Puisi-puisi Redho

Puisi-puisi Redho
Redho

Oleh: Redho

 

Penyambung Tangan

Puan,
Di sudut kota mati ini mekar seribu bunga
Menunggu waktu mengupas kelopaknya
Ada yang terasing dan meregang nyawa
Akankah jadi penyambung tangan, ataukah hanya benalu di pagar besi?
Bersenang-senang sajalah, Puan
Semoga tak terkekang zaman.

(Bangkinang, 2016)


 

Arang

Aku melihat arang.
Sedang dibakar
Di bawah tungku zaman
Seolah hangat, kami hanya melihat.
tanpa keluh
sedang kau?
habis dilahap api.

(Pekanbaru, 2015)


 

Payung: 1-1-16

Matamu menjelma payung
Meneduhkan semesta
Menghalau hujan, mengusir terik.
Ingin aku bergelayut di kelopak matamu yang entah dari sebelah mana menghangatkan
luka maupun gembira menetes bersama
Maka, biar aku menggenggam tangan dan memeluk tubuhmu lewat doa.
Biar rintik hujan ini yang meredam kerinduanku
Atas mata teduhmu.

(Pekanbaru, 2016)


 

Kepergian

Lalu di sebelah mana harus aku sematkan keikhlasan?
Sebab katamu, aku kebaikan.
Di sebelah mana lagi akan kau tikamkan pedang pada tubuhku?
Sementara, aku lenyap dengan dendam.

(Pekanbaru, 2016)

 

Balada Rindu

Di matamu, aku berteduh.
Berselimutkan doa yang aku rapalkan tanpa ragu.

(Pekanbaru, 2016)


 

Kidung Kasih

Dengan serapah,
Aku memenggalmu
Tanpa tangan
Tanpa kaki
Dalam kidungku, kekasih.
Kau sayap Jibril,
Aku makhluk kecil

(bangkinang, 2016)


 

Sembahyang

Aku merapalkan doa
Untukmu yang menua.
Agar Tuhan tidak membuatmu lupa
Kita pernah bahagia berdua.

(bangkinang, 2016)

Redho, lahir di Makkah, 23 September 1991. Kini sedang menempuh pendidikan profesi di bidang kedokteran. Mencintai fiksi dan sastra. Tinggal di Pekanbaru. Saat ini tengah aktif mengadakan acara (Malam Puisi), yakni membaca puisi dari kafe ke kafe bersama teman-teman pencinta puisi lainnya di kota Pekanbaru.

 


Berita Lainnya

Index
Galeri