Opini

Dumai, ASEAN dan Tiongkok

Dumai, ASEAN dan Tiongkok
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Oleh: Satya Wira Wicaksana
 
 
Komunitas ASEAN
 
ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) atau Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara adalah organisasi internasional di Asia Tenggara mengenai solidaritas dan kerjasama dalam politik, ekonomi, dan budaya yang mempunyai Visi 2020 (ASEAN Vision 2020) mengenai komunitas ASEAN. Komunitas ASEAN merupakan suatu integritas regional dalam aspek Keamanan dan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Dalam waktu dekat, yaitu 2015 salah satu pilar Komunitas ASEAN akan segera direalisasikan, ASEAN Economic Community atau Komunitas Ekonomi ASEAN. Walaupun Komunitas ASEAN direalisasikan pada tahun 2020 pada ASEAN Vision, namun pelaksaanan pilar Komunitas Ekonomi ASEAN dilakukan pada tahun 2015-jenjang bertahap.
 
Komunitas Ekonomi ASEAN (yang selanjutnya akan disingkat menjadi AEC) merupakan realisasi integrasi ekonomi dari tujuan akhir sebagaimana yang diterapkan dalam Visi 2020 yang mengharuskan negara-negara ASEAN untuk memperdalam dan memperluas ekonominya. Dalam implementasinya, AEC akan melakukan Pasar Tunggal atau Perdagangan Bebas. Dalam AEC nantinya, masyarakat negara-negara ASEAN bebas melakukan ekspor-impor baik barang maupun jasa. Tentu saja Indonesia sudah lama mengalami hal ini mengingat kegiatan ekspor-impor yang dilakukan Tiongkok misalnya, barang-barang Tiongkok memasuki Indonesia sudah dari dulu. Namun perlu diperhatikan pula apa yang akan terjadi saat pelaksanaan Komunitas Ekonomi ASEAN. Penulis akan membahas mengenai Trinitas Ekonomi ASEAN bagi Indonesia khususnya Dumai, Tiongkok, dan ASEAN Community. Aliran barang bebas pajak yang diproduksi oleh masing-masing negara anggota ASEAN merupakan contoh positif dalam menjawab tantangan global yang terus memaksa negara-negara bereaksi cepat dan memanfaatkan peluang yang ada.  Melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam penghapusan tarif. Namun, barang bebas yang masuk  bukan hanya mengenai nol tarif masuk, namun juga penghapusan non tarif (eliminasi tarif). Kata kunci dari Masyarakat Ekomin ASEAN adalah pasar tunggal dan basis produksi, wilayah ekonomi yang kompetitif, wilayah ekonomi yang adil, wilayah yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Untuk memahami Komunitas ASEAN kita juga perlu mempertimbangkan peran dari mitra kerja ASEAN yaitu, Cina/Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang yang disebut dengan ASEAN+3.
 
Dalam Komunitas Ekonomi ASEAN aktor yang terlibat bukanlah negara saja, melainkan kelompok bahkan individu juga bisa ikut berpartisipasi (state-oriented to people-oriented).
 
Peluang Indonesia (Dumai) dalam Komunitas Ekonomi ASEAN
 
Dumai adalah kota yang berhadapan langsung dengan negara-negara luar, seperti di ASEAN yaitu Singapura dan Malaysia. Karena faktor geografis yang strategis dan budaya yang secara garis besar adalah Melayu yang masih erat dengan ke-Melayu-annya, Dumai mempunyai peluang sekaligus tantangan mengenai Komunitas ASEAN 2015 ini. Kesadaran masyarakat Dumai akan hal ini haruslah peka karena Dumai adalah tujuan utama (khususnya di provinsi Riau) bagi masyarakat ASEAN.
 
Bagi Indonesia, khususnya Dumai dengan diadakannya integrasi ekonomi ASEAN akan menciptakan suatu peluang yang besar. Semua lapisan masyarakat di Dumai akan dapat langsung berpartisipasi juga mendapatkan keuntungan. Masyarakat Dumai akan mendapatkan keuntungan dalam sektor kuliner, bangunan, dan sosio-kultur. Secara umum, bagi Indonesia keberadaan Komunitas ASEAN akan membuka jalur investasi asing.
 
Secara otomatis, eksistensi Dumai akan mencuat karena adanya Komunitas Ekonomi ASEAN  ini, masyarakat-masyarakat negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Filipina, Brunei Darussalam dan Myanmar) akan bertuju kepada Dumai untuk menanamkan modal. Dengan hal itu Usaha Kecil Menengah yang berkembang di Kota Dumai akan terbantu dan menjadi profit yang dapat dipertimbangkan oleh Dumai sendiri. Khususnya bagi Dumai akan terbantu dalam hal kuliner dan bangunan. Dengan adanya Komunitas ASEAN, masayarakat Dumai diharapkan menjadi masyarakat yang berkembang baik dalam hal ekonomi dan sumber daya manusia.
 
