Gelombang Kehidupan, Ikatan Suci Istimewa, Marhabanan, Penantian Panjangku, Puisi tak Berarah

Ahad, 21 Agustus 2016 | 02:48:54 WIB
Ilustrasi. (Amy LeVine/etsy.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Gelombang Kehidupan
 
Denganmu
Kita memulai perjalanan
Di atas perahu persahabatan
Ku dayung bersama atas nama kebesamaan
Untuk mencapai muara kasih sayang
Kita arungi bersama riaknya gelombang
Menghadirkan gelak tawa dan riang
Namun pada akhirnya,
Hampir saja kita sampai
Kau hadirkan badai penuh kedustaan
Kau bagaikan memancing ikan di air keruh
Menghalau semua kebahagian
Kau ternyata pendusta!
Membunuhku secara perlahan
Bunuh saja aku di tengah lautan
Tenggelamkan aku dalam lautan dusta
Biarkan luka ini tenggelam di samudra
Bersama ribuan hati yang terluka
Yang kau hadirkan
Bersama dengan kemunafikan
 
***
 
 
 
Ikatan Suci Istimewa
 
Semerbak harum bunga lili menyeruak dalam jiwa
Untaian mutiara ia perolehnya
Seseorang di dalam jubah panjang itu meminangnya
Alangkah meronanya pipi sang khumaira
Nalurinya berkata, ‘dialah yang teristimewa’
 
Rumput hijau segar menjaga saksi atas pinangannya
Aduhai, desiran hebat menjalar ke seluruh tubuhnya
Hilang semua kegundahan dalam hatinya
Melebur menjadi kesatuan muara kasing sayang
Awan pekat menghalau, cinta suci itu tetap mengalir
Wisma sederhana menjadi bukti kesetiaan
Agar meniti kehidupan dengan kenyamanan
Tunggulah saatnya tiba
Indahnya surga berada di pelupuk mata
 
***
 
 
 
Marhabanan
 
Dentuman rebana dan lantunan shalawat memecah keheningan malam
Langit yang terjaga seakan menjadi saksinya
Pemuda-pemudi yang hanyut dalam buaian syair-syair ahli dzauq
Mengguncanggkan kerinduan pada sebaik-baik kekasih Allah (Rasulullah SAW)
 
Ya Rabbi shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa sallim
 
puji-pujian yang menelusup jauh disudut kampung
Dengan bantuan sound system yang memekik
Berharap menancapkan kerinduan yang menukik setiap insan
Ditengah carut-marut dunia
 
Ya Rabbi balligh-hul wasilah
Ya Rabbi khush-shah bil fadhilah
 
Disini kami para perindu syafa’atmu ya Rasul
Menjadikan malam jum’at sebagai agenda rutin tuk bisa bercengkrama denganmu
Walau mata pendosa ini tidak pernah memandang wajah muliamu
Kedua telinga ini tidak pernah mendengar dakwahmu yang agung
Dan tangan ini belum pernah memeluk tubuhmu
Namun dimasjid ini aku merasakan kehadiranmu
Hadirmu menembus ruang dan waktu
 
***
 
 
 
Penantian Panjangku
 
Dalam istikharah panjangku
Kusebut dalam mahabbah rindu
Menepis kegelisahan di dada
Allah.. aku yakin akan janjiMu
Di dalam Ayat-ayat Mulia nan Agung
Wanita baik akan menemukan yang baik
Andaikan kau yg tertulis di Lauh Mahfudz
Allah akan menanamkan benih cinta di hati kita
Hingga benih itu menjalar dalam relung jiwa
Keinginan memilikimu begitu kuat
Akan tetapi perasaan ini mulai redup
Semenjak Allah menyentuh lembut hatiku
Untuk menanamkan rasa malu
Menunggu dalam penantian itulah harapanku
Saat proses khitbah kau nyatakan padaku
Kita bangun bahtera kehidupan
Tuk beribadah bersama dalam naungan kasih sayangNya
Menciptakan bagian Tahajjud bersama
 
 
 
Puisi tak Berarah
 
Tak terasa bulir-bulir ini keluar dari alirannya mengalir
Mengalir deras menggenangi rasa sepi di jiwa
Disaat para pencari ilmu  berlari mencari kehidupan
Aku berjalan menapaki kesedihan
Berjalan tak tentu arah dan tujuan
Terkadang, bergelanyut dalam kenestapaan
 
 
 
 
Susan Rahmawati, lahir di Cirebon, Jawa Barat. Alumni SMA 7 Kota Cirebon.
 

Terkini