Teman Secangkir Kopi, Kopi Senja yang Diantarkan oleh Tu(h)an, dan 3 Puisi Lainnya

Senin, 29 Agustus 2016 | 08:28:51 WIB
Ilustrasi. (Andrew Saur/theriflebird.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Teman Secangkir Kopi
 
ia duduk di sampingku dengan tenang
menemani tanpa suara sumbang
walaupun saat itu aku dilanda bimbang
apa yang harus aku timbang
sebab, naskah yang aku tulis belum panjang
untuk kukirim besok petang
dan aku makin tertantang
apalagi air rebusan belum matang
tinggalan pikiranku melayang mengawang
 
23072016
 
 
 
Kopi Senja yang Diantarkan oleh Tu(h)an
 
Dia datang menghampiriku di depan teras
yang membeku
saat aku sedang duduk terpaku sambil menunggu
kopi beraroma keju
“kau telah membangunkanku!” begitu Dia berseru
dan aku hanya tergugu
ternyata kopi yang sedang kutunggu
adalah mautku!
tinggallah aku menunggu dimana pintu
untuk aku mengadu
 
Jkt, 25072016
 
 
 
Merapal Pagi
: di sini aku masih yang dulu
 
I
saat orangorang melangkah pergi
meninggalkan rumah untuk  mencari  sesuap nasi
agar anak-istri terpenuhi
aku di sini masih menatap pagi.
 
II
mencoba menerka kemana diri ini kubawa pergi
agar sisasisa hidup ini berarti kala nanti
kutinggalkan duniawi tanpa harus menyesali.
kalau aku masih di sini
 
III
seperti dulu saat aku ikrari hidup-mati ini
hanya untuk Ilahi Robbi
tinggallah di pagi ini kumerapali
jejakjejak yang masih terpijaki pagi
 
IV
kuharap kau jangan terlalu dini
meninggalkan aku yang masih menekuri diri
sebab pagi masih tersisa di sini
saat kucoba membuka diri
 
 
 
Kekasihku Jual Mahal
 
Seperti apa rupanya
Aku tidak mengenalnya
Seperti apa sifatnya
Aku tidak tahu
Seperti apa cara dia mencintaiku
Lagilagi aku tidak mengetahuinya
Yang kutahu saat aku merayunya
Dia berkata, “Aku bukan wanita biasa!”
Akhirnya aku makin mencintainya….
Ternyata kekasihku mahal juga!
 
10082016
 
 
 
Sepagi Ini dan Pagi-pagi Lainnya Seperti Biasa Hanya Secangkir Kopi yang Menemani
 
sepagi ini aku masih di sini
sambil menikmati secangkir kopi ditemani mentari pagi
kutatap diri ini
:kapan jodoh diri menghampiri!
agar pagipagi selanjutnya tidak sendiri lagi
membuat kopi pagi
disaat membuat puisi tentang pasutri
yang dimabuk kenikmatan duniawi
tinggalah aku menekuri diri di pagi hari
kuharap ini hanya sebuah ilusi diri
dan aku tak ingin lagi ditemani
kopikopi itu kembali
 
22072016
 
 
 
Kak Ian, bekerja sebagai pengajar Jurnalistik tingkat sekolah dan bergiat di komunitas RELI (Relawan Literasi) Jakarta. Sekarang berdomisili di Jakarta. Cerpen, cernak, puisi dan artikelnya telah dimuat di berbagai surat kabar lokal dan nasional. Beberapa kali memenangkan lomba menulis cerpen, cerita anak, artikel/opini dan puisi.
 

Terkini