya puisi……..
Kalau pintu penjara dibuka
Hanya lantaran merasa kuasa
Dan hatimu marasa berdosa?
Kutulis sajak ini
Karena robekan hati
Puisipun harus menebus
Hidup aman dalam bungkapan
Ditindas kesewenang-wenangan
Penyairlah yang bicara
Menyampaikan kodrat manusia…….
 
 
 
Moh. Suhaimi adalah penulis muda yang hidup dalam kesunyian kasih sayang. Penjara kesucian dengan banyak puisi yang telah ditulisnya dan salah satu karyanya telah tersimpan di catatan hariannya dan sebagai buah tangan untuk semua orang yang mengharapkan. Dia dilahirkan bersama empat saudaranya di desa tercinta Meddelan Tengah Lenteng, Sumenep. Saat ini dia bersekolah di MA1 Annuqayah yang mempunyai grup teater terkenal, Kotemang. Dia bisa dihubungi melalui FB: Moh. Suhaimi 
 

Terkini