LONDON - Sebuah kelompok ahli penerbangan mengumumkan tengah mengembangkan rencana pembuatan pesawat supersonic bernama Boom. Pesawat ini disebut terbang 2,6 kali lebih cepat dibandingkan pesawat supersonic pendahulunya, Concorde.
Pesawat Boom dapat terbang dengan kecepatan 2.336 kilometer per jam. Dengan kecepatan seperti itu, Boom dapat terbang dari London ke New York kurang dari 3 jam 30 menit, Sebanyak 40 kursi penumpang tersedia di dalam kabin pesawat Boom, di mana terbagi menjadi masing-masing dua baris di setiap sisi gangnya.
Tiket yang ditawarkan diperkirakan seharga 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 66,1 juta sekali terbang, yakni hampir serupa dengan rata-rata harga tiket penerbangan kelas bisnis.
“Kami sedang mewujudkan pesawat jet supersonic pertama yang aman, ramah lingkungan, dan ekonomis. Percayalah, ini bukan kisah fiksi ilmiah,” ujar penggagas Boom, Blake Scholl.
Sadar akan potensi kontroversialnya, Blake berujar bahwa Boom didesain dengan mengggunakan bahan bakar konvensional saat ini. Hal yang membuatnya mampu terbang dengan kecepatan tinggi adalah karena desain body pesawat yang menggunaan serat karbon komposit yang ringan, sistem tenaga penggerak khusus, dan material bingkai udara.
Meskipun masih berstatus prototipe, namun tim terkait telah mengumumkan akan segera menguji terbang pesawat Boom pada akhir 2017 mendatang di Colorado, Amerika Serikat (AS). Selain itu, pesawat Boom juga akan diujikan suara supersonic-nya di Pangkalan Angkatan Udara AS di California.
Blake yakin Boom akan meraih sukses di dunia penerbangan. Menurutnya, Boom unggul karena lebih murah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan Concorde. Sebagai informasi, eksistensi Concorde berakhir pada 2003 silam karena kerap merugi akibat harga tiketnya yang mahal, yakni 20.000 dollar AS (sekitar Rp 264 juta) sekali terbang. Selain itu, Concorde juga diketahui menyumbangkan polusi udara dan suara yang cukup berbahaya bagi lingkungan.
Sejauh ini, maskapai penerbangan yangan diketahui telah menjajaki kerja sama dengan Boom adalah Virgin Atlantic milik miliarder Sir Richard Branson. (max/esquire)
