Berfikir Filosofis ala Islam

Berfikir Filosofis ala Islam
Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
Semua manusia melakukan aktiftas berfikir. Tidak ada satu manusiapun yang tidak melakukan aktifitas berfikir. Bahkan salah satu kelebihan manusia dibanding makhluk lain adalah ketika ia berfikir. Hanya saja produk hasil pemikiran berbeda setiap orang. Demikian pula taraf berfikir, tiap orang memiliki perbedaan sesuai dengan latar belakang lingkungan keluarga dan lainnya. Inilah letak perbedaan perspektif dalam berfikir.
 
Namun ada beberapa kesalahan berfikir yang terjadi di dunia modern sehingga sering terjadi konflik antar manusia. Ada kaidah berfikir fatal yang harus dihindari dalam melakukan proses berifkir yakni, justifikasi.
 
Dalam melakukan proses berfikir, ada empat hal yang harus dilakukan. 
Pertama, satu fakta.
Kedua, kumpulan fakta.
Ketiga, analisa fakta.
Keempat, kesimpulan.
 
Kita ambil sebuah contoh ringan yang membuktikan betapa rusaknya jika kita berfikir menggunakan pola justifikasi.
 
Jika kita seorang ibu yang memiliki anak, kita berpesan kepada anak, "Nak, jika pulang sekolah, langsung pulang ke rumah, jangan pergi ke mana-mana dan langsung pulang." Sang anak menjawab, "Iya, Ma."
 
Lalu, sore harinya orang tua menunggu sang anak pulang ke rumah. Namun tak kunjung datang, maka pada saat yang sama orang tua melihat "satu fakta" bahwa anaknya pulang telat. Otak ibu akan berfikir, "Anak saya tak menepati janji!"
 
Kenapa orang tua berfikir demikian? karena ia melihat satu fakta dan loncat kepada kesimpulan. Inilah yang dinamakan justifikasi. Dan justifikasi ini tidak dibenarkan dalam proses berfikir.
 
Jadi apa yang harus dilakukan oleh sang ibu. Hindari pola justifikasi. Lakukan empat hal tadi. Pertama, ia melihat fakta "anak saya pulang terlambat."
 
Kedua, tidak cukup sampai di situ, ia juga harus mengumpulkan fakta lain "Mengapa anaknya terlambat?"
Misalnya dengan pertanyaan, "Mengapa kamu terlambat?" lalu anak itu berkata, "Saya terlambat karena tadi ada tugas tambahan dan harus dikerjakan bersama, Ma" atau semisalnya.
 
Ketiga, Lakukan analisa. Maka kita akan sampai pada analisa, "Oh, anak saya bukan tidak menepati janji, ia hanya terhalang untuk pulang tepat waktu" dan sampailah pada kesimpulan, "Anak saya bukan anak nakal, tetapi ia terpaksa pulang terlambat karena suatu hal penting."
 
Betapa banyak terjadi konflik dalam kehidupan karena justifikasi yang kita lakukan. Ketika melihat seseorang yang tidak mau bertegur sapa, lalu kita langsung mengambil kesimpulan bahwa orang itu sombong karena satu fakta.
 
Idealnya, ia kumpulkan fakta mengapa orang tersebut tak mau bertegur sapa, "Oh ternyata ia adalah orang yang sulit beradaptasi." Lalu kita simpulkan, "Saya akan membantunya melakukan adaptasi." Bijaksana bukan??
 
Orang-orang yang bijaksana senantiasa mengumpulkan banyak fakta dan menganalisanya lebih dalam. Orang bijaksana tidak akan terjebak dalam satu fakta yang akan menimbulkan justifikasi.
 
Orang bijak tidak akan loncat kepada satu kesimpulan sebelum ia kumpulkan beberapa fakta hingga sampai pada satu kesimpulan.
 
Benarlah di dalam Islam, Allah anjurkan kita untuk senantiasa tabayyun alias kroscek atau klarifikasi ketika terjadi suatu hal. Klarifikasi inilah yang dinamakan dengan mengumpulkan fakta. Artinya, Islampun mengajarkan kita untuk senantiasa berfikir benar. 
 
Itulah sebab Rasulullah mengambil sikap bijaksana ketika orang Arab Badui kencing di dalam Masjid. Ketika itu Umar berkata, "Saya akan penggal kepalanya karena telah berani kencing di dalam Masjid." Mengapa Umar demikian? karena tanpa sengaja ia telah loncat kepada kesimpulan. Umar hanya berfikir "Ia kencing di Masjid, ia layak dipenggal!!"
 
Sekarang, lihatlah sikap Rasulullah. Ia berkata kepada Umar, "Umar, jangan kau lakukan itu karena ia adalah orang yang belum tahu."
 
Sekarang kita perhatikan, mengapa kesimpulan Rasul dan Umar berbeda. Karena Rasul telah melakukan pola fikir benar.
 
Inilah cara fikir Rasul.
 
Fakta, orang itu adalah orang Arab Badui yang terbelakang dan belum diilhami oleh Islam.
 
Kumpulan fakta, Arab Badui adalah orang yang belum tahu, memusuhi Islam, belum mendapatkan hidayah, membenci Islam, membenci Masjid dan lain lain.
 
Analisa, Jika ia dipenggal, hanya akan membuat Islam terlihat keras dan semakin dijauhi pada saat itu.
 
Kesimpulan, "Biarkan saja Umar, karena ia belum tahu."
 
So, Spektakuler bukan???!!!
 
Andaikan insan di dunia menghindari cara berfikir justifikasi dan menggantinya dengan berfikir benar, maka konflik horizontal tidak akan kita rasakan.
 
Benarlah Rasulullah katakan kepada kita jangan sesekali melakukan penilaian cepat terhadap orang lain karena hanya akan menjebak kita ke dalam justifikasi dan asumsi yang keliru.
 
Hindari justifikasi dan berfikirlah dengan benar. Inilah teknik berfikir benar dalam Islam.
 
Semoga bermanfaat.
 
Wallahualam.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri