Perangi ISIS, Milisi Kristen dan Muslim di Irak Bersatu

Perangi ISIS, Milisi Kristen dan Muslim di Irak Bersatu
Gerakan Isis
IRAK - Sepak terjang gerakan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengubah hidup banyak orang. Ada yang terpaksa mengungsi, ada yang kehilangan keluarga, namun tak sedikit warga sipil akhirnya angkat senjata demi melawan kezaliman khilafah gaya baru.
 
Salah satu contoh yang melawan balik itu adalah Brigade Babylon, kelompok perlawanan sipil didirikan warga Kristen, tapi kemudian anggotanya juga mencakup penganut Islam mazhab Sunni maupun Syiah. Penduduk nasrani tetap menjadi anggota mayoritas brigade tersebut.
 
Dikutip Merdeka.com, International Business Times melaporkan, Selasa (12/4/2016), Brigade Babylon dibentuk secara swadaya pada Juni 2014, karena Kota Mosul jatuh ke tangan ISIS. Saat itu warga Kristen tak lagi percaya tentara nasional Irak bisa melindungi mereka, sehingga memilih angkat senjata.
 
Anggota Brigade Babylon tersebar di utara Ibu Kota Baghdad, desa-desa dekat Mosul, hingga perbatasan Barat Irak. Dalam tubuh organisasi milisi ini, ada lebih dari 30 kelompok yang saling berkoordinasi. Total anggota hingga bulan lalu mencapai 100 ribu orang, mayoritas tak punya pengalaman berperang sebelum ISIS datang.
 
"ISIS sudah mengusir kami dari rumah, mencuri harta benda kami, membunuh anak-anak kami, memperkosa istri-istri kami," kata Rayan Al-Kildani, Komandan Brigade Babylon. "Karenanya, warga Kristen harus bangkit bersama umat beragama lain di Irak untuk melawan teroris ISIS."
 
Al-Kildani menjelaskan awalnya pasukan yang dia pimpin fokusnya melindungi warga Kristen Irak dari kebiadaban ISIS. Belakangan, milisi Sunni maupun Syiah mengajak kerja sama yang segera disambut baik.
 
"ISIS tak pernah membeda-bedakan korbannya. Entah dia Kristen, Sunni atau Syiah, mereka membunuh semua yang berani melawan. Karenanya kami siap membantu rekan muslim di negara ini membebaskan kembali Irak dari cengkeraman teroris."
 
Belakangan, karena keberhasilan Brigade Babylon menahan laju ISIS untuk merebut Baghdad, Al-Kildani berhasil membujuk pemerintah Irak mendanai pasukannya. Dia mengaku memperoleh USD 1,4 miliar (setara Rp 13 triliun) per tahun buat kebutuhan operasional. Jika dua tahun lalu kegiatan mereka swadaya, sekarang satu milisi bisa memperoleh penghasilan Rp 7 juta per bulan.
 
Seorang milisi di lapangan, Yousef Hani Shamon, mengatakan ajaran Kristen sebetulnya tidak menganjurkan manusia mengedepankan kekerasan. Tapi kebidaban militan Daulah Islamiyah, kata lelaki 27 tahun itu, sudah terlampau bisa diterima akal sehat.
 
Rumah keluarga besarnya dihancurkan, karena mereka tak kunjung membayar 'uang darah' sebagai cara hidup di wilayah khilafah. Dia ingat, dulu warga Irak bisa hidup berdampingan, apapun agamanya. Namun setelah ISIS datang, Shamon melihat tetangga yang dulu saling menyapa seakan siap menghabisinya secara beringas.
 
Al-Kildani selalu menggunakan satu ayat khusus, untuk mengajak warga nasrani di Irak mengangkat senjata demi mengusir ISIS. Ayat itu adalah Injil Lukas pasal 22, ayat 36. "Yesus sendiri mengatakan kepada kita bahwa jika Anda tidak memiliki pedang, Anda harus pergi keluar dan membelinya," ujarnya.
 
"Saya tahu Alkitab mengatakan bahwa jika pipi Anda ditampar di sebelah kiri, maka berikan pipi kanan Anda. Tetapi sekarang, kami punya kekuatan, kami bisa menjaga diri, kami bisa melawan." (das/mdk)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri