Kenapa Grammy Awards 2017 Pilih Adele, Bukan Beyonce?

Kenapa Grammy Awards 2017 Pilih Adele, Bukan Beyonce?
Adele.
JAKARTA - Bahkan Adele, yang meraih penghargaan Album of the Year pada Grammy Awards 2017, tak percaya kalau Lemonade milik Beyonce tak mendapat satupun tiga penghargaan bergengsi yakni album, lagu dan rekaman terbaik. 
 
Lemonade memenangkan kategori lainnya yakni Best Urban Contemporary Album. Kemenangan ini, dan kekalahan di kategori bergengsi menimbulkan banyak spekulasi dan sejumlah teori. 
 
Di antaranya, seperti dilansir The Rolling Stone, para pemilih yang memberi suara pada pemenang Grammy Awards didominasi kulit putih, dan laki-laki. Bisa jadi tidak sepenuhnya jadi alasan, tapi Beyonce cukup vokal menyuarakan ketidaksukaannya pada Trump dan terang-terangan menyuarakan pendapatnya akan kebanggaan pada kulit hitam, dan memberi suara pada wanita Afrika-Amerika. Khususnya di lagu Formation, ia menyebutkan dengan lugas: "I like my Negro nose with Jackson 5 nostrils." 
 
Beberapa orang dari Partai Republik, dikabarkan, tidak menyukai penampilannya di Super Bowl tahun lalu. Bahkan, ada yang menyebutnya pro Black Panther dan anti-polisi. Meskipun para pelaku industri rekaman musik tergolong liberal, akan tetapi mayoritas berkulit putih dan laki-laki. 
 
Merunut rekam jejaknya, musisi kulit hitam 'berjuang keras' meraih penghargaan bergengsi di AS. Secara lima tahun berturut-turut, seperti dilansir USA Today, Adam Lewis lewat ciutan di akun Twitter-nya mengungkapkan musisi kulit hitam hampir selalu 'kalah' dalam penghargaan bergengsi Album of the Year. 
 
Pada 2013, misalnya, Mumford & Sons mengalahkan Frank Ocean. Hal itu berlanjut ketika Daft Punk mengalahkan Kendrick Lamar (2014), Beck mengalahkan Beyonce (2015), Taylor Swift mengalahkan Kendrick Lamar (2016), dan tahun ini Adele mengalahkan Beyonce. Cuitannya itu seketika menjadi viral di internet.
 
Tidak hanya itu, rata-rata pemilih penghargaan Grammy Awards berusia tua. Alasan usia ini menjadi penting mengingat Adele adalah pilihan mereka yang lanjut usia, dibanding memilih Beyonce. 
 
"Beyonce mestinya menang karena lagunya penting secara budaya dan lebih inovatif. Sementara, Adele kita pernah melihat karyanya sebelumnya, akan tetapi bagaimanapun para pemilih rata-rata berusia tak lagi muda, dan Adele adalah pilihannya," ungkap salah satu pemilih. Memberikan penghargan ke Adele dianggap sebagai pilihan aman dibanding Beyonce. 
 
Di luar dua teori itu, ada yang menyandarkan pilihan pada sukses secara komersil. Album 25 Adele ditengarai lebih sukses dengan 20 juta kopi terjual di seluruh dunia, sementara Lemonade hanya dua juta kopi. Meskipun Beyonce secara budaya lebih penting dibanding Adele pada 2016, dengan imej video album Lemonade, tampil di panggung kampanye Hillary Clinton, dan perolehan tur ratusan juta dolar AS, Adele lebih menonjol buat publik. 
 
Di samping itu, Adele melakukan penjualan albumnya dengan cara yang konvensional. Ia menolak penjualan streaming beberapa bulan setelah albumnya keluar, akan tetapi justru laris secara mengejutkan. Sementara, kontras dengan Beyonce yang merilis Lemonade langsung streaming eksklusif lewat Tidal, lalu Spotify dan Apple Music. 
 
Ada juga yang berpendapat bahwa perolehan suara yang terbelah. Beyonce bersaing dengan album Purpose Justin Bieber dan Views milik Drake untuk kategori musik pop dan hip-hop. Adele mendapatkan porsi lebih besar, dan tidak akan terkalahkan dibanding album A Sailor's Guide to Earth milik Sturgill Simpson, pesaing di kategori Album of the Year lainnya. 
 
Kekalahan Beyonce tahun ini di Grammy Awards masih akan jadi perbincangan. Apalagi mengingat, Adele yang juga dengan terang-terangan mengagumi Beyonce, dan merasa Lemonade lebih pantas menang dan meraih Album of the Year. (ade/cnn)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri