Puisi Tengah Malam, Senggama Puisi, Demo Puisi

Selasa, 30 Agustus 2016 | 04:12:02 WIB
Ilustrasi. (Shelly Leitheiser/absolutearts.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Puisi Tengah Malam
 
Sepenggal kalimat yang resah 
Memaksaku kembali terjaga
Menyelesaikan ia agar utuh
Menjadi sebait puisi
Ia meminta dikirimkan 
pada kolom koran Minggu
“Bila besok saya dimuat, 
Tuan tak lagi memakan nasi sisa,
Setidaknya sampai seminggu ke depan”,
Ucapnya sambil tersenyum lirih.
 
(2016)
 
 
 
Senggama Puisi
 
Pukul 03.00 di penghabisan Jumat aku terbangun, sebab mendengar desah tak wajar. Ku cari sumber suara yang ternyata berasal dari bilikku sendiri. Tapi siapa pula yang berani melakukannya di sini? Ah, rupanya Kertas dan Pena tengah asik bercinta di atas meja kerjaku. Kulihat Pena menyemburkan cairan hitam di atas Kertas. Pertanda puncak nikmat telah ia capai. Sesaat kemudian mereka lelah. Lelap berdampingan. Lalu aku mengendap-endap, mendekati. Sebait puisi terpampang jelas dari sisa senggama mereka. Tanpa pikir panjang kucuri puisi itu, kukirim pada kolom  koran Minggu lewat surat elektronik. Barangkali layak muat. Lumayan, kretekku sudah tinggal sebatang.
 
(2016)
 
 
 
Demo Puisi
 
Kali ini aku mesti berkelakar dengan puisi-puisi
Yang kuciptakan sejak bertahun lalu
Mereka berdemo 
Membentuk aliansi “Tolak Reklamasi Puisi”
Satu puisi tertua memprovokasi yang lainnya
Dan menjadi juru bicara
“Kami datang dengan maksud menuntut
Hak kami untuk mempertahankan orisinalitas kami
Kami tak sudi menggadaikan 
Harga diri demi pangsa pasar
Kami tidaaaak sudiiiiiiiii!!!!
Hidup puisi!!! Tolak reklamasi!!!”
Teriakan lantang mereka membuatku urung
Beralih menulis romantika remaja.
 
(2016)
 
 
 
Santa Mantari, gadis muda asal Bali yang mengenal dan belajar menulis puisi lewat kekasihnya. Saat ini telah menamatkan studinya di Fakultas Hukum, Universitas Dwijendra dan sedang menunggu panggilan untuk pekerjaannya yang baru.
 

Terkini