Puisi-puisi Achmad Fathoni

Puisi-puisi Achmad Fathoni
Ilustrasi.
Kita di Kedalaman Rasa
 
Ada banyak hal di kamar kecil 
dalam tubuh ini, seperti air 
yang sedang bermain-main 
dengan dahaga dan ada pula api 
yang sedang bersembunyi 
di balik bebatuan. Kita akan masuk 
ke dalam sana, di kedalaman rasa. 
Suatu saat akan ada dermaga untuk kita, 
lalu menunggu perahu impian datang 
membawa kabar gembira di saat senja tiba. 
Bara api akan membakar genggaman tangan 
dan mengobarkan segala rasa 
dalam perjalanan menuju pantai tujuan 
yang sedang kita bentuk satu persatu bagiannya 
dengan tatapan mata. Ada kita di sana nantinya, 
aku sudah merasakannya di kedalaman rasa.
 
Malang, 2016
 
 
 
Suatu Sunyi dan Peristiwa
 
Suatu sunyi lahir dari sebuah kepala, 
ada semacam peristiwa 
yang sedang menikam arsip-arsip kata. 
Dan semua datang begitu saja 
dengan segala hormat menyapa persendian tanpa sisa. 
Suatu sunyi lahir dari pandangan mata, 
ada semacam pendar cahaya 
yang tengah asyik menikam kegaduhan jiwa. 
Otakku melayang-layang mencari alam bebas di atas sana 
sedangkan awan pun tak dapat dijangkau begitu saja. 
Suatu sunyi lahir begitu saja menjadi sebuah peristiwa 
yang begitu maha namun tak ada bekas 
untuk dinikmati bersama nantinya. 
Ada sebuah sunyi, lahir dari sebuah peristiwa.
 
Malang, 2016
 
 
 
Resah Ada Sepi
 
Resah menghampiri subuh, 
dingin menyelimuti dan lalu ada pagi 
yang datang tanpa memberi salam pada diri. 
Ada sebuah resah yang perlu dilihat kembali 
agar tak ada sesal berbuah benci. 
Segelintir kisah mengarungi waktu menjelang pagi, 
sebuah dingin menyentuh lewat embun tipis 
di atas daun-daun berharap ada sebuah doa 
yang disemogakan begitu saat waktu menunggu pagi
ketika ada malam nanti datang kembali. 
Agar sepi menghargai sebuah waktu 
dan lekas pergi dan berlalu.
 
Malang, 2016
 
 
 
Aku Telah Tertidur
 
Aku telah tertidur, 
sejak ada lelah di pundakku 
dan mata sudah enggan nyala 
lalu padam bersama mimpi 
yang sedang berangsur-angsur 
melintasi darahku, mulai dari ujung kaki 
sampai dahi. Aku sempat berpikir 
tentang apa yang akan ada dalam tidurku 
ketika semua tengah tak sadarkan diri, 
aku mencoba menjawab sendiri, 
kira-kira jawaban sampai aku tak puas 
tentang apa yang telah keluar dari mulutku 
menjawab tentang apa yang ada dalam diriku 
ketika aku telah tidur. Aku telah tertidur, 
sejak lelah ada pada takdirku dan mata 
yang  tak lagi menyala-nyala 
saat darah tengah mengirim rindu 
pada mimpi yang sedang bekerja, 
aku kira-kira itu—adalah jawaban.
 
Malang, 2016 
 
 
 
Pagi Seperti Ini
 
pagi, sudah kedua kalinya 
aku bertemu pagi yang seperti ini. 
Ada mendung lalu embun dan angin 
menyapu kulit lalu kering 
dan aku tak mampu bertemu air 
pada keadaan seperti ini. Selanjutnya, 
tak ada matahari, panas menepi 
di pinggiran jalan raya lalu kubiarkan pergi 
begitu saja dan menunggu senja datang 
adalah hal mustahil di saat pagi 
yang seperti ini ada lagi sebab aku sudah tahu 
tak akan ada senja hari ini dan esok jika pagi seperti ini. 
Lalu malam datang menelan hari dan tibalah bulan 
membawa putih, gemerlap bintang ke sana-ke mari 
berlarian membetuk hujan di langit sampai aku tertidur 
dan bertemu dengan pagi yang aku belum sempat 
menentukan seperti apa bentuknya.
 
Malang, 2016
 
 
 
ACHMAD FATHONI, mahasiswa aktif Universitas Negeri Malang yang gemar menulis cerpen dan puisi. Menghimpun sendiri karyanya dengan sederhana dan juga puisi-puisinya sempat mampir di beberapa media cetak daerah. Aktif menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri