Insiden Penembakan Kelab Gay, Trump Desak Presiden Obama Mundur

Insiden Penembakan Kelab Gay, Trump Desak Presiden Obama Mundur
Donald Trump dan Presiden Barack Obama
JAKARTA - Donald Trump mendesak Presiden Barack Obama mundur menyusul serangan di kelab gay di Orlando yang menewaskan 50 orang. Seruan yang sama dialamatkan Trump untuk Hillary Clinton, karena keduanya dianggap tidak tegas menggunakan kata "Islam radikal" yang merujuk pada pelaku serangan.
 
Dalam komentarnya yang dikutip New York Times, Ahad (12/6/2016), kandidat calon presiden dari Partai Republik ini berada di atas angin karena merasa pendapatnya benar soal kelompok Islam radikal. Trump sebelumnya menyarankan larangan Muslim masuk AS setelah penembakan di San Bernardino tahun lalu.
 
"Saya menghormati ucapan selamat karena telah benar dalam terorisme Islam radikal. Saya tidak ingin ucapan selamat, saya ingin ketegasan dan kewaspadaan. Kita harus cerdas!" kata Trump melalui akun Twitternya.
 
Dalam kesempatan yang lain, dia mengatakan bahwa Obama harus turun dari kursi presiden dan Clinton mundur dari bursa calon presiden AS karena tidak menyertakan dua kata dalam pernyataan mereka, yaitu "Islam radikal".
 
Presiden Obama "harus mundur dengan memalukan" karena tidak menyebut pembantaian Orlando sebagai "terorisme Islam", kata Trump.
 
"Karena pemimpin kita lemah, saya katakan hal ini akan terjadi - dan akan semakin buruk. Saya mencoba menyelamatkan nyawa dan mencegah serangan teroris berikutnya," ujar Trump lagi.
 
Obama sebelumnya mengatakan bahwa pembantaian di kelab gay Orlando adalah "tindakan teror dan kebencian". Namun dia menghindari kata "Islam radikal" karena polisi belum menemukan "motif pembunuhan tersebut."
 
Pernyataan yang sama disampaikan Clinton. Kandidat calon presiden dari Partai Demokrat ini juga tidak menggunakan kata tersebut dan menyerukan kerja sama internasional dalam mengatasi kelompok terorisme.
 
Clinton juga mendorong pengendalian penjualan senjata api, sebuah rencana yang belum rampung diselesaikan oleh pemerintahan Obama. Insiden ini "sekali lagi mengingatkan bahwa senjata perang tidak punya tempat di jalanan kita", kata Clinton dikutip dari CBS News.
 
Tidak ada pernyataan dari Gedung Putih terkait komentar Trump. Dari kubu Clinton, Trump dianggap menggunakan insiden ini sebagai senjata politik.
 
"Ini adalah aksi teror penembakan massal terbesar dalam sejarah Amerika dan tragedi yang memerlukan respons serius. Donald Trump menjadikannya serangan politik, pembenaran yang lemah dan memberi selamat kepada diri sendiri," kata Jennifer Palmieri, juru bicara Clinton.
 
Penembakan di kelab malam gay, Pulse, terjadi sekitar pukul 2 pagi di Orlando pada Minggu dini hari. Sebanyak 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka. Kepolisian Orlando memastikan pelaku dalam melancarkan serangan dilengkapi dengan senjata jenis serbu dan pistol serta beberapa senjata lainnya.
 
Pelaku penembakan adalah Omar Mir Seddique Mateen (29), warga Amerika keturunan Afghanistan, yang selama ini di bawah pengawasan pihak berwajib. Mateen diduga berbaiat pada ISIS. (max/cnn)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri