PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Menepis Kelabu si Kerah Biru
Masih melekat dalam benakku wajah mereka satu per satu
semuanya kotor, dekil, kusam, dan kuyup dengan kucuran keringat
tapi sorot matanya menyalakan bara api
pertanda mereka menyimpan semangat dan harapan besar
gumpal otot dan urat yang merambat di sekujur tubuh jadi saksi kesungguhan hati
setiap tetes keringatnya adalah mutiara bagi keluarganya
setiap debu yang melekat adalah gambaran keras kehidupannya
setiap derap langkahnya adalah upaya menyambung hidup
yang kendalinya berada di genggaman tangan
si tuan besar pemilik sawah ribuan hektar atau sang empunya pabrik raksasa
kerja maksimal dengan upah minimal adalah dunia kelabu si kerah biru
buruh yang diperah sampai sumsum tulang kerontang
Busana indah yang dihasilkannya tak pernah membalut tubuh mereka
sepatu mentereng hasil karyanya tak pernah dikenakannya
sawah ladang yang ditanami tak pernah dimiliki
rumah megah mereka bangun, tapi tak pernah jadi penghuni
mobil mewah yang mereka rakit, hanya dikendarainya dalam mimpi
nasib mereka acap kali tergusur, tersungkur, dan terlupakan
mereka berjasa tapi hanya dipandang sebelah mata
mereka ada tetapi seperti tiada
Tingkat pendidikan rendah membuat mereka tak berpikir panjang
si lidah ular menggeliat, semburkan racun hasutan ikut-ikutan
demo liar marak, menebar benih tuntutan tak masuk akal
mereka ditekan, diperalat habis-habisan
oleh sang pemimpin yang berlagak jadi penegak keadilan
wajah setan jahanam berbedak demokrasi menyeringai, keluarkan taring tajam
menyikat, membabat, dan menjerat kaum sendiri
wakil kerah biru menjelma jadi penindas baru
jurang pemisah antara pemodal dan buruh kian menganga lebar
perundingan alot tak pernah memanen buah ranum yang manis
Aku si kerah putih, cuma bisa sembunyi dalam balutan selimut gentar
aku hanya gemetar di balik tembok malu
aku tiada kuasa, tiada pengaruh apa-apa
aku jatuh tersungkur dan merapal doa
kiranya penghasut segera diusut dan dijatuhi hukuman setimpal
kiranya pengusaha dan buruh menghayati makna ’saling memberi dan menerima’
kiranya angin keadilan segera mengembuskan harapan baru
tuk menepis kelabu si kerah biru
***
Empedu Cinta
Kini kusadar kalau cinta bisa bercabang seperti gelepar lidah ular
runcing ujungnya menghunjamkan sembilu berbisa
tak pernah terlintas di benak
rajutan cinta selama tujuh warsa tercerabut begitu saja
jantungku terkoyak oleh tusukan khianat laknat
separuh nyawaku bagai layang-layang putus temali
usai madu mesra habis kucecap, empedu cinta harus kulahap
kuterbelenggu dalam rantai pahit penjara kecewa
mataku nanar menatap gelapnya hari depan
Kau boleh lukai diriku dengan tikaman kejam
kau boleh campakkan cintaku ke gurun gersang kerontang
tapi jangan kau balut diriku dengan kafan dusta
aku boleh mati raga, tapi tak boleh mati rasa
Aku memang terjerembab di dasar lembah kelam kecewa
dukaku kularungkan dalam samudra air mata
aku mulai belajar mengunyah hikmah
aku jadi lebih kuat dan tegar
ternyata setiap butir dan serpih kepedihan
membuatku semakin dekat dengan Sang Sumber Cinta
yang kupercaya Dia akan membuat segala sesuatu
indah pada waktunya
***
Separuh Surga
Nilainya melebihi segala emas dan intan permata
terjalin indah dari untaian butir kasih, sukacita, dan air mata
dia semakin berharga seiring dengan perjalanan waktu
kar’na tiada henti mengukir kenangan nan tak terlupakan
membuat hidup penuh rona, penuh takjub
dialah keluarga dengan jantung kasih murni yang tak lelah berdegup
Kala kucapai puncak keberhasilan, pujian tulus membinarkan netraku
kala kuterempas di dasar tubir kegagalan, lengan kasih merangkulku
kala duka melandaku, tangan lembut menghapus air mataku
kala kuterkulai layu, nasihat bijak menguatkanku
apa pun yang terjadi, dia tak pernah mengecewakanku
kar’na dia adalah keluarga
Kadang dia seolah menghambatku, bahkan melukaiku
hanya untuk sementara waktu
tapi aku mengasihinya sepanjang hayatku
aku tak mungkin berpaling darinya
Inilah tempat kutemukan pribadi yang paling bisa dipercaya
tempat kubebas lepas ungkapkan segala rahasia
tempat kuberoleh jati diri tanpa topeng kepalsuan
tempat kuberoleh segala dukungan
tempat kuterima kelimpahan cinta kasih
sekalipun aku sering kerontang berbagi kasih sayang
tempat kurasa damai di tengah badai
tempat kurasa tenteram di tengah mendung kelam
tempat kuberoleh suluh terang di tengah kegelapan
kar’na tempat itu adalah separuh surga
perteduhan bagi seluruh anggota keluarga
***
