Narkoba, Sebuah Nama Sebuah Cerita, Temui Aku di Batas Khayalku

Senin, 29 Agustus 2016 | 09:43:58 WIB
Ilustrasi. (Benjamin Garcia/ignant.de)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Narkoba
 
Narkoba,
Awal mengenalmu hanya coba-coba dengan mental tipis
Ikutan teman-teman biar terlihat keren dan eksis
Ku coba sekali,
Tapi kau menarik dengan gaya magnetis
Ku coba dua kali kau pun terasa semakin manis
Ku coba lagi,
Tapi kau malah semakin menghipnotis
Jika tak ada kau aku merasa hampa dan kritis
Aku harus mendapatkanmu meski melewati krisis
Ku lihat tabungan keadaannya sudah sangat kronis
Kuraba dompet terasa begitu kempis
Disaat uang saku mulai menipis 
Sedangkan harga barang mahal abis
Apalagi didunia ini tak berlaku yang namanya  gratis
Membuat jalan pikiran  menurun drastis
Otak tak lagi berfikir dinamis
Sistem syaraf tak lagi tersambung elastis
Hingga akhirnya terjadi peristiwa tragis
Yang membuat keadaan sangat tidak strategis
Mencuri adalah hal yang mudah ku lakukan tanpa berfikir logis
Kuambil uang saudara hingga tetangga dg mendengarkan bisikan iblis
Jika masih tak cukup aku pun jadi seorang kriminalis
Tanpa pedulikan  tatapan orang yang begitu sinis
Semua ini membuatku jatuh ke dasar yang begitu kalis
Merasakan dunia semu yang sangat fantastis,..
Jika ku tak mampu lagi mendapatkan yang tertulis
Urat nadi ku sayat hingga teriris
Kunikmati cucuran darah yang seperti gerimis
Menelusup kerongga dada yang mulai kempis....
Untuk sementara beban inipun kembali terkikis
Hingga kuterbangun luka itu kembali mengikis
Kudapati tubuh ini yang sudah kurus seperti keris
Mata cekung seolah tak memiliki garis
Senyuman indah itupun kian terenggut habis
Semangat hidup lenyap bagaikan orang yang menderita filariasis 
Akal dan jalan fikiran pun sudah tak idealis
Ditambah lagi keimanan yang sudah sangat tipis 
Yang menyebabkan diri menjadi bengis
Bagaikan setan dalam film mistis
Masa sekolah telah kusia-siakan tanpa berfikir  idealis
Prestasi hanya tinggal kenangan yang tersimpan dalam memoris
Persahabatan, percintaan, semuanya telah meninggalkanku dengan tragis
Tinggal aku sendiri yang hanya bisa meratap dengan hati teriris
Ayah dan ibu pun hanya bisa menangis
Menyaksikan diri yang sudah tidak logis
Kuteringat,… nasehat mereka dulu dengan mudah ku gubris
Tanpa berfikir panjang dan realistis 
Kini biaya untuk pengobatan sana sini pun sudah mulai habis
Ditambah hukuman pidana yang ngeri abis
Ragapun hanya bisa menyesal dan meringis
Mengingat kesalahan yang membuat hati teriris
Membuat hidup seperti najis 
Kesana kemari sudah tak eksis
Cemoohan orang laksana membakar rokok  dengan mancis
Meski dengan api kecil tapi mampu menghancurkan hingga habis
Tak ada satupun tertinggal kesan manis
Sebagai pengobat atas kesalahan yang tak mampu ku tepis
Ini bukan sekedar kata-kata puitis
Dan bukan juga sebuah bujuk rayu estetis
Ini hanyalah kisah tentang kehidupan yang begitu  dramatis
Yang jauh mengalahkan kisah-kisah romantis
Apalagi cerita membosankan tentang para teroris
Disaat keadaan sudah begitu kritis
Ingin ku lupakan semua secara maksimalis
Tapi kenyataannya ku hanya mampu meminimalis
Kutertatih  melebihi kasus korupsi yang dihadapi para politis
Terpuruk melebihi kebangkrutan yang dialami  para pembisnis
Menyedihkan melebihi takdir si pengemis
Memalukan melebihi pelacur yang dilakoni para gadis-gadis
Ku berusaha mengenang semuanya dengan perasaan optimis
Tapi tak bisa ku pungkiri yang datang malah perasaan pesimis
Mencoba  memaafkan diri atas penyesalan yg tak bisa terkikis habis
Kutuangkan semua dalam paduan  isak dan tangis 
Meski sama sekali tak terdengar  harmonis 
Kini tinggal menanti kematian yang begitu ironis
Menyusul pintu neraka yang kan datang secara otomatis
Menyiksa raga ini dengan kejam dan sadis
 
