Opini - A. Hakikat Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menjadikan manusia menjadi manusia yang seutuhnya, baik fikiran, mental dan kepribadian untuk meraih kesuksesan hidup. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan hidup, mengembangkan potensi manusia, agar menjadi manusia yang tentunya bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahklak mulia, sehat, kreatif, mandiri dan menjadi manusia yang bertanggung jawab.
Tidak hanya akademis yang dikembangkan dalam proses pendidikan namun juga membentuk watak manusia. Pendidikan ini digunakan untuk menambah dan menyesuaikan pengetahuan dan keterampilan tersebut sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin pesat agar lebih bernilai di lingkungan masyarakat.
Konsep belajar sepanjang hayat pertama kali dikemukakan oleh Edgar Faure dari International Council og Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pembangunan Pendidikan. sebagai Ketua Komisi tersebut, Edgar Faure menegaskan bahwa istilah belajar terinspirasi oleh sebuah ungkapan hikmah yang diungkapkan oleh ulama Islam yang berbunyi “uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi”, yang bermakna “tuntutlah ilmu dari sejak dalam kandungan (buaian) hingga liang lahat."
B. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat
Konsep pendidikan sepanjang hayat adalah suatu pendekatan yang menekankan pentingnya pembelajaran berkelanjutan bagi setiap individu, tanpa batasan usia atau situasi. Ini mengakui bahwa proses pendidikan tidak berhenti setelah selesai sekolah atau universitas, tetapi berlanjut melalui berbagai tahap kehidupan. Pendidikan sepanjang hayat mencakup pendidikan formal, non-formal, dan informal, yang semuanya berkontribusi pada pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dan perubahan dalam kehidupan.
Tujuan utamanya adalah untuk mendorong adaptasi yang lebih baik, meningkatkan kualitas hidup, dan memperkaya partisipasi aktif dalam masyarakat, sehingga individu dapat terus berkembang dan berkontribusi positif sepanjang hidup mereka. Di Era merdeka bealajar saat ini, lifelong learning sangat digaungkan. Karena sesuai dengan ajaran dari Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa belajar itu tanpa batas sehingga setiap perserta didik mendapatkan perlakuan yang sama tanpa mengenal usia (Faizin et al., 2023).
- Tujuan Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat
Tujuan dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang berkelanjutan untuk belajar dan mengembangkan diri mereka sepanjang kehidupan. Melalui pendidikan sepanjang hayat, tujuan utama adalah meningkatkan kapasitas individu dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang diperlukan untuk berhasil di dunia yang terus berubah ini.
Hal ini juga bertujuan untuk mendorong inklusi sosial, kesetaraan akses terhadap pendidikan, dan pengembangan keterampilan hidup yang relevan untuk memenuhi tuntutan global dan lokal. Selain itu, pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk mempromosikan kemandirian pribadi, meningkatkan daya saing di pasar kerja, dan memungkinkan individu untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan komunitas dan masyarakat yang berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan demikian, konsep ini berfokus pada pembangunan manusia secara holistik yang berlangsung sepanjang siklus kehidupan mereka.
C. Penanaman Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat Dalam Kelas
1. Penggunaan Teknik Memahami Perkembangan Siswa
Memahami perkembangan siswa penting dilakukan guru untuk menentukan arah bimbingan dalam belajar serta memberikan gambaran bagi guru untuk memberikan motivasi yang sesuai dengan keadaan siswa. Tekhnik memahami perkembangan siswa terdiri atas tekhnik tes dan nontes. Teknik Tes terdiri dari tes bakat, tes kecerdasan dan tes prestasi belajar, sedangkan tekhnik nontes bisa dilakukan dengan observasi, wawancara, angket, autobiografi, catatan anekdot, sosiometri, dan studi kasus.
2. Pemberian Motivasi Ekstrinsik Untuk Mendorong Motivasi Instrinsik
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar, lemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Guru berperan sebagai motivasi ektrinsik bagi siswa, dengan harapan dapat menumbuhkan motivasi instrinsik.
Secara umum motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu motivasi ektrinsik dan motivasi Ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendirim sementara motivasi ektrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
3. Pemilihan Strategi Mengajar Yang Menimbulkan Kesenangan
Strategi mengajar yang menyenangkan bagi siswa akan menimbulkan keterkaitan emosi siswa dengan pembelajaran. Memperhatikan emosi siswa dapat membantu mempercepat pembelajaran. Memahami emosi siswa dapat membuat pembelajaran lebih berarti dan permanen. Penelitian menyampaikan kepada kita bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak itu kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran dalam ingatan.
Kuncinya adalah membangun ikatan emosional dengan siswa, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar (Sudrajat dan Hariati, 2021).
D. Peran Guru Sebagai Role Model Pendidikan Sepanjang Hayat
Guru yang biasa-biasa saja hanya bisa menceritakan sedangkan guru yang baik mampu menjelaskan dan guru yang unggul mampu menunjukkan, sementara guru yang hebat mampu member inspirasi. Selain mampu mentransfer ilmu pengetahuan, seorang pendidik juga harus bisa menjadikan dirinya sebagai role model bagi peserta didik.
Menurut Bashir, “Seorang role model adalah orang yang menginspirasi dan mendorong untuk berjuang untuk hal yang besar, membangkitkan potensi maksimal dan mampu melihat yang terbaik dalam diri. Seorang pendidik harus mampu memberikan perbaikan yang signifikan terhadap kepribadian anak didik.
Pendidik memiliki pengaruh jangka panjang bagi kehidupan anak didik dan pendidik terhebat yaitu mereka yang menginspirasi anak didiknya. Sekarang ini, peran pendidik semakin sulit dan menantang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat. Oleh sebab Firman Ginting, itu, pendidik harus senantiasa meng-upgrade pengetahuan dan kemampuan lainnya. Barahate menyatakan bahwa peran pendidik telah mengalami peningkatan berlipat ganda. Di zaman modern ini mengalami transisi.
Seorang pendidik harus dapat mempertahankan nilai-nilai dan memeliharanya. Seorang pendidik memiliki potensi besar untuk membawa perubahan di masyarakat, terutama masyarakat sekolah. Peran pendidik sebagai role model tidak hanya meliputi sikap dalam belajar, bertindak dan berpenampilan. Namun tak kalah penting adalah role model dalam berkomunikasi.