Malam Puisi di Tepi Sungai Siak, Seruan Wakapolda untuk Alam yang Terluka

Malam Puisi di Tepi Sungai Siak, Seruan Wakapolda untuk Alam yang Terluka
Wakapolda Riau, Brigjen Pol Adrianto Jossy Kusuma saat membacakan sebuah puisi

PEKANBARU - Suasana berubah hening saat Wakapolda Riau, Brigjen Pol Jossy Kusumo, naik ke panggung dan membacakan puisi berjudul Ketika Jossy Menyendir, karya Ustaz Abdul Somad (UAS), dalam acara seni budaya dan sosial di Rumah Singgah Tuan Kadi, Kecamatan Senapelan, Sabtu (21/6/2025) malam.

Acara yang digelar dalam rangka peringatan Hari Bhayangkara ke-79 ini memadukan lomba pantun, puisi, syair, cipta lagu, serta bakti kesehatan dan sosial untuk masyarakat.

Dengan latar Sungai Siak dan temaram cahaya lampu, Brigjen Jossy menyuarakan kegelisahan tentang kerusakan alam dan punahnya satwa liar.

Ia membacakan bait-bait puisi yang menggambarkan kehancuran lingkungan dan krisis budaya.

"Ketika Meranti menjadi peti mati. Ketika Elang mengerang. Ketika Rajawali terikat tali. Ketika Gajah marah. Ketika Harimau dipukau," ucapnya di tengah panggung.

Puisi tersebut ditulis UAS dalam perjalanan malam dari Palangkaraya menuju Tumbang Samba, sebagai refleksi atas kerusakan lingkungan yang terus terjadi. Pesan yang disampaikan juga menekankan nilai-nilai kearifan lokal Melayu—merawat, membimbing, dan menjaga harmoni dengan alam.

"Pohon dimohon, kayu dirayu. Merangkul tidak memukul. Mengajak tidak mengejek. Bismillah kaki melangkah," lanjut Jossy.

Acara turut dihadiri Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho, pendiri Tumbuh Institute Rocky Gerung, para pejabat utama Polda Riau, serta perwakilan Forkopimda Riau. Warga, tokoh adat, budayawan, dan pelajar juga memadati lokasi kegiatan yang terbuka untuk umum.

Usai penampilannya, Brigjen Jossy menyebut puisi tersebut sebagai pengingat moral dan budaya bahwa menjaga hutan adalah tanggung jawab bersama.

"Ini bukan hanya tugas negara atau aparat. Ini tentang warisan dan arah hidup kita sebagai orang Melayu yang berakar pada alam," tegasnya.

Polda Riau menjadikan rangkaian kegiatan ini sebagai ruang pertemuan antara seni, masyarakat, dan pengabdian. Lebih dari sekadar peringatan, acara ini menjadi seruan dari hati untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghidupkan kembali jiwa Melayu.


Berita Lainnya

Index
Galeri