Walikota Rustam Effendi Mundur, Ini Sepak Terjangnya di Jakarta Utara

Walikota Rustam Effendi Mundur, Ini Sepak Terjangnya di Jakarta Utara
Rustam Effendi
JAKARTA - Rustam Effendi memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Walikota Jakarta Utara kemarin sore. Keputusan itu, ditengarai akibat konflik dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 
 
Pria berusia 56 tahun ini, resmi menjabat sebagai Walikota Jakarta Utara sejak dilantik Ahok pada 2 Januari 2015. Dia menggantikan posisi Heru Budi Hartono.
 
Sebelum bertugas di Jakarta Utara, Rustam pada 2014 menjadi Wakil Walikota Jakarta Pusat. Dia sempat 'naik pangkat' merasakan tongkat komando sebagai pelaksana tugas Walikota Jakarta Pusat, untuk menggantikan Saefullah yang diangkat sebagai Sekretaris Daerah DKI Jakarta.
 
Pada periode awal kepemimpinannya, Rustam pernah 'mendamaikan' Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik dengan Ahok dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota Administrasi Jakarta Utara 2015. Kala itu, Ahok dan M. Taufik sedang bersitegang terkait APBD Jakarta 2015. Rustam mengundang M. Taufik sebagai legislator asal Jakarta Utara, untuk hadir dalam Musrenbang.
 
Namun, aura ketegangan antar keduanya, tidak terlihat saat Musrenbang berlangsung. Ahok dan M. Taufik duduk bersandingan, saling bicara dan bercanda tanpa memperlihatkan aura permusuhan.
 
Sepak terjang Rustam di Jakarta Utara, terbilang banyak bersentuhan dengan penertiban. Tercatat, pada tahun ini saja, Rustam telah menertibkan dua lokasi berbeda, yakni Kalijodo dan Pasar Ikan. Sebelum dua lokasi itu, Rustam juga telah menertibkan Jalan Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama dan Anak Kali Ciliwung Ancol.
 
Bak buah simalakama, karir Rustam di Jakarta Utara, justru terusik dengan penertiban. Rustam bukan menghadapi perlawanan dari warga yang menolak, melainkan kritikan dari atasannya alias Ahok.
 
Ahok mengkritik keras Rustam pada rapat penanganan banjir di Balai Kota Jakarta. Bahkan, dia tak segan menyindir keberpihakan Rustam kepada Yusril Ihza Mahendra yang bertindak sebagai kuasa hukum warga Luar Batang.
 
"Ini Pak Walikota, saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali kalau saya suruh usir orang itu, wah ngeyelnya ngeles. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril ini," kata Ahok dalam rapat penanganan banjir di Balai Kota Jakarta, Jumat (22/4).
 
Ucapan Ahok ini muncul lantaran terdapat warga yang tinggal di bawah jembatan layang Ancol, yang dikenal dengan Bottle Neck. Warga tersebut menurut Ahok harus diusir karena Bottle Neck adalah saluran air untuk penanganan banjir.
 
Namun, perintah itu tak kunjung dilakukan Rustam sejak diberi tahun lalu. Ahok kembali memerintahkan agar warga tersebut diusir sesegera mungkin supaya normalisasi saluran air dapat dilakukan segera. Selain warga di kolong jembatan layang tersebut, Ahok juga meminta pemukiman warga disekitat Jembatan Merah disingkirkan untuk menghindari banjir.
 
Sindiran dan kritik mengenai penertiban itu yang membawa Rustam merasa kecewa dan sakit hati. Tak pelak, dia mencurahkan perasaannya pada akun media sosial dalam sebuah tulisan panjang.
 
"Dengan ini saya katakan bahwa tuduhan saya bersekutu dengan Pak Yusril adalah tidak benar," salah satu kutipan yang ditulis Rustam.
 
Kini, melalui surat yang sudah ditebuskan kepada Ahok dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakart, Rustam memilih jalannya untuk mundur. Dengan ini, dia telah menjabat Wali Kota Jakarta Utara selama satu tahun lebih tiga bulan. (das/cnn)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri