Bunda Tersayang, Kesedihanku, Rumahku Nerakaku, Kesepian

Senin, 29 Agustus 2016 | 09:05:46 WIB
Ilustrasi. (Ksenia L/favim.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Bunda Tersayang
 
Di kala pagi engkau berjuang
Mencari sesuap nasi untuk anak-anakmu
Sungguh perih hati ini
Andai aku dapat membantumu
 
Engkau bekerja tak kenal lelah
Seorang ayah yang tidak bertanggungjawab
Kini kaulah yang menanggung beban keluarga
Oh bunda tersayang
 
Bunda...
Kutahu hatimu begitu terluka
Kutahu susahnya engkau mempertahankan hidup
Demi anak yang sangat kau cintai
Sungguh besar perjuangan dan kasih sayangmu
 
Aku akan berjanji padamu bunda
Suatu saat nanti akan membahagiakanmu
Ya tuhan...
Tolong bantu bundaku dalam mengais rezeki
 
 
 
Kesedihanku
 
Ketika dentum berbunyi
Hatiku menjadi pilu 
Kulihat mereka menikmati santapan
Namun, kuhanya terdiam seorang diri
 
Kusadari mereka orang-orang berkelas 
Yang hidupnya selalu berwarna indah
Namun, diri ini tidak seperti mereka
Hidupku penuh dengan linangan air mata
 
Setiap detik kuberharap
Dengan kesungguhan hati aku bertekad
Melewati berbagai rintangan hidup ini
Akan terus berjuang menggapai cita-cita
 
Hanya satu yang kupinta
Kumohon doa darimu bunda
Agar anakmu ini meraih kesuksesan
Kelak dapat membahagiakanmu
 
 
 
Rumahku Nerakaku
 
mata ini selalu meneteskan air
sebagai ungkapan suasana hati yang amat dalam
andai saja mereka mengetahuinya 
betapa tersiksanya batinku disini
 
Sungguh aku tak menyangka
Begitu besar cobaan yang menghampiri
Satu hal yang terbesit dihati
Dapatkah aku merasakan sedikit saja ketenangan disini
 
Wahai pemilik alam
Mengapa orang tuaku selalu berselisih
Membuat keadaan kian hari memburuk
Tidakkah mereka mengingat buah hatinya?
 
Ingin aku leraikan permasalahan ini
Namun apalah dayaku
Tubuh ini masih terlalu mungil dimata mereka
Oh tuhan, aku hanya bisa berdoa
 
 
 
Kesepian
 
Ku ingin mencurahkan lagi keadaan ini 
Pada sosok makhluk yang sangat mengertiku
Namun, ku lihat kau telah tertidur disana
Kini ku terdiam bagai tiada arti 
 
Teringat saat mengobati luka di kakimu
Sampai kau dapat berjalan kembali
Kini hanya bayangmu yang selaku hadir di mataku
Andai aku dapat mengikutimu 
 
Sayang...
Sudah terlalu lama kau pergi 
Sudah terlalu banyak kisah yang ingin kusampaikan
Namun, apalah dayaku kini 
Hanya dapat kutuliskan dalam buku diary 
 
Hadir dirimu menenangkan hati yang luka ini
Karena aku selalu merasa sepi disini
Bagiku kau adalah sahabat sejati
Sungguh tidak akan pernah aku mendapatinya lagi
 
Tuhan...
Izinkan aku untuk menemui kembali
Walaupun di alam yang berbeda nantinya
Disini ku selalu merindukan hadirnya untukku
 
 
 
Dessy Morita adalah gadis kelahiran Peuniti, sebuah desa di Banda Aceh, pada tanggal 14 Juli. Menyukai dunia tulis menulis sejak di bangku Madrasah Tsanawiyah.
 

Terkini