Hujanlah di Lain Hari, Romansa Senja, Pada Hati, Mimpi

Senin, 29 Agustus 2016 | 07:50:49 WIB
Ilustrasi. (Natalia Limanenko/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Hujanlah di Lain Hari
 
Rintik air menyerbu bumi
Mendung kelabu merajai hari
Aroma tanah basah menguar segar
Udara sejuk menyergap gencar
Apa kabar matahari? 
Sudah berhari-hari sinarmu pergi
Tanpa pamit begitupun permisi
Menyisakan kelabu mendung tak bertepi
Derai hujan setia bertahta
Matahari bersembunyi enggan berlaga
Awan pekat turut berbangga hati
Mendamba diri temani hujan tanpa henti
Gadis manis termenung sendu
Menatap hujan dari sebalik jendela kayu
Seakan tak pernah bosan menunggu
Seberkas sinar matahari yang masih tergugu
Gadis manis berujar harap 
Hujanlah di lain hari!
 
 
 
Romansa Senja
 
Cahaya kemerahan di ufuk barat
Terlihat indah sungguh memikat
Lampu-lampu kota menyala gagah
Perpaduan senja tersaji megah
Senja. ..
Sederhana namun berharga
Penghujung hari penuh pesona
Perekat rasa tanpa ungkapkan kata
Di sampingku dia tertawa
Meleburkan bahagia penuh rasa
Wajah ayunya takkan tertutup
Meski senja kian menguncup
Sepasang bola mata berbinar harap
Kebahagiaan terselip disela degap
Pesona senja tautkan romansa
Dua anak manusia yang baru mengenal cinta
 
 
 
Pada Hati
 
Pada hati yang kembali kutemui 
Pada sosok dengan pesona surgawi
Pada rindu yang perlahan menjalari nadi
Pada keadaan rasa yang tak sama lagi
Pertemuan pertama semenjak waktu itu
Saat kau memilih cinta selain aku
Tak bisa kupaksa dirimu memilihku
Karena hati bukan permainan lucu
Berpisah bukan berarti menjadi musuh
Menghargai adalah pilihan utuh
Tak ada gunanya meratapi kepedihan
Jikalau nantinya menyiksa keadaan
Pada hati yang dulu pernah kurajai
Aku berbahagia atas janjimu yang suci
Meski pria lain yang mendampingi
Aku tetap hadir dengan do’a mengiringi
 
 
 
Mimpi
 
Meraba untaian kata-kata
Sebatas lontaran tanpa makna
Terdengar hambar hilang rasa
Bahkan datar tak berdinamika
Masihkah cerita ini tanpa rasa? 
Berkelebat bayangan seram
Berdebam dalam terasa menghantam
Bergulat pasrah di tengah kelam
Berkalang gelisah semakin mengeram
Geliat mimpi membuat resah
Malam pekat kian mendesah
Rintihan hati tergolek pasrah
Jalani cerita yang masih tanpa arah 
 
 
 
Moh. Fatkhurrozzaaqil Khabiibi yang lebih akrab disapa Aqil ini lahir di Tulungagung pada 10 Oktober 1995. Penggila ayam goreng dan novel romantis ini mulai tertarik pada dunia tulis menulis semenjak bangku SMA. Saat ini masih menempuh pendidikan S1 Pendidikan Agama Islam di IAIN Tulungagung. Saat ini, penulis berdomisili di Tulungagung, Jawa Timur. Penulis bisa dihubungi melalui e-mail: aqil_chabiibi@yahoo.com, twitter: @aqil_khabiibi, dan facebook: Aqil.
 

Terkini