Pemkab Siak Target Swasembada Cabai dan Jagung di 2018

Pemkab Siak Target Swasembada Cabai dan Jagung di 2018
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak, Rubiati.
SIAK - Pemerintah Kabupaten Siak, menargetkan bisa mencapai swasembada cabai dan jagung pada 2018 atau minimal mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan tidak lagi impor.
 
"Selain padi, jagung dan cabai juga masuk dalam program sembilan komoditas prioritas tanaman pangan Kabupaten Siak. Dengan harapan jagung dan cabai minimal bisa memenuhi kebutuhan wilayah Siak dan ekspor ke kabupaten tetangga," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak, Rubiati di Siak, Selasa (24/1/2017) seperti dilansir Antara.
 
Dia mengatakan untuk tanaman hortikultura, pemerintah Kabupaten Siak memilih sayur-sayuran seperti cabai dan bawang merah. Sedangkan tanaman palawija selain jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan talas juga masuk dalam semblan komoditi prioritas.
 
"Namun pada 2017 ini, jagung dan cabai menjadi priorias utama yang ditargetkan bisa swasembada pada 2018. Bukan berarti tanaman pangan yang lainnya tidak diprioritaskan," ucapnya lagi pada kegiatan panen cabai di lahan milik Suryono.
 
Dia menyebutkan, pada 2017 ini akan ada seluas 11,75 hektar lahan cabai yang dipanen. Ia memprediksi hasilnya kurang lebih 70 ton. Ditambah lagi katanya, pemerintah pusat tahun ini juga memberi bantuan sebanyak 40 hektare.
 
"Kalau bantuan tersebut dikembangkan dengan produksi 5 ton/ hektar, maka keinginan Siak untuk swasembada cabai pada 2018 akan terpenuhi. Bahkan bisa ekspor ke daerah tetangga," tuturnya.
 
Meski demikian ungkapnya, masalah yang dihadapi adalah pertanian di kabupaten Siak sendiri terpencar di seluruh kecamatan, sehingga pemasarannya tidak terkontrol oeh pemerintah.
 
"Jika pemasarannya terkoordinir dengan baik, kita bisa menghitung rasio kebutuhan pangan komoditi jagung dan cabai di Siak ini," ungkapnya.
 
Ia menambahkan, pihaknya dan sejumlah SKPD terkait akan menkoordinir distribusi pemasaran komoditas unggulan.
 
Dia juga minta para penyuluh lapangan untuk segera mendata, sehingga dapat mengetahui kapan waktu tanam dan panen.
 
"Kami minta pihak penyuluh lapangan agar lebih pro aktif mendata komoditi-komoditi unggulan di wilayah kerjanya sehingga bisa tahu kapan waktu tanam dan panen. Para pedagang pun bisa mengkoordinasikan setiap komoditas yang ada," ungkapnya lagi.
 
Sementara itu Suryono, seorang petani yang berhasil terpilih menjadi pembicara di Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB di Marrakesh, Maroko pada 7-18 November 2016 lalu ini mengimbau masyarakat Siak dapat memanfaatkan lahan yang subur untuk ditanami tanaman pangan dan hortikultura.
 
"Lahan seluas 0,5 hektare milik kami sudah menghasilkan cabai sebanyak 1,2 ton. Kami memprediksi akan ada sekitar 5 ton total keseluruhannya. Saya menjual cabai ke pasar langsung dan tidak melalui tengkulak," ungkapnya.
 
Dia bercerita, satu tahun lamanya dirinya menghadapi perselisihan dan konflik dengan tengkulak yang lebih dahulu menguasai pasar. Namun menurutnya tidak ada aturan yang melarang seorang petani untuk berjualan di pasar.
 
"Saat ini kami juga tengah mempersiapkan lahan baru lagi seluas satu hektar untuk ditanami buah-buahan dan sayur-sayuran," tuturnya. (fan/ant)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri