PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Pesona
Itu kamu sama seperti dulu kau kukenal
Kau menjadi hal terindah dalam khayal
Kau indah kau sempurna meski bagiku saja
Tak apa bagiku kau cukup dan teristimewa
Kau lain dari pada yang lainnya
Kau berbeda karena kau pesona
Anggun dan berirama seolah kau adalah nada
Sebijak sang mentari yang menyinari dunia
Gila mungkin aku sudah gila
Biarlah kugila karena pesona
Pesonamu yang hanyutkanku dalam gelora
Indah bercinta menahan rindu didada
Oh pesona akankah khayal ini menjadi nyata
Kuharap iya meski waktu tak menjawab tanya
Jika tuhan tak menakdirkan kita bersama
Kuminta kau jangan berhenti berikan pesona
Tanahku Marah
Aku merindukan negeriku yang dulu
Aku mendambakan tanah airku yang lugu
Saat tanah masih sering kali basah
Saat bermain dengan tanah yang merah
Aku rindu masa-masa itu
Aku rindu tawa yang ada dahulu
Saat sore ramai beramah tamah
Di sudut kampung yang ku sebut rumah
Tapi kini pembangunan menghapus semua
Moderenisasi yang selalu di puja
Tanah merahku berganti beton berbaja
Tak kulihat lagi rakyat bercerita
Musim hujan yang dulu ku nanti
Kini bagai petaka yang sangat di benci
Saat air tak lagi meresap ke tanah
Saat kusadari tanah ku marah
Politik Praktis
Politik politik politik
Skenario penguasa mencari intrik
Obral janji janji sejuta mimpi
Tebar arogansi setelah mendapat kursi
Korupsi dan kolusi menjadi biasa
Karena hukum di negeri ini hanyalah wacana
Tak ada kepastian kecuali untuk mereka
Elit partai yang tenar menjadi kaya
Fasilitas mewah bisa mereka nikmati
Mereka lupa uang rakyatlah yang dihabisi
Bertitel sebagai wakil dari rakyat
Kampanye berlalu rakyat melarat
Proyek miliaran, triliunan menanti didepan mata
Fraksi jadi kedok sebagai lahan basah mecari rupiah
Ini lah potret lucu negri ini
Politik praktis sarang upeti
Guruku
Kau adalah monster masa kecil kami
Makhluk paling ku takuti dan segani
Salah ucap salah sikap rotanmu menanti
Lupa tugas lupa kewajiban tanganmu dipipi
Sekolah bagiku dulu adalah penjara
Terkekang tembok tinggi dengan jutaan penjaga
Kau adalah sipir nan selalu mengacungkan senjata
Seolah biasa menyiksa tahanan dan tertawa
Kini saat kau telah renta
Saatku telah berdasi dan rasakan uang berjuta
Kau masih disana setia dengan kapur putihmu
Namun tanpa rotan yang dulu jadi ciri khasmu
Oh guruku kusadari kaulah yang berjasa
Menjadikan kami anak didikmu menjadi berjiwa
Tanpa rotanmu kami takan tahu apa- apa
Karenamu guruku kami bisa hadapi dunia
Lupa Garuda
Jutaan jiwa menjadi saksi perjuanganmu
Menupahkan darah mempertaruhkan nyawa tuk harga dirimu
Tanpa rasa takut mereka menjadi benteng kokoh di garda terdepan
Musuh musuh gemetar saat mereka menganggkat senapan
Dari sabang sampai merauke mereka rajut menjadi satu
Ribuan pulau mereka rangkul agar menyatu
Duduk bersanding di pangkuan ibu pertiwi
Melupakan perbedaan demi kepentingan negeri
Tergantikan oleh pejuang baru
Pejuang yang dianggap lebih berjasa di bandingkan dirimu
Yang perjuangannya ada dalam layarkaca atau dengan lagu
Tanpa sadar mereka telah menggantikan mu
Kini bangsamu seolah melupakanmu
Lupa garuda yang menjadi simbol perjuanganmu
Lupa garuda yang menjadi lambang kesetiaanmu
Lupa garuda yang menjadi tanah kelahiranmu
