450 Ribu Kondom Disebar di Kampung Atlet Olimpiade Rio

450 Ribu Kondom Disebar di Kampung Atlet Olimpiade Rio
Olimpiade Rio de Janiero 2016
JAKARTA - Panitia penyelenggara Olimpiade Rio de Janiero 2016 menyebar 450 ribu kondom di perkampungan atlet demi mencegah terjadinya penyebaran penyakit seksual atau penyebaran virus Zika. 
 
Atlet atau pengunjung yang datang ke Olimpiade bisa dengan mudah mendapatkan kondom secara gratis dan mudah. Mereka tinggal menarik gagang perak pada 40 mesin jual otomatis (vending machine) yang disebar di berbagai tempat. 
 
"Celebra con camishinha," adalah slogan berbahasa Portugal untuk gerakan tersebut yang secara harafiah diartikan "merayakan dengan kondom."
 
Dikabarkan Marca, ratusan ribu kondom yang disebar adalah produksi lokal yang menggunakan karet dari hutan Amazon untuk memastikan "pengunaan sumber daya alam secara bertanggung-jawab."
 
Menurut data yang disebar oleh panitia penyelenggara, akan ada 450 ribu kondom yang disebar, atau 42 kondom per kapita. Angka ini meningkat tiga kali lipat dari jumlah kondom yang disebarkan di Olimpiade 2012 di kota London. 
 
Perilaku seks bebas sendiri lazim terjadi di perkampungan atlet di Olimpiade. Pada 2012 lalu, Forbes mengabarkan bahwa 100 ribu kondom habis digunakan dalam satu pekan Olimpiade di London, sementara pada Olimpiade musim dingin di Vancouver pada 2010, 70 ribu kondom habis digunakan dalam satu pekan. 
 
Atlet-atlet terkenal dunia seperti perenang Inggris, Ryan Lochte, serta bintang timnas sepak bola perempuan Amerika Serikat, Hope Solo, pernah secara terbuka mengungkapkan 'tradisi' itu di Olimpiade yang mereka ikuti. 
 
"Ada banyak hubungan seksual yang terjadi," kata Solo pada empat tahun lalu. "Dengan pengalaman sekali seumur hidup, Anda ingin membuat kenangan, entah itu dengan berhubungan seksual, berpesta, atau mendapatkan kemenangan di lapangan."
 
Sementara pada 2008 silam, jurnalis Inggris, Matthew Syed, menuliskan kolom di Times of London soal hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa "ada ribuan atlet yang menjalani disiplin tingkat tinggi yang tidak alamiah selama berbulan-bulan jelang Olimpiade, sehingga ketika datang ke ajang tesebut mereka berada dalam kondisi yang tertekan dan pada akhirnya melampiaskan pada prilaku hedonisme". (max/cnn)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri