Romansa Hujan, Metamorfosis Hati, dan 3 Puisi Lainnya

Jumat, 26 Agustus 2016 | 06:26:24 WIB
Ilustrasi. (Leonid Afremov/afremov.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Romansa Hujan
 
Apa yang tersisa dari hujan
Selain hatiku yang kedinginan
Jaketku yang kebasahan
Juga rinduku yang kau gigilkan
Barangkali kita menyimpan beribu-ribu doa di tengah malam yang gulita
Untuk seseorang yang namanya kian tersebut di ujung sajadah
Terbiaskan ke dalam kata-kata
Atau di puji dalam balutan sajak cinta
Kelak, semua akan tahu
Bahwa rintik hujan yang syahdu itu
Adalah bentuk rindu yang bergemuruh
 
 
 
Metamorfosis Hati
 
Bagaimana mungkin aku melupa
Ketika kau tebar biji-bijian cinta
Di sepetak tanah hati yang tersedia
Bagaimana bisa aku tak ingat
Ketika berhektar hatiku yang engkau rawat
Cinta bertumbuh kian merambat
Bagaimana mungkin kau kudustakan
Ketika musim hujan berdatangan
Dan bunga cinta kita bermekaran
Bila suatu senja nanti aku layu
Kenanglah perjuanganmu, bahwa kau pernah menanamku
Dengan segenap doa dalam peluh rindu
 
 
 
Kau Tak Kusemogakan Lagi
 
Aku pernah menari dalam sepotong senja yang hujan
Menobatkanmu pada rintik rindu bahagia
Kedinginan dengan tingkahmu yang membosankan
Dalam paruh waktu yang kukira ada akhirnya
Namun kenyataannya, aku tersingkir oleh tulip-tulip yang kau cipta
Menumbangkan doa-doa yang kurawat dengan payah
Menginjak habis harapku tanpa sisa
Ketahuilah, segala apa yang telah kulepas
Sampai mati takkan lagi kukejar
Selamat menjadi bayang-bayang
Kepada kau, yang tak kusemogakan lagi!
 
 
 
Cinta Bukan Matematika
 
Jika kau namai dirimu dengan sebutan mars yang ganjil
Semoga aku dapat menjadi venus yang menggenapkan
Karena rasa bukan semata tentang genap dan ganjil
Bukan pula tentang takaran matematika
Namun rasa adalah kalimat indah
dari penyair-penyair gila
 
 
 
Tulisan Tangan Tuhan
 
Jika rindumu tak pernah sampai padaku
Barangkali Tuhan sedang memanjangkan batas sabarmu
Jika kasihmu tak pernah terbaca olehku
Barangkali Tuhan butakan aku untuk mengujimu
Jika cintamu tak pernah menyentuh hatiku
Barangkali Tuhan senang melihat usahamu
Dia bahagia mendengar segala doamu
Ingin rindumu dan rinduku berpacu di pedal waktu
Oh, lelakiku yang menawan
Sadarkah kau cerita kita adalah tulisan tangan Tuhan?
 
 
 
Nanda Dyani Amilla. Lahir di Medan, 16 Oktober 2016. Domisili di Jl. Serayu 3 Dusun V, Desa Medan Krio. Saat ini berstatus sebagai Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Menyenangi puisi, cerpen, dan juga esai. Beberapa tulisannya pernah diterbitkan di harian lokal Medan dan juga luar Medan. Bisa dihubungi melalui email: dyani.nanda@gmail.com 
 

Terkini