Aneh! Usai Imuniasi, Hidung Jumiarti Keluarkan Busa, Lalu Hembuskan Nafas Terakhir

Aneh! Usai Imuniasi, Hidung Jumiarti Keluarkan Busa, Lalu Hembuskan Nafas Terakhir
Suasana rumah Jumiarni dan rumah duka di Jalan Panca Usaha Lorong Parlopa Kertapati Palembang, Selas

PALEMBANG - Apa yang dialami Juminarti bocah 8 tahun asal Palembang, tepatnya di Jalan Panca Usaha Lorong Parlopa Kertapati Palembang, sungguh mengenaskan. Ia meninggal setelah mendapatkan suntikan imunisasi di sekolahnya. 

Ia menghembuskan nafas terakhirnya hari ini, Selasa (14/11/2017). Sebelumnya bocah yang duduk di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah mendapatkan suntik imunisasi oleh Puskesmas 7 Ulu yang diadakan di sekolah Jumiarni.

Jumiarni mendapatkan imunisasi pada Jumat kemarin, pasca disuntik Jumiarni langsung mengalami kelumpuhan sehari setelahnya dan dirujuk ke RS Muhammadiyah. Apa yang menimpa anaknya jelas membawa duka bagi orang tuanya Junianto dan Meisyah.

Duka Orang Tua Juminarti

Mereka harus kehilangan anak sulung mereka, Jumiarti  tak lama setelah mendapat imunisasi massal di sekolah. Jumiarti mengalami kelumpuhan, dan setelah dirawat tiga hari di rumah sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP), bocah perempuan ini meninggal dunia.

"Hari jumat itu, anak saya bangunnya pagi jam 5 subuh. Dia semangat sekali katanya akan ada imunisasi di sekolah," kata Meisyah saat dikunjungi di RSMP menunggui anaknya.

Jumat siang, Jumiarti pulang sekolah masih ceria dan tidak ada yang aneh. Namun saat sore menjelang malam, tiba-tiba kaki kiri Jumiati tidak bisa digerakkan. "Anak saya jadinya berbaring saja," ujarnya.

Sabtu pagi kondisi Jumiarti belum berubah juga. Bahkan kaki kanan ikut-ikutan tidak bisa digerakkan. Meisyah lalu buru-buru melapor ke Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Al Hikmah Gg Duren 7 Ulu Palembang, tempat Jumiarti bersekolah melaporkan kondisi anaknya. "Bagaimana ini pak ustad, anak saya kenapa jadi tidak bisa jalan," kata Meisyah panik.

Wakasek kesiswaan menyarankan untuk segera melapor ke Puskesmas 7 Ulu yang menyelenggarakan imunisasi tetanus yang merupakan program nasional untuk anak-anak kelas 1-3. "Puskesmas cepat tanggap, mereka langsung mendatangi siswake rumah," ujar Sukardi SThi, Wakasek Kesiswaan.

Karena kondisi belum membaik, akhirnya petugas Puskesmas, merujuk Jumiarti dibawa ke RSMP, pada Sabtu sore. "Kami ini orang tak punya, Puskesmas katanya menanggung semua biaya berobat," ujar Juniarto yang mendampingi istri menjaga Jumiarti di RSMP.

Namun hingga Senin sore, kondisi JUmirti, belum juga ada perubahan. Bahkan tubuh Jumiarti mengalami demam.

"Dari sejak sakit belum bisa buang air besar. Kencing juga tidka teras oleh dia, tahu-tahu kasur sudah basah. Ya Allah ngapo anak aku cak ini, sakit apo," ujar Meisyah seraya mengaku belum ada omongan penyakit apa yang diderita anaknya dari dokter yang menangani. "Masih nunggu hasil tes darah dan urine," sambungnya.

Selasa pagi (14/11) kondisi bocah ini semakin parah dan mengalami sesak napas. Jumiarti harus dibantu oksigen untuk bernafas, sekitar pukul 09.00, nyaw Jumiarti tak tertolong dan meninggal dunia.

Puskesmas 7 Ulu Masih Bungkam

Dikutip dari Tribunsumsel, hari ini tidak ada satupun pegawai Puskesmas 7 Ulu yang bersedia memberikan komentar. Selain itu Kepala Puskesmas diinformasikan salah satu pegawainya sedang rapat dan tidak tahu keberadaanya.

 "Ibu sedang rapat, untuk nomor telepon saya tidak punya," kata pria tua seorang pegawai yang duduk di pintu depan Puskesmas.

Keluar Busa dari Mulut Juminarti

Kepala Sekolah MI Al Hikmah 7 Ulu, Rahmat Irwani mengungkapkan sebelum alamarhumah Jumiarni (8) siswa kelas 2 meninggal dunia usai diimunisasi gadis periang itu sempat mengeluarkan busa dari hidungnya sebelum menghembuskan nafas terakhir.

"Setelah mendapatkan suntikan imunisasi pada, Jumat (10/11/2017) memang korban sempat mengeluarkan busa," ujarnya saat melayat ke rumah duka di Jalan Panca Usaha Lorong Parlopa Kertapati Palembang, Selasa (14/11/2017).

Rahmat membeberkan sebelum mendapat suntikan imunisasi, petugas Puskesmas 7 Ulu sempat mengecek kondisi badan Jumiarni. Saat itu keadaan sehat bugar dan tidak panas serta tak menunjukkan tanda-tanda sakit.

Dari seluruh siswa yang disuntik, hanya Jumiarni yang mengalami gangguan sedangkan siswa lainnya tidak. "Kalau badan panas tentu tidak boleh, usai disuntik malamnya muntah, pihak Puskesmas juga proaktif menanyakan kondisi si anak. Lalu dirujuk RS Muhammadiyah," ungkapnya.

Sumber: Sripoku.com


Berita Lainnya

Index
Galeri