Senandika Untuk Sebuah Senyuman
Setetes air jatuh di atas permukaan telaga malam, denting suaranya terbang dibawa udara yang sempat bermalam di kegelisahan rembulan yang nyaris tertutup awan
Telaga berombak, gelombangnya berlapis mengejar tepian, hendak menghempaskan tanya pada kegelapan, atau kesunyian batin yang riuh merayapi langit kebimbangan, keheningan, kehilangan, dan kenangan
Niatkan saja semua pada lembaran usang atau barisan puisi malam yang tak sempat melewati senja, atau lupakan saja bila kelat purna memaki dinding kebeningan, atau malam yang terlalu kelam untuk menganyam, runyam
Atau sedu terlalu pilu untuk berpintu di atas batu, kita yang kalah, kita yang punah, kita yang mengalah, dan suara azan syairkan kelahiran, mimpi-mimpi entah bermakna
Reguk kembali sloki kemarau airmata, atau hisap saja udara menuba biar tak kelam mengukir rupa, sejarahkan pada perdu terinjak yang tak sempat menghutan, senandikan saja dalam sajak sebelum senja menawarkan malam
Telaga sepi, air mengering tak berdenting, kita menatap lembaran atau aksara di pelaratan situsnya, ingat selalu.
Villa Mahameru, 14 April 2016
Mengejar Kunang-kunang
Hari ke hari kita lewati,
dari perjuangan dan harapan kita lalui,
mungkin hasrat belumlah tunai,
sedangkan hari akan usai
Rebahkanlah segala resah di lelahmu hari ini,
semoga kau tertidur dalam dekapan impianmu,
tersenyum indah mengajakmu berlari,
mengejar kunang-kunang
Selamat tidur kelelahan,
selamat tidur pengharapan,
selamat tidur kekecewaan selamat tidur kehilangan
Semoga embun akan terbit kembali,
seiring fajar harapanmu esok pagi.
Villa Mahameru, 5 Maret 2016
Pasir Semesta
Ketika embun pernah berpagi di ujung ranting tunas bermentari hujan pun datang jatuh ke bumi bening lautan menggenangi fajar yang mulai berpijar
kau sirami mengepulkan asap hitam ke udara gelap mata untuk memandang dan jiwa berlisan kelam
Mungkin tak seterang bintang kilaunya indah hiasi malammu di langit hitam menghampar dariku pijarku yang kau padamkan
Di atas sana pada rasimu berjuang di bumi tertinggal kecilku pasir semesta mata tak memandang cemas meredupkan semu
Usah tanya akankah kejora diri telah hilang pijarnya pada kelam kau tanya sinarnya selalu menuai sengketa.
Villa Mahameru, 4 April 2016
Terbenam di Genang Matamu
Hidup terukir getir di dua belah kecup,
ruang hampa dan raungan di canda menuba,
rasa cinta terus mengalir ke muara iba
Dekaplah kedamaian, tentramkan segala nestapa,
pelik tak mampu tertelan, sedu sedan memanjang,
waktu tak menentu
Nyanyikan lagu rindu menempuh musim lalu,
sauh tak anjak biduk mengarungi ombaknya,
di pantaipun tak menepi,
riak gelombang mainkan arusnya,
terbenam di genang matamu
Adalah suara kebimbangan,
ujung riak tak terhempaskan,
surut ke luas samuderanya,
kicau angin meredup,
kau pun tahu.
Villa Mahameru, 10 April 2016
Allah, Jagalah Dirinya
Kau tercipta dari rusuk sang Adam
untuk didampinginya
karena lemah dan rapuhmu
kau terlahir untuk kulindungi
Bintang terang memancar di ufuk anganmu
langit kelam kupenghalaunya
kuinginkan kilau indahnya
terbit di dua binar matamu
Jangan lelah kau berlari
mengejar impian hidupmu
ku kan selalu mengirimu
bantu bangkit kau terjatuh
Lukis indah langit hidupmu
titi pelangi tanpa ragu
ku kan setia menunggumu
saat kau pulang padaku
Lelaki bukan pasung impianmu
Allah, jagalah dirinya.
Villa Mahameru, 18 Mei 2016
