"Kualitas Pendidikan Desa dan Kota di Indonesia Timpang"

Managing Director and Chief Operating Officer Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati.
DEPOK - Pendidikan menjadi salah satu kunci pemerataan pembangunan. Ketimpangan peluang disebabkan belum meratanya kualitas pendidikan di Indonesia.
 
Managing Director and Chief Operating Officer Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati mengatakan banyak ketimpangan pendidikan seperti perbandingan kualitas anak di desa dan kota. Angka partisipasi pendidikan pun timpang antara desa dan kota.
 
"Sekolah di desa berpeluang lebih kecil untuk memiliki guru yang terlatih dan fasilitas yang baik. Ketidakhadiran guru pun jadi masalah," kata Sri Mulyani dalam Kuliah Umum di Fakultas Hukum UI, Selasa (26/7/2016) yang dilansir Okezone.com.
 
Akibatnya, capaian pendidikan sangat bervariasi antara kabupaten dengan kota, dan antar propinsi. Sebagai contoh, anak kelas 3 SD di Jawa bisa membaca 26 huruf lebih cepat per menit dibanding anak di Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku.
 
Mantan Menteri Keuangan ini menyebut angka partisipasi juga belum ideal. Pada tingkat SMA angka partisipasi sekolah turun drastis bagi penduduk miskin. Hanya 33 persen anak-anak dari kelompok dua puluh persen termiskin tetap sekolah pada tingkat SMA, dibandingkan dengan 76 persen untuk kelompok 20 persen termiskin tetap sekolah pada tingkat SMA dibandingkan dengan 76 persen untuk kelompok 20 persen terkaya.
 
"Kualitas siswa Indonesia juga dapat diukur dari peringkat test PISA, dimana posisi Indonesia adalah di urutan ke 64 dari 65 negara. Ini tes untuk menilai kemampuan siswa dalam bidang matematika dan pemahaman membaca, capaian ini bervariasi," kata Sri Mulyani.
 
Upaya yang dilakukan pemerintah, kata dia, selama ini terus menggenjot anggaran pendidikan. Anggaran pendisikan pemerintah mengalami kenaika besar sejak reformasi. Fokus sekarang adalah pada peningkatan kualitas dan hasil pendidikan.
 
"Saya tahu betul saat saya jabat Menkeu waktu itu, anggaran pendidikan di Mahkamah Konstitusi harus alokasi APBN 20 persen. Saya hitung bagaimana alokasi 20 persen. Bayangkan itu tergantung dari harga minyak. Saya bukan khawatir anggaran pendidikan harus 20 persen tetapi persoalanya how to use that money. Sementara banyak yang komplain anggaran pendidikan kecil, ini yang terus didorong," tuturnya. (max/okz)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri