Wow…, Budak Bengkalis Jadi Utusan UR di Negeri Sakura

Wow…, Budak Bengkalis Jadi Utusan UR di Negeri Sakura
Joni Iskandar bersama teman-temannya saat Summer School Program in Kobe 2017, di Negeri Matahari Ter

BENGKALIS - Kiprah budak Bengkalis dikancah nasional dan internasional menjadi perhitungan. Buktinya, satu dari lima mahasiswa utusan Universitas Riau (UR) padaSummer School Program in Kobe 2017, Jepang adalah budak Bengkalis.

Kegiatan Summer School Program in Kobe 2017, dilaksanakan di Global Study Program, Kobe University Jepang, Hyogo Prefecture, selama sepekan mulai dari 25 September sampai 1 Oktober 2017. Budak Bengkalis yang ikut dalam program ini adalah, Joni Iskandar alumni SMAN 1 Bantan, bersama rekan-rekannya, yakni Meliana Dewi, Abd Aziz, Erin Vianti, Anggia Sundari Milandry.

Kelima mahasiswa UR ini didampingi dua dosen pembimbing, Prof. Dr. Kirmizi Ritonga (Kepala Kantor Urusan Internasional Universitas Riau) dan Haryono, M.Pd (dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau)

Seperti disampaikan Joni Iskandar melalui layanan WhatsApp (WA), kegiatan yang diikuti merupakan kunjungan  balasan, setelah sebelumnya mahasiswa Kobe University melakukan melakukan Program Summer School di Desa Concong Luar Kabupaten Indragiri Hilir dan Desa Kepau Baru Kabupaten Kepulauan Meranti.

Selama berada di Negeri Sakura, Joni dan kawan-kawan mengikuti disuguhi belajaran berharga tentang pengolahan beras dan sistem irigasi di Jepang.

Kemudian mengenai pengolahan peternakan di salah satu ladang sapi terkenal di kota Kobe, riset penanaman beras lembagafood resources education and research centre,Graduate School of Agriculture Science Kobe University.

“Tak ketinggalan, sebagai negara maju yang tetap melestarikan budaya,  belajar tentang tradisi dan kebudayaan Jepang,” ungkap Joni yang merupakan anak watan Desa Jangkang, Kecamatan Bantan.

Pada kesempatan berharga itu, utusan dari Universitas Riau ini tidak hanya, “mencuri” ilmu dari negeri matahari terbit, tapi juga membawa misi memperkenalkan kekayaan dan khasanah yang dimiliki Bumi Lancang Kuning. Saat itu, menyuguhkan tarian Zapin Lancang Kuning, Gurindam 12 dan silat penganting.

Tak hanya itu, mahasiswa juga memasak dan memperkenalkan makanan khas Melayu, yaitu asam pedas, mie sagu dan air mata pengantin. “Alhamdulillah, orang Jepag tertarik pertunjukan budaya yang kami suguhkan, termasuk kulienernya,” pungkas Joni. (Leo)


Berita Lainnya

Index
Galeri