Surat sang Penghibur, Surat Rindu Untukmu, Aku tak Ingin Kau Menua, dan 2 Puisi Lainnya

Senin, 29 Agustus 2016 | 01:43:01 WIB
Ilustrasi. (Drake Avila/theartstack.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Surat sang Penghibur
 
Dentuman alunan musik mengiringiku selalu.
Polesan make up, baju ketat tak terlepas dari diriku.
Dikala sedih aku harus bisa tertawadidepan orang banyak.
Cibiran, cacian, makian, kerap kali muncul menamparku.
Salahkah aku mencari nafkah untuk keluargaku ?
Apakah seorang penghibur selalu dicaci?
Apakah seorang penghibur buruk ?
Dan apakah uang dari seorang penghibur haram ?
Biarkan kedamaian ada pada diriku.
Tuhan , aku hanya meminta satu padamu,
Sisakan satu kebahagiaan ditengah cacian itu.
 
 
 
Surat Rindu Untukmu
 
Dikala cakrawala mengantuk,
Aku terbaring di saung kecil ditengah sawah.
Kutatap deretan bintang-bintang yang indah diatas sana.
Kutak tau persis bagaimana dirimu.
Yang aku tau, wajahmu oval dengan alis tebal.
Kutak tau kau tinggi atau tidak.
Yang aku punya hanyalah selembar photomu yang usang.
Photo yang sedikit membuat rinduku lepas sesaat.
Andai kau tau ayah, aku sungguh rindu denganmu.
Tuhan, aku titip dia bersamamu,
Titip juga surat yang aku tulis untukknya.
 
 
 
Aku tak Ingin Kau Menua
 
Kaki yang dulunya kuat, mengangkat dan membopongku ketika sakit,
Kini perlahan langkah demi langkah itu mulai melemah.
Badan yang dulunya berdiri tegak dan tegar menimang dan menjagaku, 
Kini perlahan lahan mulai membungkuk.
Bahkan kulit yang dulunya begitu kencang dan lembut mengusap kepalaku dikala terlelap,
Kini sedikit demi sedikit mulai kriput dan lemah.
Rambutmupun satu demi satu mulai putih ibu.
Waktu telah merubahmu menjadi wanita tua.
Wanita tua yang penuh kasih sayang.
Wanita tua yang selalu tegar.
Andai aku bisa meminta, aku tak ingin kau menua.
 
 
 
Pemulung di Tengah Kota
 
Kuberjalan ditengah keramaian kota,
Melangkahkan kaki  di hilir mudik orang.
Seketika langkahku terhenti,
Mataku tertuju pada seorang lelaki.
Seorang lelaki tua berbaju kumel tak beralas kaki,
Bersama anak perempuannya.
Mengais-ngais tempat sampah,
Mencari apa yang bisa dijual untuk menyambung hidup.
Pandanganku belum terlepas dari meraka yang mulai memakan sisa-sia roti.
Mataku berkaca-kaca melihat mereka.
yaAllah, inikah negeriku?
Dimana kebijakan pemimpinku yang adil?
kemiskinan begitu melekat dinegeriku.
 
 
 
Kebahagiaan di Ufuk Barat
 
Kau laksana sang surya yang selalu dinantikan dikala pagi.
Dirimu tak hentinya memanjakanku layaknya seorang putri kerajaan.
Dikala angin malam menyentuh tubuh mungilku,
Dikala kerinduan menyelimuti diriku,
Kau selalu membuat lekukan dibibirku terlukis begitu manis.
Cara berpikirmu, tingkahmu, selalu membuat beban hidupku seolah sirna sesaat.
Bagiku kau sang surya yang dinantikan dipagi hari maupun disaksikan dikala terlelap.
Terkadang kau memperlkukanku layaknya seoarang pacar,
Terkadang juga layaknya seorang adik,
Tapi terkadang layaknya seorang musuh.
Ya kau bagitu aneh dan sulit ditebak.
Tetapi malam ini dunia, alam, langit dan sang cakrawalalah yang menjadi saksi kebahagiaan kita.
 
 
 
Novita Mayrani, biasa dipanggil  Novi atau Nonov. Lahir di kota P. Berandan 26 mei 1997, dan pastinya saat ini berusia 19 tahun. Beragama Islam dan bersuku Jawa. Hobinya mengarang apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Ia berasal dari SMA Negeri 1 Babalan, Langkat, dan saat ini adalah seorang mahasiswi baru di Unniversitas Samudera Langsa. Waktu kecil ia bercita-cita menjadi seorang dokter seiring berjalannya waktu, pola pikirnya pun berubah, akhirnya  ia pun bercita-cita menjadi seorang guru hingga SMA. Ia adalah anak pertama dan memiliki satu orang adik perempuan yang saat ini duduk di kelas 2 SMP di salah satu MTS swasta di kotanya. 
 

Terkini