Penulis : Irfandi ( Dosen Pendidikan Kimia Universitas Islam Kuantan Singingi).
Pada saat dunia diserang oleh wabah pandemi Covid-19, hampir semua aspek kehidupan
mengalami perubahan-perubahan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Semuanya telah merasakan dampak dari virus covid-19 ini, terutama pada dunia pendidikan. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan, salah satunya melalui aktivitas pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka terbatas bagi daerah zona hijau covid-19.
Hal ini Selaras dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, “Setiap orang menjadi guru, dan setiap rumah menjadi sekolah.”
Merubah kebiasaan siswa dalam pembelajaran daring selama hampir 2 tahun tentunya sulit dilakukan, sehingga beberapa siswa masih belum semangat mengikuti pembelajaran tatap muka
terbatas disekolah.
Untuk membuat siswa kembali bergairah mengikuti pembelajaran maka perlu adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran oleh guru.
Pertama pembelajaran berbasis digital perlu dioptimalkan. Hal positif yang terjadi selama pandemi ini ialah para Guru dan Siswa semakin akrab dengan dunia digital. Tetapi proses belajar tidak melulu hanya di dalam kelas dan bersumber dari guru. Pembelajaran digital juga bisa digunakan siswa untuk belajar secara mandiri melalui smartphone atau laptop secara online. Materi yang dipelajari pun sangat beragam
dari berbagai sumber.
Kedua, melakukan inovasi pembelajaran baik dari segi perangkat maupun pelaksanaan nya. Semua pihak baik kepala sekolah dan guru harus melakukan reskilling dan upskilling untuk melakukan inovasi pembelajaran guna menunjang keberhasilan
belajar karena merekalah yang bersinggungan langsung dengan siswa. Salah satu inovasi dalam
pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru adalah pembelajaran berbasis STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics) baik dalam model pembelajaran ataupun dalam
perangkat pembelajaran.
Pendidikan STEM ini sejalan dengan tuntutan pendidikan abad 21 karena memiliki beberapa manfaat antara lain membuat siswa menjadi pemecah masalah, penemu, inovator, mandiri, pemikir logis, paham teknologi, mampu menghubungkan budaya dengan pendidikan, dan mampu menghubungkan pendidikan dengan dunia kerja (Morrison, 2006).