 
 
Sebuah Nama Sebuah Cerita
 
Ku katakan dengan indah
Tapi langit tak mendengar apa yang ku katakan
Apa yang ku rasakan
 
Ku mencoba menghapus jejakmu
Tapi tak bisa ku pungkiri
Kau masih tinggal di hati yang terdalam
 
Ku mohon, cobalah mengerti
Tak  bisakah kau tetap disini?
Karena ku akan selalu menunggumu
Meski kau berada jauh di balik awan
Ku kan selalu menunggu walau habis terang menerpa jiwaku
 
Ku coba melawan dunia
Tuk jadikan kita berpaut dalam satu hati
Kan ku ukir kau selamanya menjadi yang terbaik dan terindah
Meski ku tau di dunia ini tak ada yang abadi
 
Ku harap masih tersisa sedikit hari yang cerah untuk jiwa yang sepi ini
Meski aku telah tertinggal waktu
Dan berada dalam jauh mimpiku
Mungkin nanti tuhan kan bebaskan aku tuk mencintamu
Dan kita kan melangkah bersama menggapai bintang di surga
Lengkapi hasrat cinta dalam mimpi yang sempurna
 
Ada apa denganmu?
Janganlah kau merasa bahwa kau membebaniku
Tak dapat kah kau melihat?
Aku dan bintang disini setia menantimu
Menanti dan terus menanti
Tuk ceritakan semua tentang kita
 
Ku tahu, semua ini hanyalah khayalan tingkat tinggi
Ku tahu semua ini telah berada diatas normal ku
Tapi biarlah tetap ku kenakan erat topeng ini
Sekedar menghapus kesedihanmu
Agar tak selalu sally sendiri dalam sepimu
Perlu kau tahu
Kau adalah yang terindah dalam kisah cintaku
 
 
 
Temui Aku di Batas Khayalku
 
Malam, sendiri ku dalam  kesunyian
Dingin, memelukku dalam kesepian
Angin, menggodaku dalam kepedihan
 
Pergi, enyahlah semuanya
Biarkan kunikmati sunyiku
Biarkan kunikmati sepiku
Biarkan kunikmati pedihku
 
Jangan urusi aku
Biarkan kutenggelam dalam laraku
Biarkan kuhanyut dalam imaji ku
Biarkan  asa ku menemukannya
 
Dia yang mengusik tidurku
Dia yang tanpa izin memasuki mimpiku
Mengendalikan semua fikiran ku
Dan mengunci erat kantung hatiku
 
Hey malam
Hey dingin
Hey sepi
 
Apakah aku sigadis  gila?
Apakah aku si gadis malang?
 
Ku hanya ingin menemukannya
Ku hanya ingin melihatnya nyata
Ku hanya ingin mendengar tawanya
Ku hanya ingin merekam setiap hembusan nafasnya
 
Katakan padanya 
Temui aku di batas khayalku
 
 
 
Shinta Ayudia, lahir di desa kecil pelosok Sumatera Barat, tepatnya Paraman Ampalu pada 11 Februari 1996. Sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bandung, dan baru saja memasuki semester V. Sejak kecil ia sudah suka membaca dan menulis puisi, novel, cerpen, maupun karya sastra lainnya. Saa ini menetap di Kota Bandung. Bisa Dihubungi melalui akun FB: Shinta Ayudia, Line id: boruuayah dan Instagram: Ayudiacelin
 

Terkini