Filipina Serbu Abu Sayyaf, Puluhan Tewas, Bagaimana Nasib Sandera WNI?

Filipina Serbu Abu Sayyaf, Puluhan Tewas, Bagaimana Nasib Sandera WNI?
Sutomo (48) orang tua Bayu Oktavianto (23) salah satu dari 10 Warga Negera Indonesia (WNI) yang disa
JAKARTA - Penyerbuan militer Filipina ke markas kelompok militan Abu Sayyaf pada Sabtu (9/4) di Basilan menewaskan 18 tentara Filipina dan lima militan. Meski demikian, hingga kini belum ada informasi terkait 10 warga negara Indonesia anak buah kapal Anand 12 yang disandera militan itu sejak akhir Maret lalu. 
 
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan hingga kini Kemlu tidak menerima informasi bahwa sandera WNI berada di lokasi penyerbuan. 
 
"Kami tidak pernah memperoleh informasi bahwa 10 WNI ada di daerah Basilan," ujar Iqbal dilansir CNN Indonesia pada Minggu (10/4/2016). 
 
Sementara, Dubes RI untuk Filipina, Johny Lumintang menyatakan belum ada informasi resmi yang signifikan dari pemerintah Filipina soal nasib 10 WNI yang disandera. Pihaknya masih memantau soal kondisi mereka.
 
"Sejauh ini, kondisinya masih sama, masih monitor terus. Dari operasi militer kemarin, sampai saat ini belum ada kabar berita (soal sandera)," kata Johny pada Minggu (10/4/2016), dikutip dari Detikcom. 
 
CNN Philippines mengutip juru bicara Komando Mindanao Barat, Mayor Filemon Tan yang menyatakan bahwa lebih dari 50 prajurit lainnya terluka akibat baku tembak yang terjadi selama hampir sepuluh jam itu.
 
Jumlah itu, tuturnya, merupakan yang terbesar yang terjadi dalam sehari yang dialami militer Filipina dalam beberapa tahun terakhir. 
 
Menurut Johny, operasi militer tidak pernah diinformasikan ke pihak lain. Karena itu, perkembangan soal operasi ini pun sangat minim. Johny menegaskan bahwa hingga kini upaya pemerintah melakukan koordinasi dengan penyandera dan para sandera masih terus berjalan. "Kita ada perwakilan wilayah yang monitor terus," ujarnya.
 
Sebelumnya, pada Jumat (8/4/2016), Kemlu menyatakan bahwa 10 WNI yang disandera dalam keadaan baik dan sehat. Sesuai perintah Presiden Jokowi, Kemlu mengedepankan upaya diplomasi untuk membebaskan para sandera. 
 
Sementara, tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) mengaku siap jika dimandatkan pemerintah untuk melakukan operasi militer membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf. 
 
Kepala Staff TNI AU Agus Supriatna menyatakan bahwa korpsnya telah mengirimkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Landasan Udara TNI AU Tarakan, Kalimantan Utara, untuk persiapan.
 
Agus mengklaim TNI AU bisa mempercepat pembebasan WNI dengan bekal kemampuan pengintaian atau pelacakan yang kuat.
 
Walaupun begitu, Agus tetap menyertakan bahwa seluruh timnya tidak akan bergerak tanpa ada mandat dari pemerintah.
 
Penculikan 10 ABK oleh kelompok Abu Sayyaf telah berlangsung selama lebih dari 10 hari. Kapal Tongkang Anand 12 dan Brahma 12 yang membawa 7 ribu ton batu bara bertolak dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menuju Filipina pada 15 Maret. Kedua kapal dibajak kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu pada 27 Maret lalu.
 
Kapal Brahma 12 sudah lebih dahulu dilepas dan kini berada di tangan otoritas Filipina. Sementara 10 WNI ABK Anand 12 hingga saat ini masih disandera militan Abu Sayyaf, yang meminta uang tebusan sekitar Rp15 miliar. (max/cnn/dtc)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri