Benarkah Menteri Agama Minum Arak Saat Menghadiri Acara di Kalbar? Ini Jawabannya

Benarkah Menteri Agama Minum Arak Saat Menghadiri Acara di Kalbar? Ini Jawabannya
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. (foto: viva.co.id)

JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin sedang mendapatkan fitnah soal ia meminum arak atau minuman anggur kala meresmikan Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) di Pontianak Kalimantan Barat, 6 April silam.

Atas tuduhan terhadap dirinya tersebut, Lukman Hakim pun memberikan klarifikasi lengkap soal peristiwa di Kalbar tersebut.

Seperti dilansir dari Jurnas.com, Lukman menuturkan, saat itu setelah disambut dengan tarian khas adat Dayak, kemudian ia diminta untuk memotong sebuah batang bambu yang melintang di depan pintu masuk STAKat.

Selanjutnya Menag diminta tuan rumah untuk menginjak telur mentah sebagai bentuk prosesi penyambutan tamu agung. Rupanya setelah menginjak telur tersebut, Lukman kemudian mendapat suguhan arak di dalam gelas untuk bisa diminum.

Mengetahui hal tersebut, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis yang mengetahui, sempat melarang Lukman untuk tidak meminumnya, serta menyuruh panitia lokal mengganti arak tersebut dengan air putih saja.

“Pak Gubernur lalu bilang, tidak perlu dihidangkan ke saya. Namun, karena penari yang menyuguhkan cawan itu bingung lantaran dicegah, saya spontan bisik ke Pak Gubernur, bahwa tidak apa-apa. Ini kan hanya simbol saja untuk menghormati adat. Tidak akan saya telan sedikit pun,” terang Menag Lukman dalam siaran pers, Selasa (08/08/2017) di Jakarta.

Cornelis sendiri langsung terkejut mendengar jawaban Lukman.  Bahkan Cornelis sempat mengingatkan Menag bahwa acara tersebut dihadiri banyak pewarta, yang dikhawatirkan akan menimbulkan salah persepsi, dan menjadi masalah dikemudian hari.

“Jujur, saya mendapatkan pelajaran lagi. Saya menangkap suatu rasa dalam beragama. Itulah toleransi sebenarnya atau toleransi sesungguhnya. Toleransi adalah kemauan dan kemampuan untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada pihak lain,” ujar Menag.

Menag Lukman menganggap saran dari Gubernur Cornelis adalah benuk beragama dengan rasa. Dia menyebut itu sebagai toleransi yang sebenarnya.

Menag juga menjelaskan bahwa dalam Indonesia yang memiliki banyak suku dan agama, saling menghormati, dan memahami itu sangat penting, demi menjaga kondusifitas bangsa.

“Siapa yang akan memberi penghormatan dan penghargaan kalau semua menuntut dan meminta? Kalau semua umat beragama yang berbeda-beda itu saling memberi, maka semua akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan,” tegasnya.

Dari peristiwa itu, Menag Lukman  juga mendapat pelajaran bahwa beragama tidak cukup hanya dengan logika tapi juga rasa.

“Mudah-mudahan kita sebagai umat beragama semakin berkualitas dalam menjalani agama dan keyakinan iman masing-masing,” ungkapnya. (max/suratkabar.id/jurnas.com)


Berita Lainnya

Index
Galeri