Aku Rindu, Irama Medan Kotaku, Irama Kehidupan, Doa untuk Bunda, Menderita

Rabu, 10 Agustus 2016 | 16:29:20 WIB
Ilustrasi. (nagytibor.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
Aku Rindu
 
Kokok ayam pertanda pagi
Membangunkan aku didalam keheningan
Malam yang pekat telah menghilang
Tetapi tetap saja meninggalkan bekas yang tidak akan hilang
Wajah dunia seolah pucat dipagi ini
Tetapi tetap saja terselimuti oleh bumi
Ketika banjir tiada surut dan berhenti
Dan nafsu angkara di dunia ini terus merajai
Seluruh permukaan dan isi bumi
Sampai kapankah derita ini akan berhenti
Dibalik raga yang berpura pura mati
Dan dibalik senyum kepalsuan yang tersungging dihati
 
 
 
Irama Medan Kotaku
 
Gemerlap lampu temaram dikotaku
Tidak lagi memberikan suatu keindahan yang utuh
Menyatu dalam irama dengki dan iri
Memaki maki dan selalu dibenci
 
Irama Medan Kotaku
Memberikan insyarat hidup yang penuh dengan arti
Saat ada yang ingin menyuguhkan sesuatu
Setidaknya para orang yang ingin membuat pilu
Dalam derap dan irama kotaku.
 
 
 
Irama Kehidupan
 
Bila mungkin untuk kulanjutkan
Perjalanan hidup yang memilukan
Melewati lika liku kehidupan yang berliku
Yang kadang ada  benci dan ada juiga rindu
 
Irama kehidupan ini terus melaju
Membawa aku dalam suasana yang mengharu biru
Dalam suasana yang penuh dengan sembilu
Dalam keadaan yang memecah kalbu
 
Akankah irama kehidupan ini berlalu?
Dalam detak irama yang membisu
Dalam lantunan lagu yang membisu
Seuntai harapku untukmu
 
 
 
Doa untuk Bunda
 
Bunda kutemui engkau disepanjang waktu
Dipagi hari ataupun disepanjang malam
Ketika aku kepanasan maupun kedinginan
Ketika aku bergulat dengan segala macam kesibukan
 
Doakui untukmu Bunda untuk kesekian kalinya
Doaku dalam keheningan malam
Diantara bening bening cahaya rembulan
Doaku untukmu sepanjang jalan dan badan.
 
 
 
Menderita
 
Kini derita bercampur dengan harapan
Suara hati tertekan irama badan
Tersuruk dalam isak tangis yang meratap kelam
 
Kapankah ini semuanya akan sirna?
Bisakah kita saling menyapa?
Sebagai tanda adanya rasa
 
Bisakah kita merenung?
Agar tak terlalu lama  dikecap oleh bingung
Yang bercampur dengan linglung
Agar takdir kembali kepada orang yang beruntung
 
 
 
Askar Marlindo, kelahiran 30 Juli. Bertempat tinggal di Jalan Kapten Muslim Gg Bersama Kelurahan Helvetia Timur Kecamatan Medan Helvetia. Duta Bahasa Sumut tahun 2008 ini telah memenangkan banyak perlombaan menulis tingkat daerah hingga nasional.
 

Terkini