Kita di Kedalaman Rasa
Ada banyak hal di kamar kecil
dalam tubuh ini, seperti air
yang sedang bermain-main
dengan dahaga dan ada pula api
yang sedang bersembunyi
di balik bebatuan. Kita akan masuk
ke dalam sana, di kedalaman rasa.
Suatu saat akan ada dermaga untuk kita,
lalu menunggu perahu impian datang
membawa kabar gembira di saat senja tiba.
Bara api akan membakar genggaman tangan
dan mengobarkan segala rasa
dalam perjalanan menuju pantai tujuan
yang sedang kita bentuk satu persatu bagiannya
dengan tatapan mata. Ada kita di sana nantinya,
aku sudah merasakannya di kedalaman rasa.
Malang, 2016
Suatu Sunyi dan Peristiwa
Suatu sunyi lahir dari sebuah kepala,
ada semacam peristiwa
yang sedang menikam arsip-arsip kata.
Dan semua datang begitu saja
dengan segala hormat menyapa persendian tanpa sisa.
Suatu sunyi lahir dari pandangan mata,
ada semacam pendar cahaya
yang tengah asyik menikam kegaduhan jiwa.
Otakku melayang-layang mencari alam bebas di atas sana
sedangkan awan pun tak dapat dijangkau begitu saja.
Suatu sunyi lahir begitu saja menjadi sebuah peristiwa
yang begitu maha namun tak ada bekas
untuk dinikmati bersama nantinya.
Ada sebuah sunyi, lahir dari sebuah peristiwa.
Malang, 2016
Resah Ada Sepi
Resah menghampiri subuh,
dingin menyelimuti dan lalu ada pagi
yang datang tanpa memberi salam pada diri.
Ada sebuah resah yang perlu dilihat kembali
agar tak ada sesal berbuah benci.
Segelintir kisah mengarungi waktu menjelang pagi,
sebuah dingin menyentuh lewat embun tipis
di atas daun-daun berharap ada sebuah doa
yang disemogakan begitu saat waktu menunggu pagi
ketika ada malam nanti datang kembali.
Agar sepi menghargai sebuah waktu
dan lekas pergi dan berlalu.
Malang, 2016
Aku Telah Tertidur
Aku telah tertidur,
sejak ada lelah di pundakku
dan mata sudah enggan nyala
lalu padam bersama mimpi
yang sedang berangsur-angsur
melintasi darahku, mulai dari ujung kaki
sampai dahi. Aku sempat berpikir
tentang apa yang akan ada dalam tidurku
ketika semua tengah tak sadarkan diri,
aku mencoba menjawab sendiri,
kira-kira jawaban sampai aku tak puas
tentang apa yang telah keluar dari mulutku
menjawab tentang apa yang ada dalam diriku
ketika aku telah tidur. Aku telah tertidur,
sejak lelah ada pada takdirku dan mata
yang tak lagi menyala-nyala
saat darah tengah mengirim rindu
pada mimpi yang sedang bekerja,
aku kira-kira itu—adalah jawaban.
Malang, 2016
Pagi Seperti Ini
pagi, sudah kedua kalinya
aku bertemu pagi yang seperti ini.
Ada mendung lalu embun dan angin
menyapu kulit lalu kering
dan aku tak mampu bertemu air
pada keadaan seperti ini. Selanjutnya,
tak ada matahari, panas menepi
di pinggiran jalan raya lalu kubiarkan pergi
begitu saja dan menunggu senja datang
adalah hal mustahil di saat pagi
yang seperti ini ada lagi sebab aku sudah tahu
tak akan ada senja hari ini dan esok jika pagi seperti ini.
Lalu malam datang menelan hari dan tibalah bulan
membawa putih, gemerlap bintang ke sana-ke mari
berlarian membetuk hujan di langit sampai aku tertidur
dan bertemu dengan pagi yang aku belum sempat
menentukan seperti apa bentuknya.
Malang, 2016
ACHMAD FATHONI, mahasiswa aktif Universitas Negeri Malang yang gemar menulis cerpen dan puisi. Menghimpun sendiri karyanya dengan sederhana dan juga puisi-puisinya sempat mampir di beberapa media cetak daerah. Aktif menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis.