Kasus DBD di Riau Tembus 1.471, Sebanyak 17 Orang Meninggal Dunia

Kasus DBD di Riau Tembus 1.471, Sebanyak 17 Orang Meninggal Dunia
Foto : Ilustrasi

PEKANBARU - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) menyusul lonjakan kasus yang terjadi sejak awal 2025.

Hingga akhir April, tercatat 1.471 kasus DBD di 12 kabupaten/kota, dengan 17 korban meninggal dunia. Kabupaten Indragiri Hilir menjadi wilayah paling terdampak dengan enam kematian, disusul Kampar, Rokan Hulu, dan Dumai masing-masing tiga kasus. Sementara Pekanbaru dan Siak masing-masing mencatat satu kematian.

“Kami prihatin atas peningkatan kasus ini. Data hingga 31 April menunjukkan tren yang perlu menjadi perhatian bersama,” kata Kepala Dinas Kesehatan Riau, drg. Sri Sadono Mulyanto, Kamis (15/5/2025).

Ia menjelaskan, faktor lingkungan masih menjadi penyebab utama penyebaran virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti, terutama di daerah dengan sanitasi yang kurang baik.

Karena itu, Sri Sadono mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berkembangnya sarang nyamuk.

“Masyarakat harus lebih peduli. Pencegahan harus dilakukan sejak dini agar nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembang biak,” ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, Dinkes kembali mengaktifkan peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di berbagai wilayah. Para kader ditugaskan memeriksa tempat penampungan air di rumah warga dan memberikan edukasi langsung mengenai pentingnya menjaga kebersihan.

“Mereka adalah garda terdepan dalam upaya pencegahan. Peran serta masyarakat sangat kami harapkan untuk menekan penyebaran DBD,” tambahnya.

Pemantauan difokuskan pada tempat-tempat potensial seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan, dan saluran air yang jarang dibersihkan. Edukasi tentang gerakan 3M Plus - Menguras, Menutup, dan Mengubur barang bekas, ditambah penggunaan kelambu dan obat nyamuk - juga terus digencarkan.

“Jangan tunggu sampai ada yang sakit baru bertindak. Pencegahan jauh lebih baik. Jaga kebersihan setiap hari,” tegasnya.

Dinkes juga telah berkoordinasi dengan rumah sakit dan puskesmas agar siaga menghadapi potensi lonjakan pasien. Warga yang mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala berat, atau bintik merah pada kulit diimbau segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Deteksi dini sangat krusial. Penanganan DBD membutuhkan kecepatan dan ketepatan,” ujarnya.

Sri Sadono menutup dengan ajakan agar semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, hingga lingkungan RT/RW, bersinergi dalam pengendalian DBD.

“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh dukungan seluruh lapisan masyarakat agar wabah ini tidak meluas dan bisa dikendalikan bersama,” pungkasnya.


Berita Lainnya

Index
Galeri