Arti Kutub Pelangi, Bisikan dari Semesta, Janji Jingga, Kau Puisi, Romansa Pelangi

Selasa, 30 Agustus 2016 | 03:55:30 WIB
Ilustrasi. (Leonid Afremov/afremov.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Arti Kutub Pelangi
 
Tatkala cahaya rembulan di ufuk sana berkilau
Disambut hembusan angin senja yang melambai
Pada detik yang selalu mengericik hati
Rasa pilu menyengat dengan hebatnya
Aku pun selalu mencoba bertanya
Bertahan menyawa mengering layu
Pertanyaan yang selalu menggema sukma
Hujan yang singgah menyapa kala itu
Akankah pelangi terbit dikutub sana?
Mencoba mewarnai abstrak yang terlukiskan disana
Dibalutkan aroma malam yang mencekam
Karya semesta alam nan mempesona
Aku pun bisu
Tak mampu menjawab gelegar gema itu
Pancaran feromon senja menyilaukanku
Seakan bertanya tentang sandaranku disini
Akankah aku rapuh akan penantian?
Diselimuti pekatnya dingin Kristal
Terkadang pelangi layaknya fatamorgana
Datang lalu hilang...
 
 
 
Bisikan dari Semesta
 
Tatkala embun pagi menyapa
Dedaunan melayang melepas asa
Butiran air langit berkilauan
Turun perlahan dan gemerlapan
Seketika fatamorgana merasuk sukma
Di iringi matahari di ufuk sana
Burung bercengkramapun usai sudah
Kembali jua tinggalkan lelah
Kini terpampang senja jingga
Berkeluh kesah hanya pada-Nya
Dengan berbalutkan keheningan
Kuharap semesta kabulkan penantian
 
 
 
Janji Jingga
 
Senja temaram kembali ke peraduan
Menggenggam cahaya yang gemerlapan
Laksana derik bunyi jantung
Kala itu semakin mencekam
Deru ombak pun bergelombang
Lemah lunglai sampaikan rasa
Auranya terkadang terlihat jingga
Melaju perlahan dan pulang
Aku pun terhanyut..
Terbuai dalam lamunan sesaat
Kerikil kecil yang kugenggam retak
Goyahkan lamunan terbang dan melayang
Dinginnya pun kini menusuk sukma
Laksana kutub bekukan palung jiwa
Kucoba jelajahkan kisah romansa
Mencoba mewarna janji laksana pelangi
Namun apa yang ku dapat kini?
Sulit untuk kuraba terang
Mengering raga menanti jua
Mungkin harus coba tuk ku lupakan..
 
 
 
Kau Puisi
 
Dedaunan berguguran helai demi helai
Semilir lembut angin menerpa
Menyibak aroma kerinduan
Tentang rasa yang tertinggal
Hujan pun uraikan basah
Meninggalkan embun yang mendinginkan
Kadang ku termangu di sudut jendela kamar
Secercah wajah nampak ketika senja datang
Kau puisi..
Namun ku bukan pujangga hati
Kau puisi..
Walau raga tak mampu kulihat lagi..
Mungkin benar adanya
Raga tak mampu menemani
Tak jua bergeming
Namun hati selalu disini, abadi..
 
 
 
Romansa Pelangi
 
Aku tersigap dalam mimpiku
Tergoyahkan lamunan kala itu
Saat itu hujan turun..
Lalu berpesan padaku
Jika pelangi datang nanti
Tolong titipkan rasa yang ku lukiskan
Aku pun tercengang
Menatap romansa pelangi
Bahasa kalbunya menyiratkan rasa
Walaupun pelangi kurasa fatamorgana
Namun warnanya bingarkan semesta
Kurasa angin pun ikut berbisik
Sumbang suara
Sumbang cerita
Bernafaskan bait puisi yang sempurna
Juga sajak yang menggetarkan
 
 
 
Dinda Aziiza Hasan. Nama pena, Dindalova. Lahir di Denpasar, Bali pada 20 Januari 1995 dan menetap di Jl. Gunung Krakatau Gg.1 No.11 Denpasar, Bali. Saat ini sedang menempuh S1 di FEB Universitas Udayana jurusan Manajemen Keuangan. Email: dindaaziiza20@gmail.com
 

Terkini