Pariwisata dan Budaya Melayu Riau Menyapa Dunia

Pariwisata dan Budaya Melayu Riau Menyapa Dunia
Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman saat launching Riau The Homeland of Melayu. (adv)
PEKANBARU - Provinsi Riau adalah salah satu daerah yang memiliki budaya Melayu yang ada di Indonesia. Bahkan, sejarah mencatat beberapa pusat kerajaan Melayu yang pernah berjaya di masanya, berada di Riau, seperti Kerajaan Siak Sri Indrapura, Kerajaan Riau Lingga, Kerajaan Indragiri dan Kerajaan Pelalawan.
 
Atas dasar itu pula, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau berupaya mengembangkan sektor pariwisata berbasis budaya melalui peluncuran Riau Homeland of Melayu. Hal ini pula yang menjadikan Riau sebagai pusat pariwisata yang unik bagi orang-orang  yang ingin mengenal budaya dan kehidupan orang-orang melayu. 
 
Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) terus menggeliatkan promosi pariwisata lokal. Salah satunya melalui acara "Riau Menyapa Dunia" yang secara resmi diluncurkan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Gubernur Riau (Gubri)Arsyadjuliandi Rachman beberapa waktu lalu. Komitmen itu juga menjadi cerminan dalam implementasi "Calender of Event Riau 2016".
 
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman me-launching Calender of  Event Riau 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
 
Gubri mengatakan, untuk mendukung target pariwisata nasional, Provinsi Riau setidaknya memiliki enam agenda atau kalender event tetap, dengan mengandalkan potensi berupa daya tarik alam, budaya dan wisata buatan. Keenam event tersebut adalah Festival Bakudo Bono Pelalawan, Tour de Siak, Pacu Jalur Kuansing, Bakar Tongkang, Gema Muaharram Indragiri Hilir dan Riau Marathon.
 
"Enam kalender event tahunan inilah yang akan kami kembangkan, selain beberapa potensi wisata lainnya. Selain itu, kami juga berencana akan membenahi beberapa insfrastuktur, khusunya jalan menuju beberapa objek wisata, seperti ke Candi Muara Takus, beberapa air terjun, dan termasuk juga jalan menuju Bono, Pelalawan," kata Gubri.
 
Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman membuka Festival Pacu Jalur Kabupaten Kuantan Singingi.
 
Gayung bersambut, Menteri Arief Yahya sangat menyambut baik adanya launching 'Calender of Event Riau 2016' ini. Menurutnya, ini sebagai wujud tekad Provinsi Riau menjadikan wisata sebagai sektor andalan selain minyak sawit dan gas. Apa yang diagendakan Pemprov Riau ini menurutnya mendukung adanya program mendatangkan 12 juta Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke nusantara. Untuk mewujudkan itu, kata Menteri, pengembangan destinasi wisata harus juga didukung dengan semua aspek, termasuk infrastruktur jalan.
 
Gubri mengatakan promosi ini merupakan upaya pemerintah untuk membangun Riau sebagai objek destinasi wisata budaya. Pariwisata berbasis budaya melayu adalah prioritas promosi yang akan dilakukan untuk menggenjot jumlah wisatawan datang ke Riau.
 
"Kita punya potensi dengan mengembangkan objek praiwisata berbasis budaya melayu yang tak dimiliki oleh provinsi lain manapun. Itu yang akan menjadi ciri khas pariwisata kita dan akan kita perkenalkan kepada publik Indonesia serta internasional," ucap Gubri lagi.
 
Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman saat membuka Musda ke VI Asosiation Tour and Travel Agent (Asita) DPD Riau, di Hotel Premiere Pekanbaru.
 
Gubri mengakui, selama ini Pemprov Riau terlalu bergantung pada dua sektor yakni sektor migas dan perkebunan. Namun melihat kelesuan pada dua sektor ini selama beberapa tahun belakangan, ia menganggap harus ada perubahan prioritas pengembangan. Pariwisata berbasis budaya adalah prospek paling baik yang dipandangnya.
 
"Kita sudah melihat dampak melemahnya perekonomian kita beberapa waktu belakangan ini diakibatkan turunnya kontribusi dua sektor ini. Tentu kita tidak akan berlama-lama menyandarkan perekonomian kita pada dua sektor ini saja," sebutnya.
 
Peralihan pengembangan dari sektor migas dan perkebunan menjadi pariwisata berbasis budaya ini diharapkan mampu memberikan dampak percepatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, wisata budaya ini merupakan realisasi dari tagline Riau Homeland of Melayu yang dicanangkan pada ulang tahun Riau tahun 2015 lalu.
 
"Riau akan kita jadikan sebagai pusat pariwisata dan edukasi kebudayaan se-Asia Tenggara. Apalagi dengan Riau yang dikelilingi oleh 4 sungai besar yakni Sungai Siak, Kampar, Indragiri dan Batang Kuantan. Keempat sungai ini mempunyai sejarah peradaban dan kebudayaan tersendiri yang bisa digali," paparnya.
 
Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman mempresentasikan potensi pariwisata Provinsi Riau saat menghadiri Diskusi Nasional Kepariwisataan-Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata di Grand Inna Muara Hotel Convention & Exhibition Padang.
 
Sementara itu, Kepala Disparekraf, Fahmizal Usman berharap pengembangan pariwisata budaya melayu yang ada di daerah Riau ini dapat memajukan perekonomian masyarakat sekitar daerah Riau yang menjadi pusat pariwisata, dengan memberdayakan masyarakat untuk mengambil peluang dengan membuka usaha yang berhubungan dengan wisata.
 
"Seperti membuka usaha kerajinan tangan sebagai oleh-oleh khas daerah tersebut, menjadi pemandu wisata, membuka rumah makan, tempat rekreasi atau apapun itu yang tujuannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melayu di sekitar daerah tersebut dari sektor wisata," jelasnya.
 
Hal itu sesuai pula dengan visi Riau tahun 2020 untuk menjadi pusat kebudayaan melayu di mana bunyi dari visi tersebut adalah 'Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin di Asia Tenggara Tahun 2020'.
 
"Jadi kami ingin menjadikan Riau sebagai daerah pusat budaya Melayu dan Perekonomian di Asia Tenggara, kami juga minta dukungan pemerintah pusat," kata Fahmi di hadapan Anggota Komisi X DPR RI beberapa waktu lalu.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri