Opini - Menjamurnya Sekolah Islam Terpadu hari ini, salah satu menjawab tantangan perubahan sikap prilaku anak didik yang luar biasa, tentunya ini tidak lepas dari perkembangan Teknologi yang di hadapi oleh Gen Z dan Gen Alpa. Maka peran pendidikan menentukan bagaimana generasi akan datang akan menjadi generasi hebat yang cerdas akalnya dan sholeh jiwanya. Sekolah tidak hanya menghasilkan orang cerdas secara akalnya tetapi sekolah juga harus mampu mensholehkan jiwanya, maka karakter peserta didik yang di hasilkan akan lebih baik.
Di dalam proses pembelajarannya teori yang digunakan adalah teori Realistik dan teori Kontruktivitik. Didalam dunia islam ada di kenal metode Talkiyan Fikriyan. Metode Talkiyan Fikriyan adalah metode yang mengahadirkan fakta atau objek secara langsung sesuai matei ajar yang akan di pelajari. Anak-anak di biasakan menganalisa fakta dengan cara memaksimalkan potensi indra dalam setiap proses pembelajaran. Guru sebagai acuan proses pembelajaran utama. Guru harus mampu menggali potensi anak dengan cara memberikan stimulus berupa pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari.
Metode Talkiyan Fikriyan memiliki kesamaan dengan teori Realistik, dimana teori realistik selalu melakukan pembelajaran langsung, ketika membahas sesuatu maka harus langsung di hadirkan fakta yang akan di pelajari. Namun ke khasan dari metode talkiyan fikryan adalah setiap fakta atau materi yang dipelajari di kaitkan dengan sang Pencipta ALLAH SWT. Dengan demikian peserta didik akan mengenal setiap benda dengan esensi bahwa yang berperan penting dalam benda tersebut adalah ALLAH SWT.
Setiap mata pelajaran yang di pelajari semuanya akan dikaitkan dengan Penciptanya. Misalnya dalam pembelajaran Sains untuk tingkat Sekolah Dasar, belajar tentang hewan hidup di air yaitu ikan, guru menggali potensi dengan memaksimalkan indra. Anak–anak di minta memegang ikan langsung, ini artinya menggunakan indra peraba, dia akan merasakan bentuk bagian luar ikan, tekstur nya apakah halus atau licin, anak mengamati bagian luar ikan, ini dengan memaksilkan indra penglihatan, sampai anak diminta mencium bagaimana bau nya ikan.
Setelah proses ini di lewati maka anak akan melakukan kontruktivistik membangun pola pikir terhadap fakta yang di analisanya, sampai anak tersebut bisa menyimpulkan materi yang di pelajarinya, dan guru akan mengkaitkan dengan Sang Kholiq ALLAH SWT, bahwa ALLAH lah yang menciptakan ikan tersebut dan memberi kehidupannya.
Di atas adalah contoh sebagian kecil proses pembelajaran dengan metode Talkiyan Fikryan, dengan menggabungkan Teori Realistik dan Kontrukivistik. Maka pembelajaran seperti ini, akan membuat suasana pembelajaran yang asyik dan tidak membosankan karna anak-anak di libatkan dalam menganalisa materi ajar, dan sekaligus mereka senantiasa selalu di ingatkan bahwa ikan tersebut adalah ciptaan ALLAH SWT. Maka kita sebagai manusia harus bisa menjaga dan memanfaatkannya dengan baik, yang membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, dan ALLAH balas dengan pahala yang berlipat.
Pendidikan karakter seperti inilah yang di butuhkan saat ini dalam menghadapi tantangan Zaman yang serba teknologi, anak-anak dibiasakan mengamati dan menganalisa secara langsung fakta atau objek yang di pelajari, anak tidak banyak menghabiskan waktunya dengan Gadget yang tertuju pada satu kefokusan yaitu indra penglihatan, yang membuat indra pendengarannya melemah. Sehingga anak yang suka main gadget sulit mau mendengarkan pelajaran atau tidak fokus dalam memahami pelajaran.
Teknologi hanya lah alat bantu untuk memudahkan kegiatan manusia, tetapi sejatinya manusia lah yang menentukan bagaimana bersikap dengan teknologi. Apakah kita menggantungkan diri seluruhnya dengan teknologi? Bagaimanakah sikap kita sebagai pendidik menghadapi teknologi? Apa yang harus disiapkan anak-anak kita sebelum menggunakan teknologi? Opini ini sesuai pengalaman penulis yang telah berkecipung dalam dunia pendidikan sebagai seorang tenaga pendidik yang terus membuka pikiran untuk terus belajar. Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekanbaru, 18 Juni 2024
Penulis : Rafika,S.Pd

