Bangga Injakkan Kaki di Riau, Ini Ungkapan Perasaan Kapolri

Bangga Injakkan Kaki di Riau, Ini Ungkapan Perasaan Kapolri
Gubri Arsyadjuliandi Rachman menyambut kedatangan Kapolri Jend Pol Tito Karnavian di VIP Lancang Kun
PEKANBARU - Kapolri Jend Pol Tito Karnavian menyatakan kebanggaannya bisa Memijakan kakinya ke Riau, di mana bahasa Indonesia yang kini digunakan oleh 250 juta penduduk berasal dari sini. 
 
Hal ini tentunya juga kebanggaan bagi masyarakat Riau termasuk Kepulauan Riau yang dulunya tergabung dalam satu provinsi, telah mampu menyatukan negara yang luas dengan aneka bahasa dan budaya tersebut melalui bahasa Indonesia yang notabene adalah bahasa melayu. 
 
"Saya bangga bisa memijakan kaki di mana bahasa Indonesia dilahirkan ada Riau dan Kepulauan Riau," kata Tito, saat memberikan kuliah umum di aula Universitas Islam Riau (UIR), Jumat (3/3/2017) sebagaimana dikutip dari Riauterkini.com. 
 
Perwira berbintang empat ini lantas mengulas bagaimana kehadirannya di Kerajaan Penyengat Kepulauan Riau yang merupakan kerajaan melayu terbesar saat itu. Begitu juga dengan kunjungannya ke Riau dalam memberikan kuliah umum di UIR ini juga sangat memberi kesan. 
 
Betapa tidak, pada 1928 lalu dimana Indonesia yang masih terkotak-kotak dengan kedaerahan, adat dan budaya masing-masing dipersatukan melalui bahasa Indonesia yang nota bene adalah bahasa melayu. 
 
Artinya, kerajaan dan bahasa melayu saat itu sangat berpengaruh. Pada hal yang menjadi pertanyaan, banyaknya tokoh-tokoh nasional dan berpusat di tanah Jawa kenapa tak mengunakan bahasa Jawa atau Sunda atau kenapa tidak menggunakan bahasa Palembang, Padang, Kalimantan atau Indonesia Timur lainnya.
 
Selain itu, Jenderal Tito juga banyak berbicara soal keragaman bangsa Indonesia yang belum tentu ada di negara lain. 
 
Dicontohkannya, di negara Arab yang cendrung masyarakatnya lebih homogen dengan ras Arabnya. Begitu juga di China. Kemudian di Singapura yang ada hanya tiga ras, yakni Melayu, keturunan China dan India. Berbeda dengan Indonesia yang jangankan berbeda daerah dalam satu wilayah pun bahasa dan budayanya sudah berbeda. 
 
Karena itu papar Tito, keunikan dan keragaman bahasan dan budaya ini hendaknya dijaga. Tidak mudah menjaga keragaman tersebut, kecuali dengan satu semangat dan menjaga kesatuan dan persatuan. (max/rtc)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri