Frasa Terbuang Gravitasi Tak Bernama, Frasa Terbuang Hujan, Frasa Terbuang Angkasa

Ahad, 21 Agustus 2016 | 03:41:14 WIB
Ilustrasi. (Heatherlee Chan/pinterest.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Frasa Terbuang Gravitasi Tak Bernama
 
Aku pernah ingin pergi jauh
Namun kakiku tertahan gravitasi tak bernama
"Jangan pergi," katanya
Mengikatku kuat 
Menyisakan napasku saja
 
Apa dayaku yang hanya berhati ragu
Antara menanti atau pergi mencari merpati baru
Sang gravitasi mulai merajuk rayu
"Jangan pergi," katanya pilu
 
Ah sudahlah
Tak ada salahnya aku disini
Walau waktu mulai mengekang
Dan rinduku makin meradang
Toh, Aku kuat menahan
 
Mereka bilang menunggumu adalah hal percuma
Seperti bertahan pada ikatan yang tak terikat
Menggantung tanpa tali yang kuat
Cukup…
Tubuhku sudah lunglai
Hatiku sudah terkulai
"Waktunya pergi," ragaku melepas diri
 
Lagi lagi gravitasi tak bernama itu memprovokasi
"Jangan pergi," katanya lagi
Bayanganmu mulai datang mulai membayang
Meniup harapanku yang hampir padam
 
Ah lagi lagi!
Aku selalu gagal beranjak pergi
Namun benar kata gravitasi
Bagaimana bisa aku beranjak
Kalau kau yang mengajariku berdiri tegak?
 
Blitar, 2016
 
 
 
Frasa Terbuang Hujan
 
Ku cinta hujan
Awalnya,
Karena sejuknya
Denting rintik yang menggugah jiwa
Juga wajah sendu itu
 
Ku puja hujan
Tiap desis angin yang menyambutnya
Semerbak ketenangan di tanah basah
Dan senyuman lugu itu
 
Ku rayu hujan
Dulu
Selalu
Untuk singgah lebih lama
Agar waktu mau mengalah
Dan mulai berjalan pincang
 
Tapi Kala itu
Wajah itu
Tiap kata yang menusuk itu
Sejenak membungkamku
Akhirnya
Ku tarik kesimpulan
Ku benci hujan
 
Sekali lagi ku kutuk hujan
Dengan segala momen yang terbayang
Mencekikku
Dengan memori hampa yang sama
 
Ku harap dia selalu terjatuh
Sejatuh-jatuhnya
Hingga patah sampai tulang-tulang airnya
Hingga rontok kenangan menyesakkan itu
Hingga hilang semuanya
Hingga...
 
Ah sudahlah!
Aku menyerah!
Akalku hilang sudah!
 
Ku hela nafas lagi,
Hujan
Kupinta hujan
Tenggelamkanku
Dalam segala ingatan manis
Tentang aku
Tentang kau
Dan tentang hujan
 
Blitar, 2016
 
 
 
Frasa Terbuang Angkasa
 
Puisi ini tentang angkasa
Tentang bintang yang saling mengedip kerlip
Tentang bualan abadi bulan untuk terus menemani bumi
Dan kebodohan bumi, yang menyerahkan diri untuk selalu dibohongi
 
Ah bukan,
Ini puisi pengandaian
Tentang kau dan dia sebagai bintang 
Tentang kau sang raja bualan
Lalu aku, sang bumi yang berharap bisa slalu kau temani 
Bumi yang bodoh
Bumi yang mudah dibohongi
 
Ssstt…
Ini rahasia 
Karena sebenarnya, itu juga dusta
Sejujurnya, Ini bukan puisi
Ini hanya kumpulan frasa terbuang
Dari sakit hati penciptanya
 
Ini hanya tentang rasa 
Yang tertinggal
Terhempas
Dan diabaikan oleh pencurinya
 
Bah, cukup sudah!
Aku sudah lelah!
Biarkan aku menjauh
Lebih jauh dari bumi ke matahari
Lebih jauh dari jarak antara hati kita
 
Blitar, 2016
 
 
Rahmania Nurdhini, anak kedua dari dua bersaudara. Lahir 19 tahun lalu di Kota Blitar, tepatnya pada 9 Oktober 1996.  Bertempat tinggal di Perumahan Permata Bening Blok G4 Wlingi, Blitar, Jawa Timur. Saat ini sedang menempuh kuliah di Universitas Negeri Malang dengan mengambil jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Keinginan menulis sudah mulai muncul sejak berada di sekolah dasar.  Namun  keinginan itu mulai menguat saat memasuki dunia perkuliahan. 
 

Terkini