Puisi-puisi Putu Ary Dharmayanti

Puisi-puisi Putu Ary Dharmayanti
Ilustrasi.
Tentang Sebuah Pertemuan
 
 
Pagi ini waktuku menyulut sesapa hangat untukmu
Semoga nanti baranya juga membakar habis
Sesosok rindu yang melengkung di kepalaku
Serupa tanda tanya
Kulipat rapi dan kusimpan dalam saku celana
cepatcepat
Aku tak ingin jauh terlambat
 
Kusongsong rekah senyummu
Tempat ingin kujepitkan seguncang debar
Yang tak pernah belajar bersabar
 
Kubuka lipatan rinduku
Kemudian
Kutikam mati dengan runcing suaramu
Yang memanggilku mesra
“Sayang”
 
Kusikap betapa pertemuan ini begitu kunantikan
Lewat beberapa potong kalimat yang gugup dan ragu
Seperti kelu yang berdenyut-denyut di dadaku
Dalam sebuah prasangka
Mungkinkah kau tahu?
Aku begitu merindukanmu
 
Akhirnya kupersilakan pagi yang kikir ini
Menguapkan salam perpisahan dari bibirku
Padahal belum selesai kukubur rindu
di pebaringan paling palung
Kendati ia pasti bangkit lagi
Rindu ini hanya sedang mati suri
 
Kapankah
Kau tuntaskan rinduku sampai tak bernyawa
Agar ia tak lagi mengganggu
 
Ah,
Kutunggu saja waktu
 
 
 
A-Gamya
 
Yang kulihat pagi itu adalah cahaya matahari oranye. Serta sebintik senyummu yang tak lebih hangat dari separuh cangkir tehku. Menyapa bersama senyum-senyum lain yang memenuhi kantong bekalku dengan doa-doa. Meneguhkan semangat untuk berangkat mengantar mimpi menuju kenyataan.
 
Aku telah berulang kali melihat senyummu. Di setiap halte tempat aku singgah menyandarkan lelah dan amarah. Kadang disertai belai ringan jari-jarimu di helaian rambut lebatku-tempat aku sekali-kali ingin menyesatkanmu.
 
Aku telah berulang kali melihat senyummu. Tapi tak pernah terkesan seperti hari ini. Barangkali cinta sebenarnya tidak benar-benar terlihat seperti cinta. Barangkali cinta hanyalah sesuatu yang tak pernah pergi.
--sepertimu
 
 
 
Pagi di Sebuah Bingkai Jendela
 
 
Ada matahari yang terbit malas-malasan
Udara dingin sisa hujan semalam
Dua tetes embun yang berguling mesra di rerumputan
 
 
 
Pencuri
 
Semalaman, aku mencarinya 
 
Di kolong meja
Di lembar-lembar surat cinta
Di gaung-gaung tawa
 
Aku pun sudah bertanya pada aroma hujan
yang kau tinggalkan di handukku 
tadi sore
 
 
 
 
 
Putu Ary Dharmayanti, lahir di Singaraja Bali, 2 Mei 1987. Alumnus jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kini, berwirausaha dalam bidang Penyamakan Kulit Ikan di Singaraja Bali. Selain berwirausaha, Putu Ary Dharmayanti juga menyukai dunia kepenulisan, baik puisi, cerpen, artikel, esai ilmiah. Beberapa karya puisinya sempat dimuat di blog gagas media. Tulisan-tulisannya dapat dikunjungi di blog www.livinglikenoother.wordpress.com dan dapat disapa melalui twitter @arydharmayanti.

 


Berita Lainnya

Index
Galeri