Namun, mitra kerja ASEAN atau ASEAN+3 juga mempunyai peran penting bagi Indonesia khususnya Dumai. ASEAN+3 terdiri dari Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang.
 
Faktor Tiongkok
 
Mengingat bahwa Tiongkok sudah sangat lama menjadi mitra kerja Indonesia dan dapat pula disimpulkan seberapa besar dominasi barang-barang produksi Tiongkok. Walaupun Tiongkok belum dikategorikan negara maju, namun dilihat dari perkembangan ekonominya Tiongkok dapat menyaingi Amerika Serikat, khususnya dalam wilayah Asia. Cina ataupun Tiongkok terus memproduksi barang-barang yang kompetitif. Seperti yang dilansir oleh Bank Dunia pada tahun 2004, Tiongkok merupakan kompetitor utama bagi Indonesia bagi produk ekspor nonmigas, terutama dalam produk-produk tekstil, olahraga, dan mainan anak-anak.
 
Dalam pelaksanaan Komunitas ASEAN, khususnya dalam pilar ekonomi, (lebih dikenal dengan MEA: Masyarakat Ekonomi ASEAN) akan diberlakukannya pasar bebas dan dalam pasar bebas hambatan tarif akan dieliminir, hal ini menyebabkan proses keluar masuk barang, jasa, investasi, tenaga terampil akan dipermudah dan tidak dikenakan tarif bagi seluruh masyarakat ASEAN. Karena bebasnya arus perdagangan ini di sesama negara ASEAN dan ASEAN+3 akan menambah nilai kompetitif. Kemajuan perekonomian negara Tiongkok didasari oleh perhatiannya terhadap sektor UKM (Usaha Kecil Menengah).
 
Yang perlu ditekankan dalam Komunitas ASEAN ini adalah dalam penerapannya yang ideal memang sebuah peluang dan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan aktualisasi diri, namun dalam penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan arena kompetisi yang besar. Tantangan terbesar yang akan dihadapi adalah ketika perekonomian kita ataupun SDM kalah dari dominasi barang-barang dari luar dan negara Indonesia ataupun Dumai hanya akan menjadi pangsa pasar (masuknya barang-barang).
 
Menyikapi hal ini, pemerintah harus melakukan optimalisasi dalam sektor UKM. UKM negara Tiongkok yang sekarang sangat ekspansif karenan didukung pemerintahannya. Banyak praktisi UKM di Tiongkok fasilitasi oleh pemerintahnya sehingga usaha dalam negeri Tiongkok sinergis dan pasar domestiknya terselamatkan, justru Tiongkok melakukan ekspansi barang-barangnya khususnya Indonesia yang sedari dulu sudah mengimpor barang dari Tiongkok atau dikenal dengan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Belajar dari negara saingan kita bukanlah sesuatu yang dilarang, Indonesia pun harus menyikapinya dengan membuat strategi yang antisipatif dan preventif untuk menyelamatkan perekonomian domestic dari dominasi liberalisasi ekonomi, baik yang akan dilakukan sesama negara ASEAN yang potensial seperti Malaysia, Thailand dan Singapura ataupun dengan tiga mitra kerja  ASEAN salah satunya Cina/Tiongkok.
 
Strategi Usaha Kecil Menengah
 
Menanggapi banjirnya produk dan juga jasa impor yang nantinya Indonesia akan berhadapan langsung, entitas seperti UKM tidak boleh dikesampingkan. Keuntungan yang didapatkan dari optimalisasi Usaha Kecil Menengah sangat banyak, Seperti yang dipungkas oleh Soesastro Hadi, UKM memiliki peran penting untuk menghubungkan jaringan antara MNC industri domestik. Selain itu UKM berperan sebagai penyeimbang (stabilisator) sosial-ekonomi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan potensi UKM yang mampu menutup tingginya angka pengangguran dalam negeri. UKM meupakan basis massa yang sangat besar, sekitar 90 persen jenis usaha di dunia termasuk ke dalam sektor UKM dan lebih dari 90 persen lapangan kerja di dunia juga disumbangkan oleh sektor UKM. Singkatnya, ketika basis pasar domestik kita kuat otomatis akan menahan dominasi barang impor dan ketika UKM semakin kuat akan terjadi ekspansi ekonomi. Jika UKM kita kuat kita tidak hanya bersaing di dalam negeri dengan barang luar, tetapi barang-barang domestik akan bersaing di luar negeri secara langsung.
 
Dalam jangka pendek ini sebelum 2015, masih ada peluang besar bagi masyarakat Dumai untuk menunjukkan eksistensinya di Masyarakat Ekonomi ASEAN. Budaya, dalam hal ini ialah identitas suatu bangsa. Masyarakat Dumai juga harus mempertahankan identitas aslinya karena di Komunitas ASEAN nanti setiap pendatang, baik investor atau lainnya akan membawa budaya dan ideologi masing-masing. ***
 
 
Satya Wira Wicaksana adalah mahasiswa jurusan Hubungan Internasional FISIP UR 2012 dan aktif sebagai Pembina di Forum Academician for International Relations Universitas Riau.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri