Gubahan Pemuda, Ini Negeri?, Sedang Kau Baca, Senandung Pilu, Sajak-sajak Patah

Jumat, 19 Agustus 2016 | 02:20:40 WIB
Ilustrasi. (Psachos Charis/paintingsgallery.pro)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Gubahan Pemuda
 
Saraf sadarku dipengap oleh sesakan tangis
Meronta pada semesta yang tak kunjung adil
Kupahat kembali hati bersama nurani
Agar pahlawan negri tak keluhkan sesal mati
 
Larik terus mengeja langkah takdir
Untuk apa aku lahir di negri masyhur ini?
Gubahan dada menggema dendang tanpa nyawa
Dongakan wajah mengubah jejak retorika hidup manusia
 
Sudirman-sudirman reformasi
Harus bangkit di negri ini
Sukarno-sukarno reformasi
Harus berkembang di negri ini
Lantas jejak mana yang kau keluh eluh, pemuda?
Diponegoro tak lagi tangisi Jawa
Pattimura tak sia-siakan Maluku
Hasanuddin tak gentar bela Makassar
 
Gentarkan langkahmu, Indonesia muda!
Siapkan historis baru bagi negri tercinta
Kobarkan dasar perih tangis dalam dada
Teriakkan siap menjadi pemuda Indonesia!
 
 
 
Ini Negeri?
 
Mentari tenggelam di ufuk barat
Menyiratkan pesan tak tersurat
Dibalik kilauan cahaya yang semburat
Memikat hati mengobar amanat
 
Gemulai indah lakumu
Iringi lagu rindu sembari sayu
Sendu tatap mata melebur rindu
Wajah purnama yang lama kau tunggu
 
Masih belum kau temu apa yang kau mau
Diantara jejalan aksara tanpa tabu
Apa yang sebenarnya dicari kalbu?
Tanpa jawab kau lebih tampak dungu
Bertambah lara melihat jiwa mati kutu
 
Hendak dibawa kemana generasi negri?
Bergelimpangan bayi mati tanpa nurani
Ibu-ibu meronta sisa kasih untuk asi
Menggilanya wanita tanpa pikir aborsi
Merajalelanya kekejaman aktivis mutilasi
Benar bobroknya birokrasi ini negeri
 
 
 
Sedang Kau Baca
 
Sudikah kau berkaca, Tuan?
Jika nanah darah yang kau pandang
Hendakkah kau bersajak, Tuan?
Jika aksara sindir yang kau temu
Pernahkah kau berdendang, Tuan?
Jika deru tangis yang kau dengar
Maukah kau bersaksi, Tuan?
Jika nyawa rakyat yang kau tanggung
Tahukah kau pengkhianat negri, Tuan?
Seorang yang sedang kau temui di depan cermin tadi
Seorang yang sedang kau pikir ketika sindir menghampiri
Seorang yang sedang kau dendang rintih tangisnya pada negri
Seorang yang sedang kau saksi di hidup dan mati
Kau benar, Tuan
Persis seperti yang sedang kau baca ini
 
 
 
Senandung Pilu
 
Sajak terus melewati batas senja di langit sore
Tanpa pernah seorang awak pun melingkari
Denting rindu yang terbalas sendu
Bukan maksud mengadu kasih dan temu
 
Wahai nona yang berpilu
Hendak ke arah mana senandungmu berlabuh?
Tak kunjung kau menemui ujung
Saat warta enggan menghampiri wujudmu
 
Sudah hentikanlah asa rindu yang kau pendam
Jarak sedang kejam mengoyak batin tak karuan
Sudah matikanlah waktu tunggu yang kau idam
Tuan sebrang tak kunjung menumpah kasih di pelukan
 
 
 
Sajak-sajak Patah
 
Ku
Kubenamkan lembayung nadi dalam hening
Tertatih raga menggumam dahaga takdir
Drama kehidupan yang meluruh hitam
Bukan alasan untuk esok terpatahkan
 
Kau
Kaula muda dengan secercah cahaya kemakmuran
Meski kau tergelincir dan tertonggak mati
Dengarkan sajak-sajak patah menyakiti
Di baris ujung langkah curam nan tinggi
 
Dia mematahkan asa yang kau kepul tinggi
Dalam katup sajak semu kelabu
Kau dibubuhkan mimpi terbang di langit biru
Kau bak pelangi indah menghujani pandang
Tiada guna ternyata tak kenal warna
Setelah jatuhkan jiwamu, juga akalmu
 
Tak adakah ketakutan yang mengikuti deru napasmu?
Saat ilusi dan imaji lebur segala impian
Jiwamu digentayangi patahan sajak tak bertuan
Merayu sendu dalam kepung alur semesta
 
Congkaknya dagu kau tegakkan
Sudah sampai batas mana taatmu teruji?
Kau mendayu mesra memohon kasih ketika tangis terkepul di raga
Namun kau mengacuh gelak asa yang telah dilalukan pada mata
Lantas siapakah yang kejam?
DiriNya yang membenamkan atau kau yang mematahkan?
 
Deru takdir bukan pengkhianat laku seperti Tuanmu
Bait-bait semesta terangkai lirih pada ilusi yang kau cari
Kembalikan arah sajak yang kau patahkan
Ia melengkungkan gurat senyum menunggu hadirmu
Kembali, kembalilah, Tuan
Bawalah sajak-sajak patah untuk kau rangkai kembali
Ia penyeka garis luka sejati
 
 
 
Roro Mega Cahyaning Azmi Riyandani, lahir di Ponorogo pada tanggal 13 September 2000. Ayah A. Riyanto dan ibu Patmi Handayani. Anak sulung dari dua bersaudara. Alumni MAN 2 Madiun, sekarang menjadi mahasiswi salah satu sekolah kedinasan di Jakarta Timur. Tinggal di Dukuh Coper Kidul RT/RW 03/01 Desa Coper Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Mulai menggemari dunia sastra sejak di bangku SD. Namun, waktu luang hampir terkuras habis untuk tugas sekolah karena berada di program Akselerasi selama SMP dan SMA, lulus sekolah pada usia 15 tahun. Tertarik pada puisi dan karya sastra Indonesia nonklise. Telah menerbitkan dua novel hasil karya sendiri di bangku SD dan SMP. Aktif menulis pada blog dan tumblr. Sangat berharap dapat terus berpartisipasi dalam dunia sastra Indonesia. Instagram: @roromegacahyaningazmiriyandani, Blog: pecintaaksarapena.blogspot.com, Tumblr: roromegacahya.tumblr.com, Facebook: Ayaa Cahyaa, Line: @roromegacahya, Mail: acahya968@gmail.com
 

Terkini