Salahkah Aku?, Sebuah Kesadaran, Jangan Paksakan tapi Terima, dan 2 Puisi Lainnya

Selasa, 30 Agustus 2016 | 03:33:44 WIB
Ilustrasi. (Aja/thehurthealer.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Salahkah Aku?
 
Salahkah jika aku terkagum denganmu?
Kau berbeda dari mereka
Tak banyak orang kukenal sepertimu
Salahkah jika ku menaruh rasa padamu?
Lewat karyamu ku jatuh hati
Terbuai dengan indahnya rangkaian kata itu
Salahkah jika kau kusebut pembangkit jiwa?
Kau bangunkan aku yang jatuh 
Melalui bisikan katamu, lalu merasuk dalam jiwaku
Salahkah jika nanti ku membencimu?
Karna ku terlalu cinta, maka
Mungkin saja nanti ku terlalu benci
Tak ada yang tau sebuah rasa kemana berhenti
Dan bagaimana nantinya
Tak ada yang bisa mengatur rasa
Hari ini, esok ataupun lusa
Semua bersaing menebar cinta
Tak ada yang mau jadi pembenci atau dibenci
Maka dari itu kau jangan salahkan aku
 
 
 
Sebuah Kesadaran
 
Ketika hari itu tiba
Terasa diriku benar-benar tak ada 
Hilang dan entah dibawa kemana
Dan kini, malah membuatku terpana
Mereka mengitari diriku
Melihat dengan tatapan tajam dan penuh tanya
Seakan aku bukan manusia yang sama
Dan siap mengahabisi siapa saja berada disana
Kalimat-kalimat dihantamkan padaku
“Apa yang kamu mau?”
“Jika tak mampu jangan kau kerjakan!”
“Temukan sendiri kemampuanmu!”
“Berhentilah mengikuti kami!”
“Jadilah dirimu sendiri!”
“Mana jati dirimu?”
“Apa kau tak punya?”
“Jika tak, jangan harap kau akan berhasil!”
Sontak itu membuatku bagai disambar petir
Hangus dan seakan mati
Lalu , datang bisikan dari diri
Membuatku tersadar akan pentingnya sebuah jati diri
Membuatku bangkit, dan
Mencari potongan-potongan mozaik hidup ini
Kemudian menyusunnya menjadi kokoh
Hingga tak ada yang mampu menggoyahkannya
 
 
 
Jangan Paksakan tapi Terima
 
Kala tak sesuai dengan hati
Diantara kita lebih sering memaksa keinginan hati
Merasa paling rugi, hidup ini jika tak mencapai kepuasan diri
Tak peduli dan bahkan tak mau peduli dengan risiko yang mengintai dibelakang ini?
Tapi pernahkah terlintas dikepalamu jika itu benar dari hati?
Bukan sebuah nafsu yang menggebu di dalam diri?
Yang membuatmu cepat puas diri?
Hingga lupa siapa Pemilik semua ini
Sang Khaliq yang hakiki
Wajahmu yang berseri rela kau beri air mata
Demi ungkap rasa kecewamu
Meski kau tahu yang ada itu terbaik untukmu
Sulit untuk mengikhlaskan diri menerimanya
Serasa ada tamparan keras menimpa wajahmu
Tertunduk tanpa daya
Aku tahu tak semua orang dapat menerima dengan ikhlas
Tapi cobalah tenang, dekatkan lagi dirimu pada-Nya
Lebih dari sebelumnya
Perlahan namun pasti, kau akan sadar
Dirimulah kini yang paling beruntung
Meski dulu merasa pahit, tapi kini kan terasa begitu manis
 
 
 
Satu Buku
 
Apa aku terlihat berbeda?
Tentu tidak bukan,
Aku sama seperti kalian
Punya  mimpi dan berharap dapat terealisasikan
Tapi aku terlalu malas untuk memulai
Dan bahkan sangat malas
Dan ketika malas ada, maka hadir pula masalah lainnya
Kita sama tahu 
guru terbaik kita adalah buku
Tapi kita coba acuh pada itu
Karena apa? Ya, malas
Sebab yang terlihat seperti sampah
Namun dapat membuatmu mati
Andai kita mau mencoba sejenak
Buat bangkit diri dan buang kata itu
Sebagai awal Tak perlu puluhan buku, tapi
1 buku saja fokus, dan resapi
Dan kau akan tahu
Bukan banyaknya buku yang kau baca
Tapi seberapa banyak dari buku itu yang melekat dalam pribadimu
Dan lihat, begitu dahsyatnya dia merubah pandanganmu
 
 
 
Kecewa dan Perlu Cinta
 
Kecewa, entah mengapa begitu tersiksa
Sebuah luka hati yang teramat dalam menimpa
Tak tahu harus berakhir seperti apa
Karena melaluinya saja ku sudah penuh luka
Cukup aku yang merasa
Karena kalian tak kan mampu menerka
Tapi jangan kalian buang aku begitu saja
Karena aku juga perlu sebuah cinta
Cinta yang sebenar-benar cinta
Yang membuatku mampu melewati semuanya
Bukan cinta karena kasihan semata
Yang didepan begitu  tampak setianya
Namun dibelakang penuh cacian tak terduga
Tak ada insan pun yang mau mendapati seperti yang kurasa
Tapi ini sebuah pilihan yang telah ditetapkan-Nya
Dan tak ada yang mampu menolaknya
 
 
 
Noor Ilma Arifa, anak kelima dari enam bersaudara. Dilahirkan Jumat, 24 Oktober 1997 di sebuah rumah kontrakan daerah Martapura, Kalimantan Selatan dari pasangan M.Fadlly Haimy dan Siti Khadijah. Sekarang menetap di rumah sendiri yang berada di kawasan Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Keturunan keluarga asli Kalimantan Selatan dan beragama Islam. Ia alumni SD Negeri Jawa 1 Martapura, SMP Negeri 1 Martapura, dan tahun 2016 ini telah lulus dari bangku SMA Negeri 1 Banjarbaru dan kini menjadi mahasiswa baru di program studi Budidaya Perairan, Fakulatas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan. 
 

Terkini